Senin, 14 April 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


PKS Temukan Penggelembungan Suara PDIP di Gunungkidul

Posted: 14 Apr 2014 05:40 AM PDT


Jogjakarta (14/4) - Tim advokasi PKS DIY menemukan penggelembungan suara PDIP di Kecamatan Ngawen, Gunungkidul saat proses pnghitungan suara di tingkat PPK.

Anggota Tim Advokasi yng bertugas di Gunungkidul, Taufik SH, mengatakan bahwa di PPK Ngawen ada penggelembungan suara saat penghitungan di PPK.

"Dari data pembanding yang dimiliki PKS (C1 dan D1) terlihat bahwa hasil DA1 di PPK Ngawen ada penggelembungan suara. Penggelembungan suara terjadi di Desa Watusigar, Beji dan Jurangjero. Penggelembungan suara Ini bisa dipastikan, sebab pada saat penghitungan suara di tingkat PPS masing-masing Desa tersebut di atas, PPSnya kompak untuk menolak dibukanya C1 Plano," kata Taufik.

"Padahal jelas (tidak dibukanya plano C1 di PPS) ini melanggar UU. Lucunya, di tingkat PPK, kok juga tidak mau membuka D1 Plano. Alhasil, saksi PKS menolak menandatangani DA1 Plano dan Berita Acara," sambung Taufik.

"Di PPK kecamatan Ngawen, Saksi PKS memang menuntut untuk dibukanya D1 Plano dan C1 Plano, karena semua persoalan berawal dari C1 Plano. Dari data yang ada, kami melihat bahwa penggelembungan suara yang terjadi di desa Watusigar, suara PDIP membengkak dari 964 suara menjadi 1747 suara," imbuhnya.

Kemelut di PPK kecamatan Ngawen memaksa campur tangan KPUD Gunungkidul, dan diadakan pertemuan antara KPUD dengan PPK dan Saksi PKS dan saksi-saksi lainnya.

Sampai berita ini ditulis. Belum ada penyelesaian terhadap perbedaan suara yang sangat menonjol ini.


Berbekal Dokumen C1 Asli, Saksi PKS Selamatkan Suara Caleg

Posted: 14 Apr 2014 04:37 AM PDT


Perubahan jumlah suara dari hasil penghitungan di TPS dengan di PPS (kelurahan) atau PPK (kecamatan) mungkin bisa saja terjadi. Biasanya karena ada suara caleg atau parpol yang hilang akibat salah tulis atau juga sengaja dihilangkan. Padahal sudah jelas aturannya bahwa upaya menghilangkan atau menambah suara di luar hasil penghitungan adalah termasuk unsur pidana. Oleh sebab itu, agar hasil penghitungan suara tetap sesuai data awal di tingkat TPS, maka saksi PKS kelurahan se-kecamatan Pancoran membekali dirinya dengan lampiran formulir C1, hasil penghitungan suara di masing - masing TPS.

Untuk mendapatkan dokumen C1 memang tidak mudah, selain harus mengikuti prosesi penghitungan sampai selesai, saksi juga terdaftar sebelumnya sebagai saksi resmi dari sebuah partai politik pengutusnya. Kadang untuk mendapatkannya, kita harus menunggu sampai hampir 24 jam, dokumen C1 yang paling terakhir di kecamatan Pancoran tercatat dari sebuah TPS di kelurahan Cikoko yaitu jam 6 pagi, Kamis tanggal 10 April. Jadi memang dokumen C1 itu merupakan hasil jerih payah kader dan simpatisan yang menjadi saksi, mereka rela mengorbankan waktu, dana dan juga perasaannya.

Pada perhitungan rekapitulasi di PPS, saksi PKS Durentiga menemukan indikasi yang aneh, dimana suara di plano dari TPS berbeda dengan suara C1 asli. Saksi PPS dari PKS pun kemudian meminta untuk membuka kotak suara TPS bersangkutan dan melakukan penghitungan ulang. Hasilnya, Alhamdulillah … suara seorang caleg PKS yang sempat di-nol-kan di plano akhirnya bisa dikembalikan. Jumlah yang tidak sedikit, 10 suara rakyat untuk caleg PKS bisa diselamatkan. Demikian pula yang terjadi di PPS kelurahan Kalibata, saksi PPS dari PKS kalibata berhasil mengembalikan 10 suara milik caleg PKS yang juga di-nol-kan.  Dengan modal dokumen C1 asli, saksi PKS Kalibata meminta hitung ulang jika menemui keganjilan.

Pengawasan rekapitulasi suara itu penting agar wakil rakyat yang terpilih benar-benar merupakan representasi rakyat, dan bukan berasal dari hasil jual-beli suara atau transaksi politik yang biasanya terjadi dalam proses rekapitulasi tersebut.  Kerawanan terjadi biasanya setelah pemungutan suara, lalu penghitungan suara dan saat dikirim dari TPS ke PPS.

*http://pks-dpcpancoran.blogspot.com/2014/04/berbekal-dokumen-c1-asli-saksi-pks.html


PKS: Kami Tidak Mau Ikutan Koalisi "Grasak-grusuk"

Posted: 14 Apr 2014 02:27 AM PDT


JAKARTA, KOMPAS.com -- Anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid mengatakan, partainya tidak mau terburu-buru melakukan koalisi dengan partai lain dalam menghadapi pemilu presiden mendatang. Ia menyadari bahwa elite parpol lain tengah berlomba untuk mendapatkan rekan koalisi.

Seperti yang dilakukan bakal calon presiden PDI Perjuangan Joko Widodo alias Jokowi yang langsung mendatangi pimpinan tiga partai sekaligus, yakni Partai Nasdem, Partai Golkar, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Namun, menurut Hidayat, PKS mempunyai cara sendiri dalam melakukan koalisi dan tak akan mengikuti cara itu.

"Karena memang prioritas kami saat ini bukan di koalisi. Kami tidak mau ikutan koalisi grasak-grusuk seperti itu," kata Hidayat saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/4/2014).

Menurut Hidayat, saat ini PKS masih fokus dalam mengawal penghitungan suara di lapangan. Ia menilai, penghitungan suara harus terus dikawal dengan baik sehingga tidak menimbulkan kecurangan.

"Di lapangan, semuanya masih belum selesai. Masih ada yang pencoblosan ulang karena bermasalah. Masih ada suara di luar negeri," kata Hidayat.

Bakal capres Pemilihan Rakyat PKS itu meyakini, jika proses penghitungan suara manual dilakukan dengan benar, maka suara partainya bisa melampaui hasil hitung cepat sekitar 7 persen. Ia mengatakan, partainya tidak terlalu percaya dengan proses hitung cepat yang dilakukan oleh berbagai lembaga.

"Karena dalam hitungan laporan TPS di Jakarta saja kita sudah masuk minimal tiga besar. Kami meyakini perhitungan suara harus dikritisi diawasi. Hitungan real count yang jadi acuan," ujarnya.

Mantan Presiden PKS itu juga mengaku tidak khawatir jika PKS tidak mendapatkan rekan koalisi. Menurut dia, PKS punya sejarah dan pengalaman yang panjang dalam melakukan koalisi dalam berbagai pemerintahan.

"Kita pernah bergabung di poros tengah, kita juga pernah mendukung partai Islam dengan mengusung Pak Amien Rais dari PAN. Kita juga bahkan pernah sendirian diluar pemerintahan," pungkasnya.

Sumber: Kompas.com

Hasil Jerih Payah Kader Militan PKS di Pelosok Malaysia

Posted: 13 Apr 2014 05:00 PM PDT


Penghitungan suara pemilu 2014 masuh berlangsung di Malaysia. Tanpa diduga sama sekali perolehan suara PKS menunjukkan hasil yang luar biasa dengan mendominasi perolehan suara di 6 TPS yang berada di wisma duta sebesar 34,69% disusul PDIP 15,92% dan Gerindra 12,65%, sementara di Johor PKS diperkirakan mendapat suara 13,6%.

Ini diluar perkiraan karena PKS seringkali diblow up media sebagai partai yang akan mengalami suara anjlok.

Semua orang sudah mafhum bahwa PKS memiliki kader-kader terpelajar yang tangguh dan tahan banting. Namun tidak semua orang tahu bahwa PKS juga memiliki kader-kader TKI di pabrik-pabrik bahkan di ladang-ladang sawit.

Berawal dari kunjungan rutin kader yang tengah menimba ilmu atau bekerja di negeri jiran ke pabrik-pabrik serta ladang sawit untuk mengisi pengajian rutin. Secara kontinyu dan istiqomah dijalani selama bertahun-tahun bahkan menempuh perjalanan jauh dan sulit. Diiringi dengan istilah 'sunduquna juyubuna' atau biaya semua ditanggung dari kocek sendiri. Bagi kader PKS, inilah kerja lillahi ta'ala yang belum tentu sanggup ditempuh kader partai lain. Hingga akhirnya lahirlah kader-kader penerus yang ada di dalam pabrik serta perkebunan tersebut.

Saat memasuki era pemilu 2014, kader-kader tersebut menyatakan dirinya sebagai relawan PKS di wilayah masing-masing. Relawan disini dalam arti sesungguhnya bahwa mereka tidak dibayar dan memang tidak meminta bayaran. Bahkan tidak dijanjikan apa-apa kecuali harapan bahwa Indonesia bisa lebuh baik. Keyakinan ini tumbuh dalam hati mereka setelah beberapa lama berinteraksi, menimba ilmu dan memperoeh wawasan baru dari para kader PKS yang datang ke tempat mereka.

Mereka yakin bahwa Indonesia dapat berubah lebih baik jika dipimpin oleh pemimpin yang solih. Tentu tidak mudah untuk meyakinkan mereka. Alhamdulillah kader-kader PKS sabar dan istiqomah bergaul dengan mereka.

Sehingga bukan menjadi hal yang aneh ketika terjadi ledakan suara PKS di Malaysia. Hasil-hasil kerja dakwah bertahun-tahun saat ini terlihat hasilnya pada saat pemilu. Justru akan sangat aneh jika tidak menang di Malaysia karena tidak ada satupun partai selain PKS yang mau membina masyarakat Indonesia di pabrik-pabrik, ladang dan perkebunan sawit di Malaysia.[els]



Hasil Spektakuler PKS di Jawa Tengah, 'Pecah Telor' dan 'Panen Kursi'

Posted: 14 Apr 2014 05:39 AM PDT


Berdasar data C1 yang direkap oleh beberapa DPD PKS di Jawa Tengah, berikut Info perkiraan (sementara) perolehan kursi PKS di beberapa DPRD Tingkat II di Jawa Tengah :

- Kab Magelang dari 3 kursi jd 4 kursi
- Kota Magelang dari 2 kursi jd 3 kursi
- Wonosobo dari 0 kursi jd 1 kursi (pecah telor)
- Purbalingga dari 4 kursi jd 5 kursi
- Kota Solo 5 kursi (juara 2)
- Kota Salatiga tetap 5 kursi (juara 2)
- Pati tetap 5 kursi tp suara meningkat dari 36rb jd 50rb
- Sragen dari 4 kursi jd 6 kursi
- Blora dari 3 kursi jd 5 kursi
- Kota Semarang tetap 6 kursi
- Kendal dari 4 kursi jd 5 kursi
- Batang dari 0 kursi jd 2 kursi (pecah telor)
- Kota Pekalongan dari 2 kursi jd 3 kursi
- Kab. Pekalongan dari 0 jadi 2 kursi 
- Pemalang tetap 5 kursi
- Boyolali tetap 4 kursi
- Kebumen dari 2 kursi jd 4 kursi (info: 4 kursi akhwat semua)
- Karanganyar dari 5 kursi jd 6 kursi
- Purworejo dari 2 kursi jd 4 kursi
- Kudus dari 1 kursi jd 4 kursi
- Brebes dari 5 kursi jd 6 kursi
- Wonogiri tetap 6 kursi tapi suara naik
- Jepara dari 2 kursi jd 3 kursi
- Kota Tegal dari 3 kursi jd 4 kursi
- Temanggung dari 1 kursi jd 3 kursi



Kawal terus hasil surat suara!!!


*sumber: fb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar