Kamis, 22 Mei 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


Mahfud MD Resmi Jadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta

Posted: 22 May 2014 02:37 AM PDT


Mahfud MD menyatakan siap menjadi Ketua Tim Pemenangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Hal ini ditegaskan Mahfud dalam pernyataan pers di MMD Initiative, Jalan Depo Nomor 3 Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 22 Mei 2014.

"Saya mengambil keputusan dengan segala risiko, yakni berjuang bersama dengan mendukung dan menjadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rasaja," ujar Mahfud MD.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu resmi menjadi Ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa setelah mendapat restu dari para kiai, guru besar dan para sahabatnya.

Mahfud akan langsung memimpin rapat pemenangan Prabowo-Hatta di Rumah polonia, Jalan Cipinang Cempedak, Otista, Jakarta Timur. (vivanews)


Prabowo: "Yang tidak ingin jadi antek Asing mari bergabung"

Posted: 22 May 2014 02:48 AM PDT


JAKARTA - Calon Presiden Prabowo Subianto terus menggalang kekuatan. Mantan Danjen Kopassus itu mengajak semua pihak yang memiliki kesamaan visi untuk membangun Indonesia lebih baik.

"Kita berharap semua unsur yang patriotik, ingin kedaulatan bangsa, yang ingin bangsa Indonesia berdiri di kaki sendiri, tidak mau jadi antek asing, yang mau Indonesia sejahtera makmur dan adil,  gabung sama kita," kata Prabowo, di Kantor DPP Gerindra, Jakarta, Kamis (22/5/2014).

Seperti diketahu, usai mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), pasangan Prabowo-Hatta Rajasa langsung memperkuat dukungan. Hingga saat ini, dukungan terus mengalir mulai dari artis, ulama, hingga pengusaha.

"Strategi serangan udara semua sudah ada," tuntas Prabowo. (okezone)

Ingin Indonesia Disegani Negara Lain? Prabowo Pilihannya

Posted: 21 May 2014 10:37 PM PDT


Ingin melihat negara ini menjadi negara yang disegani bangsa lain? harusnya mereka memilih Prabowo Subianto.

Negara Indonesia adalah negara kepulauan dengan situasi politik dan karakter keamanan yang khas pada masing masing daerahnya.

Butuh pemimpin yang tegas bukan pemimpin klemar klemer..

yang berani katakan; "ini negara kami bukan negara anda!!"

Pantas saja Singapura, Malaysia dan Australia dan Amerika ketar ketir kalau seandainya seorang Prabowo menjadi presiden di negeri ini.

Sudah bertahun tahun mereka injak injak kedaulatan negeri ini; mereka curi kekayaan ikan milik kita.

Mereka hancurkan batas negara yang ada sehingga Sipadan dan Ligitan bisa berpindah tangan waktu Megawati menjadi presiden.

Tidak akan ada lagi; pesawat ditukar demi mendapatkan beras dari luarnegeri.

Tidak akan ada lagi penghinaan seorang panglima di media media milik asing.

Ini negara kita negara Indonesia!

Sudah saatnya negara ini kembali menjadi Singa Asia.

Kalau bukan saat ini? kapan lagi?

Kalau bukan Prabowo Subianto? siapa lagi?

Masih mau pilih presiden klemar klemer yang jadi bahan guyonan bangsa lain?

-bang dw-


Prabowo dan Jokowi, Dua Kekuatan dari Kampiun yang Berbeda

Posted: 21 May 2014 08:28 PM PDT


Oleh Mawalu

Jokowi dan Prabowo, dua kekuatan dari kampiun yang berbeda. Laju kedua sosok ini berkibar kencang laksana angin badai taufan dunia. Yang satu mantan Jenderal, yang satunya mantan tukang kayu dari Solo. Masing-masing punya kekuatan, masing-masing punya senjata pemusnah massal yang mematikan dan tak tertandingi oleh siapapun saat ini.

Siapa yang tak kenal Jokowi, sosok yang melenting ke permukaan melesak dasyat bagaikan meteor sejak isu mobil Asemka muncul ke permukaan. Derap laju langkah kakinya pun tak tertahankan, dari Solo menuju Jakarta. Kini dari Kebon Sirih menuju Istana Negara.

Sosok yang dekat dengan wong cilik, murah senyum, suka mlaku-mlaku merono merene alias blusukan, senyum sumringah dan punya sense of humor yang tinggi, tapi jangan ditanya dasyatnya kekuatan ketegasannya yang terbalut dalam keramahannya dalam kultur Jawa yang santun.

Angle-nya unik. Cara bicaranya bertaburan pleonasme, membangun klimaks dari alinea pertama ke alinea berikutnya dibalut filosofi dalam alunan kalimat per kalimat setajam belati sebagai lambang bangkitnya wong cilik dalam tarikan nafas sejanak sebelum mengambil ancang-ancang dan bergerak semakin kencang sesuai dengan kadar intelektual, pengalaman hidup dan kaidah yang diperjuangkannya dengan jujur dan tanpa pamrih.

Walaupun Jokowi enggak seganteng Prabowo, ibaratnya wajah ndeso tapi dompet kota (minjem istilah Tukul Lele Arwana itu). Inilah daya pikat Jokowi yang membius hampir jutaan orang yang tersebar di seluruh pelosok negeri.

***

Lantas bagaimana dengan Prabowo? Jangan ditanya lagi sosok ini. Seorang mantan Jenderal yang paling ditakuti Australia, dan paling disegani oleh Amerika. Satu-satunya mantan Jenderal di negeri ini yang diberi penghargaan sebagai pelatih perang terbaik dan warga negara istimewa di Yordania.

Orang bilang pengalaman hidup lebih berharga dari emas dan permata, lebih bernilai dari nilai mata uang. Sepak terjang sosok seorang Prabowo telah membius alam bawah sadar jutaan rakyat di negeri ini dengan sosoknya yang menunggani Kuda seharga 3 milyar dan baju perang putih ala Soekarno dan Pablo Escobar.

Prabowo, mantan Jenderal yang pernah sukses membungkam sejumlah petinggi militer di negeri ini termasuk Jenderal LB Moerdani itu, pernah hampir baku hantam dengan Komandan Korem Timor Timur, Kolonel Inf Kiki Sjahnakrie, di kantor Pangdam IX Udayana.

Prabowo, satu-satunya Jenderal di negeri ini yang mengarahkan ratusan moncong senjata mengepung Istana Negara sehingga Habibie pun murka. Prabowo, satu-satunya mantan Jenderal yang paling berani melengserkan Benny Moerdani dari empuknya kursi Panglima ABRI.

Prabowo pula yang menggembleng Kopassus di Fort Benning, Amerika Serikat, sehingga menjadi pasukan yang paling solid dan paling ditakuti di dunia Internasional.

Prabowo, satu-satunya mantan Jenderal yang paling ditakuti para pengusaha hitam di negeri ini. Mereka pernah merasakan kerasnya tamparan tangan Prabowo yang membekas di pipi mereka yang putih bersih itu selama berhari-hari.

Kini dengan barang dagangan Prabowo melalui konsep mengangkat harkat dan martabat ekonomi kerakyatan telah membius jutaan rakyat sampai ke pelosok negeri.

Bagi mereka yang sudah muak dengan ketidakpastian hankamnas di negeri ini, bagi mereka yang sudah muak dengan kondisi bangsa yang penuh rekayasa oleh kaum feodal, komprador, imperialisme dan ahli manipulasi tanpa essensi, mereka meletakan asa yang membuncah dalam dada ke pundak Prabowo.

Mungkin benar bahwa bangsa yang pluralisme ini memang belum saatnya diberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya. Kalau orang Jawa bilang dikasi hati, njalu rempelo, diberikan kebebasan dalam atmosphir demokrasi, malah tambah angkat ekor.

Mungkin saja bangsa ini butuh sosok seperti Prabowo untuk menghajar para munafiqun di negeri ini. Bahkan prajurit tebaiknya, Basuki Tjahaja Purnama, telah terdidik dengan aura militernya ala Prabowo Subianto, bangsa ini enggak bisa diajak baik-baik, harus diajak berantem dulu baru bisa baik, begitu kata Ahok, bukan kata Mawalu.

Jika Prabowo jadi Presiden, maka Australia akan berpikir seribu kali bilamana ingin mempermalukan bangsa ini dengan aksi-aksi penyadapan. Jika Prabowo jadi Presiden, setidaknya Malaysia akan berpikir seribu kali sebelum mencaplok budaya dan pulau-pulau di negeri zamrud khatulistiwa ini.

Jika Prabowo jadi Presiden, setidaknya Singapura akan berpikir seribu kali kalau mau cari perkara dengan mengungkit-ngungkit masa lalu. Jika Prabowo jadi Presiden, setidaknya para buruh yang jumawa akan berpikir seribu kali kalau demo mau blokir jalan Tol dan blokir Bandara Soetta.

Jika Prabowo jadi Presiden, setidaknya para Koruptorsaurus akan berpikir seribu kali kalau mau merampok negara ini. Jika Prabowo jadi Presiden, setidaknya para teroris akan berpikir seribu kali untuk menteror negara ini karena akan diburu Prabowo sekalipun bersembunyi di lobang tikus. Disinikah letak kekuatan Prabowo? Silahkan Anda yang menilai sendiri.

Sejatinya manusia yang berakal hikmat dapat mengukur kekuatan gelombang otak alam bawah sadarnya, yaitu Gamma, Beta, Alpha, Tetha, dan Delta. Yang membedakan antara keyakinan dan kenyataan hanyalah pembuktian. Semuanya kembali kepada hati nurani Anda. Kesadaran ada pada diri Anda sendiri, bukan karena latah, apalagi karena terpaksa.

Hidup ini memang diberikan kebebasan merdeka, hidup ini memang diberikan kebebasan untuk berpikir dengan kesadaran yang tak terbatas dan tak akan pernah mati. Oleh karena itu wahai saudara-saudariku setanah air, berhentilah mimpi di siang bolong. Pilihlah calon pemimpin bangsa sesuai hati nurani Anda.

Prabowo atau Jokowi, it's your own choice!


*Kompasiana


Survei LSI: Empat Point Ini Akan Bikin Jokowi Kalah

Posted: 21 May 2014 10:39 PM PDT


Jakarta - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis survei bahwa, kampanye negatif terhadap seorang calon presiden, dapat menurunkan dukungan suara di Pilpres 2014.

Penurunan dukungan dari pemilih itu dapat terjadi kepada Jokowi sebagai capres yang diusung oleh gabungan partai koalisi yakni PDIP, NasDem, PKB dan Hanura.

"Setidaknya terdapat 4 informasi yang apabila terbukti, membuat pemilih tidak akan mendukung Jokowi. Ini akan menurunkan suara dukungan terhadap Jokowi, sampai dengan sekitar 40%," ujar peneliti LSI, Ardian Sofa di Jakarta (20/5/2014).

Ardian menjelaskan, keempat informasi itu adalah:
1. Joko Widodo akan dikendalikan oleh Megawati dan negara asing.
2. Joko Widodo tidak menepati janji menyelesikan jabatan sebagai Gubernur Jakarta selama 5 tahun penuh.
3. Kasus dugaan korupsi pengadaan busway.
4. Joko Widodo lebih membela kelompok minoritas dan tidak memperhatikan kepentingan warga mayoritas.

Dia menjelaskan, informasi ini didapat pemilih dari berbagai macam media. "Pemilih sudah cerdas untuk melihat fakta-fakta dari informasi tersebut," tegas Ardian. [gus]

*sumber: http://nasional.inilah.com/read/detail/2102360/lsi-empat-point-ini-buat-jokowi-kalah#.U31mAHbUeHA


Pengamat: Australia Khawatir Bila Prabowo Berkuasa

Posted: 21 May 2014 10:39 PM PDT


Prabowo tak bakal berkompromi dengan Australia, kata Hikmahanto Juwana

Pengamat hukum internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menganggap tenggat waktu penyelesaian kode tata kelakuan baik (Code of Conduct) sebagai syarat pulihnya hubungan RI-Australia merupakan sesuatu yang terburu-buru.

Untuk diketahui, dalam pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Australia Tony Abbott pada awal Mei, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono berharap COC sudah rampung bulan Agustus.

Menurut Hikmahanto, proses pemulihan hubungan yang demikian hanya menunjukkan kasus kisruh hubungan RI-Australia menyangkut ego pribadi Presiden SBY, bukan masalah negara.

"Saya melihat hubungan kedua negara harus membaik semata-mata karena tenggat waktu kepemimpinan Presiden SBY yang sebentar lagi akan berakhir," ujar Hikmahanto, 22 Mei 2014. Masa jabatan SBY sebagai Presiden RI akan berakhir pada bulan Oktober.

Hikmahanto khawatir COC akan diselesaikan seadanya. "Saya prediksi COC tidak akan sampai detail. Pembuatan COC kan membutuhkan negosiasi, sementara negosiasi membutuhkan waktu yang mungkin sampai lewat Agustus. Yang terpenting ketika ditanya dan ditagih rakyat (di akhir periode SBY menjabat), COC-nya sudah ada," kata pria yang pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum UI itu.

Dalam hal ini, ujar Hikmahanto, terlihat seolah-olah RI tidak tegas dalam menyikapi kasus penyadapan yang dilakukan oleh Badan Intelijen Australia. Dia berpendapat, seharusnya setelah penarikan Duta Besar RI untuk Australia Nadjip Riphat Kesoema, pemerintah RI turut mengusir Dubes Australia Greg Moriarty.

"Dengan begitu saat memulai kembali proses pemulihan hubungan bisa lebih baik. Tidak seperti sekarang yang seolah-olah tanggung. Dalam kasus ini, rakyat melihat SBY yang memulai tetapi dia juga yang meminta untuk diakhiri," kata Hikmahanto.

Dia menilai seharusnya Indonesia bisa lebih tegas di masa mendatang di bawah kepemimpinan baru. "Apabila tampuk kekuasaan dipegang oleh Pak Jokowi dan JK, maka mereka akan melihat kondisi yang terjadi saat ini dan belajar dari pengalaman rezim SBY. Sementara apabila Prabowo dan Hatta Rajasa yang terpilih, maka kebijakan yang diambil akan lebih mementingkan Indonesia," kata Hikmahanto.

Apabila Prabowo yang naik jadi presiden, ujar Hikmahanto, tidak bakal ada kompromi. Itu sebabnya, menurut Hikmahanto, Australia cukup khawatir bila Prabowo berkuasa.

Hikmahanto mengingatkan agar sikap tegas yang ditunjukkan oleh masing-masing calon presiden tidak hanya terjadi saat masa kampanye saja. "Mereka harus merealisasikan janji-janji ketika masa kampanye, khususnya yang menyangkut kebijakan luar negeri. Jangan nanti setelah duduk di kursi kekuasaan, lalu lupa," kata dia.

Akar masalah

Hubungan RI-Australia memanas setelah skandal penyadapan terhadap Presiden SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono berserta sejumlah pejabat tinggi RI lainnya terungkap di media Australia, November 2013. Presiden SBY lantas menarik Dubes Nadjip dari Canberra ke Jakarta untuk berkonsultasi.

Sebagai syarat untuk pemulihan hubungan, Presiden SBY mengajukan enam langkah yang akhirnya dibuat tata kode kelakuan baik atau COC pada 26 November 2013. Keenam langkah itu yakni pertama, Menteri Luar Negeri kedua negara membicarakan secara mendalam dan serius isu-isu sensitif berkaitan dengan hubungan bilateral kedua negara paska terbongkarnya penyadapan.

Kedua, setelah ada kesepakatan, maka akan ditindaklanjuti dengan pembahasan protokol dan kode etik secara lengkap dan mendalam. Ketiga, SBY akan memeriksa konsep protokol dan kode etik itu. Keempat, pengesahan kode etik akan dilakukan di hadapan Presiden SBY dan PM Tony Abbott.

Kelima, kedua negara harus membuktikan kode etik itu dipenuhi dan dijalankan. Keenam, setelah kode etik dijalankan, maka kepercayaan terhadap Australia diharapkan muncul kembali.

Namun penyelesaian COC ini berpotensi terhambat dengan kebijakan Angkatan Laut Australia yang mendorong perahu pencari suaka ke perairan Indonesia. (adi/vivanews)


Fahri Hamzah: Jokowi Tersandera Bus Berkarat

Posted: 21 May 2014 07:23 PM PDT


Twit @Fahrihamzah
(Kamis, 22/5/2014)

Apa kabar para relawan?

Kalau mau jujur... Kasus @Prabowo08 sudah selesai.. Kasus @jokowi_do2 baru mau mulai... #BagaimanaDong...

Saya secara khusus mengkhawatirkan Apa yang pernah terjadi dengan @boediono Dalam kasus #CENTURY ..

Saat kabareskrim @susno2g (Susno Duadji) akan memeriksanya.. Sebagai gubernur BI... Doi sedang nyawapres...

Dalam Kasus bus berkarat TransJakarta jokowi tidak bisa lepas tangan.. Pengadaan dalam jumlah besar Adalah gubernur..

(@joeragan2013: betul sekali sesuai Perpres 70 tahun 2012 dan perpres 54 th 2010 penetapan barang/jasa diatas 100M oleh Gub (APBD prov)

Kenapa kalau Prabowo semua masalah dijawab tuntas.. Kenapa Jokowi menolak menjelaskan?

Bagaimana kita sebagai bangsa bisa menghindar dari sandera? Bagaimana kita selamatkan 5 tahun pemerintahan?

Saya tidak menyerang jokowi.. Saya hanya mengingatkan kita.. Negara tdk boleh hidup dalam sandera..


*https://twitter.com/Fahrihamzah


"Sang Jenderal Terbuang"

Posted: 21 May 2014 10:40 PM PDT


Jum'at 14 Maret 2014, Kompas TV menayangkan Prabowo Subianto dalam acara Aiman Dan Prabowo.

Prabowo adalah salah satu nama yang maju dalam pemilihan presiden Republik Indonesia. Karena posisi presiden di RI, sesungguhnya lebih berkuasa daripada presiden Amerika Serikat maupun Rusia, presiden RI haruslah yang terbaik dari yang ikut bertarung. Tulisan ini bukan sebagai kampanye, karena saya bukan kader Partai Gerindra, namun hanya untuk mengulas mengenai sosok Prabowo Subianto yang kontroversial dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Tujuannya adalah agar masyarakat mendapatkan informasi yang lengkap dan berimbang tentang calon pemimpin yang akan dipilihnya termasuk Prabowo. Mengingat begitu krontroversial dan banyaknya disinformasi mengenai tokoh yang satu ini.

Prabowo lahir di Jakarta 17 Oktober 1951. Beliau adalah mantan Danjen Kopasus (Komandan Jenderal Komando Pasukan Kuhusus), pengusaha sukses, politisi, dan calon presiden 2014. Prabowo adalah putra dari begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo. Beliau juga cucu dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo yang merupakan anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan juga merupakan pendiri Bank Nasional Indonesia (BNI). Dari silsilahnya tampak bahwa Prabowo memiliki "darah biru" elit pemimpin Indonesia. Bahkan jauh sebelum republik ini lahir.

Prabowo menikahi Titiek, putri Presiden Soeharto. Saat ini, Titiek sendiri menjadi calon anggota legislatif dari Partai Golongan Karya (Golkar). Keputusan yang tampak prospektif saat itu namun menjadi blunder dalam hidupnya dikemudian hari. Dengan latar belakang keluarga intelektual, Prabowo mewarisi kecerdasan ayahnya. Beliau dikenal sangat cerdas di sekolah maupun di AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Meski beliau adalah alumnus AKABRI (1974), namun tidak banyak yang tahu bahwa setelah lulus SMA, Prabowo juga diterima di American School In London, Britania Raya.

Karirnya dibidang militer terbilang sangat cemerlang dan membanggakan. Karir militer Prabowo termasuk yang tercepat dalam sejarah ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Prabowo bahkan sempat disebut sebagai "The Brightest Star". Dialah jenderal termuda yang meraih 3 bintang pada usia 46 tahun.

Sebagai sesama orang militer, Prabowo bisa dianggap sebagai "antitesa" dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mungkin karena karir beliau yang banyak diisi dengan penugasan di satuan tempur. Meski sama-sama merupakan "The Rising Star" di tubuh ABRI saat itu, SBY lebih dikenal sebagai perwira intelektualnya ABRI. Berbeda dengan SBY yang cenderung analitis dan berhati-hati dalam mengambil keputusan, sebagai perwira lapangan Prabowo cenderung cepat, take action. Saat keputusan sudah dibuat Prabowo akan menjalankannya dengan penuh "determinasi". Beliau siap menanggung segala konsekuensinya.

Salah satu contohnya adalah perihal peristiwa penculikan aktivis yang telah mencoreng nama baik dan menjadi penyebab kehancuran karir militernya. DKP (Dewan Kehormatan Perwira) yang menyelidiki kasus ini tidak pernah mngungkapkan hasil pemeriksaannya kepada publik. Tidak juga kepada Prabowo yang notabene menjadi tertuduhnya. Tampaknya Wiranto sengaja mengambil manfaat agar prasangka publik menghukum Prabowo lebih berat daripada "dosanya". Meski Prabowo berikeras mengatakan tak pernah perintahkan penculikan. Namun beliau mengambil alih tanggung jawab anak buahnya. "Saya ambil alih tanggung jawabnya." Begitu kata beliau saat itu. Sikap yang harus dibayar mahal dengan hancurnya karir militer yang gilang gemilang, namun juga menunjukkan kualitas kepemimpinan Prabowo. Jika Prabowo benar bersalah, mengapa justru korban-korban penculikan seperti Pius L Lanang dan Desmond J Mahesa justru menjadi pengurus Partai Gerindra?

Meski begitu, kualitas kepemimpinan Prabowo justru sudah teruji di saat-saat paling kritis yang pernah dialami negeri ini. Bagi mereka yang lelah dengan kepemimpinan yang lemah, lama mengambil keputusan, selalu terkesan ragu-ragu tampaknya Prabowo adalah jawabannya. Bagi mereka yang muak dengan pemimpin yang sibuk selamatkan diri sendiri saat ada masalah maka Prabowo adalah pilihan yang patut dipertimbangkan. Dibanding memilih mengorbankan anak buahnya, Prabowo memilih untuk ambil alih tanggung jawab dan menanggung sendiri resikonya. Seorang kapten kapal yang baik bukanlah yang pertama selamatkan diri saat kapal tenggelam, tetapi justru yang terakhir. Seperti terlihat dalam film Titanic, ketika kapal sudah mulai tenggelam, kapten kapal memastikan semua penumpang selamat, dan akhirnya dirinya sendiri gagal selamat. Sayang, karir militer Prabowo yang gilang gemilang itu berakhir dengan cara yang kurang mengenakkan. Bahkan bisa dikatakan memilukan.


Prabowo bisa dikatakan pihak yang dikalahkan dalam proses perebutan kekuasaan dan pengaruh di tubuh militer pada masa-masa kritis tahun 1998. Berbicara tentang Prabowo kita tidak bisa lepas dari peristiwa kelam Mei 1998 yang mencoreng nama bangsa Indonesia selamanya. Sebagai pihak yang kalah Prabowo menjadi "kambing hitam" dari semua kejadian tersebut. Seperti kata pepatah, tinta sejarah adalah milik pemenang. Ini tentu saja berpotensi menjadi pengganjal pencapresannya. Stigma sebagai "penjahat kemanusiaan" pasti akan dimanfaatkan sebagai senjata lawan-lawan politiknya untuk menjatuhkan Prabowo. Jika memang benar Prabowo adalah tokoh yang bertanggung jawab terhadap peristiwa itu maka dia sudah menerima segala hukumannya. Bayangkanlah perasaan Prabowo yang karir gemilangnya di dunia militer yang begitu dicintainya itu harus berhenti dengan sejuta rasa malu dan aib. Lalu bagaimana jika semua itu tidak benar? Layakkah Prabowo tersandera oleh prasangka tanpa bukti? Lantas layak pulakah bangsa Indonesia kehilangan kesempatan untuk dipimpin oleh putra terbaiknya?

Jauh sebelum peristiwa Mei 98 proses penghancuran nama baik Prabowo sudah terjadi. Semua berawal dari rivalitas antara Prabowo dan Wiranto. Ketidak harmonisan Prabowo dan Wiranto memang sudah berlangsung sejak lama. Mungkin karena latar belakang keduanya yang jauh berbeda. Prabowo yang kosmopolitan cenderung memiliki pola pikir yang terbuka. Sementara Wiranto dengan latar belakang Jawa yang sangat kental lebih tertutup. Namun Prabowo yang terbiasa dengan persaingan terbuka sejak kanak-kanak menganggap rivalitas semacam itu sebagai hal biasa dan tidak dijadikan personal. Berbeda dengan Wiranto yang berlatar belakang sangat "Jawa Tradisional" itu, dia lebih mirip dengan Soeharto dalam menyikapi suatu rivalitas. Lihat saja nasib yang menimpa pesaing-pesaing Soeharto yang mengganggu karir militer atau politiknya di masa lalu. Jika tidak mati, membusuk di penjara. Salah satu contohnya adalah kawan saja, Fadjroel Rachman, yang sempat mendekam di Nusa Kambangan dan kehilangan teman-temannya. Fadjroel sendiri akhirnya bebas ketika Habibie menjadi presiden.

Indikasi ketidaksukaan Wiranto terlihat dengan absennya beliau sebagai Pangab (Panglima ABRI) dalam acara serah terima Pangkostrad Letjen Soegiono kepada Prabowo. Begitu juga saat pemberhentian secara hormat Prabowo sebagai perwira militer. Beliau mencopot tanda-tanda pangkat Prabowo dengan satu tangan saja. Proses berakhir secara paksanya karir militer Prabowo memang tidak bisa dilepaskan dari rivalitas perwira muda dan perwira tua. Prabowo sebagai gambaran perwira muda tentu saja menjadi sasaran tembak utama saat itu. Posisi Prabowo saat itu benar-benar terjepit. Di satu sisi dia adalah menantu penguasa yang sedang menjadi sasaran sentimen negatif rakyat. Di sisi lain akibat manuver Wiranto dkk, Soeharto yang masih punya pengaruh justru membencinya sampai ke ubun-ubun. Sampai-sampai kepada penggantinya Habibie, beliau menyampaikan pesan khusus untuk "mengamankan" Prabowo. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Semua tidak terlepas dari peristiwa Mei yang mengerikan itu. Peristiwa yang hingga kini masih menghantui republik ini.

Ada 3 tuduhan utama yang diarahkan kepada Prabowo, yaitu: Penculikan akitivis, penembakan mahasiswa Trisakti, dan dalang kerusuhan Mei 1998. Tidak satupun tuduhan tersebut yang terbukti. Seandainya Prabowo bersalah bukankah Pangab saat itu Wiranto? Bukankah sebagai panglima beliau yang seharusnya paling bertanggung jawab? Mengapa hingga saat ini Prabowo tidak pernah diberitahu tentang hasil penyelidikan DKP sehingga tidak bisa membela diri? Mengenai penembakan mahasiswa Trisakti, Wiranto juga terkesan sengaja 'buying time' dengan tidak mengusut kasus ini secara cepat. Akibatnya tuduhan kembali ke Prabowo, yang jadi bulan-bulanan opini publik, dicurigai sebagai orang dibalik penembakan itu. Meski banyak sekali keanehan terhadap tuduhan ini namun fitnah sudah mencapai sasaran. Dan sekali lagi Prabowo terlanjur menjadi pesakitannya. Tuduhan mengarahkan Prabowo di balik penembakan, dengan konspirasi anggota kopasus memakai seragam Polri sebagai pelaku penembakan snipper. Teori konspirasi ini tidak pernah terbukti, karena peluru snipper diatas 7 mm dan proyektil peluru tertanam di korban kaliber 5,56 mm. Sementara korban dipilih secara acak. Kalau snipper akan memilih misalnya pemimpin demo atau target pilihan. Lima hari setelah insiden Trisakti, Prabowo datang ke rumah Herry Hartanto. Di bawah Alquran dia bersumpah. Di depan Syaharir Mulyo Utomo orang tua korban, "Demi Allah saya tidak pernah memerintahkan pembantaian mahasiswa."

Perihal keterlibatan Prabowo atas penembakan mahasiswa Trisakti, tanggal 14 Mei terjadi pertemuan di Makostrad (Markas Komanda Staf Angkatan Darat) atas inisiatif Setiawan Djodi. Pertemuan antara Prabowo dan tokoh masyarakat, antara lain: Adnan Buyung Nasution, Setiawan Djodi, Fahmi Idris, Bambang Widjoyanto. Dalam pertemuan itu Prabowo ditanya tentang keterlibatannya. Prabowo menjawab, "Demi Allah saya tidak terlibat, saya di set-up." Menurut Buyung terlihat jujur. Peristiwa selanjutnya semakin memperkuat ketidak terlibatan Prabowo atas peristiwa penembakan mahasiswa tersebut. Puspom ABRI Sjamsu Djalal menghadapi kesulitan memaksa Kapolri Dibyo Widodo untuk menyerahkan anggotanya yang dicurigai terlibat. Disinilah peran Wiranto terlihat.

17 hari setelah insiden itu berlalu baru Wiranto memanggil Dibyo untuk memerintahkan untuk menyerahkan anggota. Itupun anggota diserahkan ke Polda bukan ke POM ABRI. Padahal Polri saat itu masih menjadi bagian ABRI dan Pangabnya adalah Wiranto. Sementara senjata sebagai barang bukti baru diserahkan tanggal 19 Juni 98. Hampir satu bulan sejak peristiwa terjadi. Kelak tahun 2000, uji balistik di Belfast, Irlandia membuktikan bahwa peluru berasal dari anggota Polri unit gegana. Siapa sesungguhnya dibalik pristiwa itu? Siapa yang beri perintah? Jelas bukan Prabowo yang sebagai Pangkostrad tidak punya jalur komando ke Polri. Dalam militer, garis komando benar-benar diterapkan. Bagaimana dengan tuduhan Prabowo sebagai otak dibalik kerusuhan Mei 98? Benarkah dia yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut? Atau kembali lagi beliau dikorbankan akibat proses perebutan kekuasaan terselubung diantara para elit militer saat itu? Apakah benar kerusuhan tersebut terjadi karena spontanitas atau 'crime by omission' (kejahatan karena pembiaran) atau bahkan 'terror by design' (teror yang didesain)?

Mari kita kembali ke zaman yang tidak mengenakkan itu. Kadang untuk mencari kebenaran sejarah kita butuh "mesin waktu". Tampaknya kita harus memanggil Doraemon ke sini sekarang. Kita juga membutuhkan testimoni para pelakunya yang saat ini masih hidup bahkan sedang berkuasa. Sedikit dari kita yang mengetahui apa peran SBY dalam proses pergantian kekuasaan saat itu. Padahal beliau juga cukup berperan. Sudah menjadi kepercayaan umum bahwa penembakan mahasiswa Trisakti mengakibatkan terjadinya kerusuhan besar-besaran. Benarkahkah demikian? Bukti-bukti menunjukkan bahwa kerusuhan Mei 98 itu bukanlah spontanitas kemarahan warga akibat peristiwa Trisakti. Adakah rekayasa pihak tertentu atau setidaknya pembiaran sehingga peristiwa itu bisa terjadi? Mari kita lihat secara jernih bukti-bukti yang ada.

Satu peristiwa yang bisa dijadikan kunci keterlibatan Wiranto pada peristiwa tersebut adalah kepergiannya ke Malang saat ibukota sedang genting-gentingnya. Sebab Wiranto sudah tahu akan ada kerusuhan di ibukota, tetapi tetap bersikukuh untuk pergi ke Malang. Acara di Malang adalah serah terima PPRC dari Divisi I ke Divisi II. Wiranto menjadi Inspektur upacara (irup) nya. Sebenarnya itu adalah acara rutin yang bisa diwakilkan. Bayangkan, untuk serah terima Pangkostrad saja dia bisa berhalangan hadir. Bagaimana mungkin dalam kondisi ibukota yang genting dia sebagai pemegang kunci komando lebih memilih jadi irup acara seremonial seperti itu? Sangat tidak bisa diterima akal sehat. Apalagi mengingat tanggal 13 Mei malam Wiranto memimpin rapat Garnisun Jakarta untuk menanyakan situasi terakhir. Lebih mencurigakan lagi bahwa Kasum TNI Fahariur Razi saat itu sudah ditunjuk Pangkostrad Prabowo menjadi irup di Malang. Tetapi sekonyong-konyong diambil alih oleh Wiranto. Suatu kebetulan atau kesengajaan? Mungkinkah Wiranto sebagai Pangab tidak tahu menahu kondisi Jakarta? Dalam kondisi ibukota terjadi kerusuhan Wiranto malah pergi ke Malang dengan mengajak komandan-komandan seperti Danjen kopasus, komandan Marinir, dll. Lebih mencurigakan lagi sebenarnya Prabowo sudah brulang kali menghubungi Wiranto untuk membatalkan kepergiannya. Wiranto menjawab "Show must goon". Ini mirip dengan Soeharto tahu akan gerakan 30 September namun sengaja tidak melakukan tindakan apapun untuk mencegahnya.

Sebelumnya, saat situasi makin mengarah rusuh 12 Mei 1998 Panglima TNI Wiranto tidak memerintahkan pasukan untuk berada di Jakarta. Atas permintaan Pangdam Jaya yang mendapat perintah dari Mabes ABRI, Pangkostrad Prabowo kemudian membantu pengamanan ibukota. Pangkostrad Prabowo kemudian membantu Pangdam Jaya dengan mendatangkan pasukan dari Karawang, Cilodong, Makasar, dan Malang untuk membantu Kodam. Tetapi sekali lagi Wiranto tidak mau memberi bantuan pesawat Hercules sehingga Prabowo mencarter sendiri pesawat Garuda dan Mandala. Seharusnya jika negara dalam keadaan genting seperti itu panglima wajib mengambil alih komando dan secara fisik wajib berada di lokasi. Tetapi yang terjadi justru tidak terlihat sedikitpun i'tikad baik Wiranto untuk mencegah terjadinya kekacauan yang menelan korban hingga ribuan orang tersebut. Anehnya justru belakangan kubu Wiranto yang melemparkan kesalahan kepada Prabowo yang dianggap mengakibatkan kerusuhan itu. Bukankah Wiranto sudah menggelar rapat Garnisun tanggal 13 Mei untuk menanyakan situasi terakhir? Apakah Zaki Anwar Makarim sebagai ketua Badan Intelijen ABRI tidak pernah mengingatkan Wiranto akan ada kerusuhan? Bukankah Prabowo sendiri sudah mengingatkan Wiranto akan terjadi kerusuhan dan mencegahnya pergi ke Malang? Mengapa Wiranto tidak bergeming? Lantas apa sebenarnya tujuan Wiranto membentuk Pam Swakarsa?

Pam Swakarsa ini rencananya akan dipakai sebagai perlawanan kalangan sipil terhadap demo yang semakin menjadi-jadi saat itu. Untuk Pam Swakarsa sendiri, memiliki produk "unggulan" yaitu Front Pembela Islam (FPI) yang kemudian direspon oleh hadirnya Jaringan Islam Liberal (JIL). Namun belakangan dicurigai bahwa justru Pam Swakarsa inilah salah satu penyulut kerusuhan Mei tersebut. Jauh sebelum peristiwa Mei terjadi, mantan Kakostrad Kivlan Zein bersaksi bahwa dialah yang diperintahkan Wiranto untuk membentuk Pam Swaraksa. Mengapa Wiranto menolak permohonan bantuan Hercules Prabowo sehingga dia harus mencarter sendiri pesawat Garuda dan Mandala? Mengapa saat Prabowo mengerahkan pasukan untuk berusaha menghentikan penjarahan "sistematis" toko-toko, justru Panglima TNI melalui Kasum Fahariur Razi malah melarang pengerahan pasukan untuk membantu Kodam Jaya? Mengapa panser-panser dan pasukan yang sudah siap saat itu tidak bisa bergerak karena menunggu perintah yang tidak kunjung datang? Keragu-raguankah atau kesengajaan? Yang jelas akibatnya ribuan nyawa melayang sia-sia, ratusan wanita diperkosa, aset-aset pribadi dibumi hanguskan.

Bukti lain semakin mengarah kepada Wiranto sebagai dalang sesungguhnya dari kerusuhan Mei 98 dari pengakuan mantan Ka Puspom ABRI Sjamsu Djalal. Melihat kondisi ibukota yang semakin tidak terkendali, beliau menyarankan untuk memberlakukan jam malam. Namun Wiranto tidak bergeming. Artinya ada lebih dari satu orang yang memberi peringatan kepada Wiranto saat itu. Jadi keputusannya berangkat ke Malang adalah bagian dari "rencana". Makin terkuak disini bahwa Prabowo yang justru berupaya mengamankan situasi malah dijadikan kambing hitam sebagai pelaku kudeta.

Pertanyaan selanjutnya adalah, benarkah kerusuhan Mei itu murni spontanitas warga atau karena rekayasa dalam kaitan perebutan kekuasaan saat itu? Mengenai pembentukan Pam Swakarsa, Kivlan Zein sudah memberi testimoni bahwa itu adalah bentukan Wiranto. Dia yang ditugasi perintah pembentukan Pam Swakarsa diberikan oleh Wiranto. Dia panggil Kivlan Zein untuk meminta dana dari Setiawan Djodi. Pertemuan ini diatur oleh Jimmly Asshidiqie. Dalam pertemuan tersebut Wiranto mengatakan ini perintah Habibie. Jimmly akrab dengan Habibie dalam ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Kerusuhan yang terjadi karena spontanitas biasanya meluas dengan menjalar. Tidak serempak dimulai di seluruh penjuru kota dalam waktu yang bersamaan. Satu-satunya jawaban yang bisa diterima akal sehat adalah bahwa kerusuhan itu terjadi "by design", dimulai berdasarkan komando pihak-pihak tertentu. Mengapa pada pagi hari tanggal 14 Mei ada pasukan dari Solo diterbangkan ke Jakarta dan mendarat di Halim? Disaat yang sama kerusuhan terjadi bersamaan antara Jakarta dan Solo. Semua terjadi pada pagi hari di waktu yang persis bersamaan. Tidak ada jeda. Seolah-olah mengisyaratkan bahwa kerusuhan di kedua kota ini sudah direncanakan matang sebelumnya dan dibawah komando yang sama. Disaat massa mulai menjarah di Jakarta disaat yang sama kejadian serupa terjadi di Solo. Modusnya sama persis. Jika kerusuhan itu spontanitas, mengapa dimulai secara serempak di berbagai penjuru Jakarta sekaligus Solo?

Di salah satu pertokoan, ada kesaksian seorang ibu yang mencari anaknya yang ikut masuk ke Jogja Plaza karena disuruh seseorang. Tetapi dilantai 2 ditampar dan disuruh keluar dan akhirnya keluar sebelum pintu ditutup dari luar. Kita tahu akhirnya Jogja Plaza dibakar. Mungkinkah mahasiswa atau penduduk urban sengaja memasukkan massa ke dalam gedung lalu membakarnya dari luar? Atau ada pihak tertentu yang sengaja memobilisasi massa supaya terjadi kondisi kekacauan yang memungkinkan pihak-pihak tertentu ambil peranan? Sebagaimana yang kita ketahui selanjutnya, kondisi kacau itu sendiri akhirnya mempercepat proses jatuhnya Soeharto dari tampuk kekuasaan. Lalu siapakah yang diuntungkan dari jatuhnya Soeharto? Adakah Wiranto dkk atau Prabowo? Yang jelas sesaat setelah lengsernya Soeharto, Wiranto sebagai Pangab dengan mudahnya menghancurkan karir militer Prabowo.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada aktivis mahasiswa 98, disini disampaikan bahwa sesungguhanya kejatuhan Soeharto bukan karena demo. Tetapi lebih karena pengkhianatan para elit, baik sipil maupun militer yang mana mereka sesungguhnya bagian dari kroni Soeharto sendiri. Peristiwa jatuhanya Soeharto dari kekuasaanya itu sendiri lebih tepat dikatakan hasil dari sebuah kudeta halus (soft coup) yang memanfaatkan demonstrasi mahasiswa yang merebak dimana-mana sebagai "pemicu"nya.

Rupanya dalam suasana genting jatuhanya kekuasaan Soeharto itu diwarnai pula oleh rivalitas yang muncul ke permukaan diantara para perwira ABRI. Akibat lemahanya kepemimpinan Wiranto sebagai Pangab ditambah suasana yang tidak menentu. Masing-masing perwira berusaha mencari manfaat atas situasi tersebut. Para perwira berusaha "berinvestasi" pada masa depan masing-masing, setidaknya mengamankan posisi mereka masing-masing. Pada saat itu terlihat jelas di tubuh ABRI sendiri tidak solid dibawah satu komando. Masing-masing punya agenda sendiri-sendiri dan saling curiga satu sama lain.

Salah satu contohnya adalah adanya siaran pers dari puspen (pusat penerangan) ABRI menjelang berakhirnya kekuasaan Soeharto. Siaran pers yang walau dibantah langsung oleh Wiranto namun turut mempercepat proses lengsernya Soeharto. Salah satu isi dari rilis tersebut adalah dukungan terhadap sikap PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) yang mendukung Presiden Soeharto lengser. Sebenarnya itu bukan merupakan rilis resmi ABRI karena tidak memakai kop surat dan tidak ditanda tangani. Menurut Makodongan, siaran pers dukungan terhadap sikap PBNU itu dibuat oleh Mardianto dan Kasospol saat itu, SBY. Meski tengah malam itu juga Wiranto membangunkan seluruh perwira untuk menarik rilis itu dari seluruh media massa agar tidak diterbitkan. Namun sudah terlanjur beredar dan Soeharto yang tahu tentang ini semakin kehilangan perspektif terhadap kondisi lapangan, terutama mengenai dukungan ABRI. Kejadian ini semakin memperburuk hubungan Prabowo dan Wiranto karena dia menganggap Prabowo-lah yang mengadukan ini ke Presiden.

Tanggal 18 Mei Harmoko yang selalu menjilat Soeharto akhirnya menjadi "Brutus" dengan meminta beliau secara arif dan bijaksana untuk mundur. Sikap Harmoko ini cukup mengejutkan mengingat keberadaannya sebagai Ketua DPR/MPR adalah semata-mata untuk mengamankan kekuasaan Soeharto. Sebelumnya dia selalu langganan dipilih sebagai menteri oleh Soeharto. Bisa dikatakan dia memperoleh segala-galanya karena Soeharto. Namun karena desakan mahasiswa dan tokoh masyarakat akhirnya dia memilih untuk menyelamatkan diri sendiri. Namun begitu pernyataan pemimpin DPR/MPR itu, disambut gegap gempita oleh mahasiswa yang menduduki gedung DPR dan masyarakat seluruh Indonesia. Tetapi kegembiraan itu tidak berlangsung lama karena sekitar pukul 23:00 WIB Wiranto menyampaikan bahwa ABRI menolak pernyataan Harmoko itu.

Melihat situasi yang semakin tidak menguntungkan kekuasaannya sebenarnya Soeharto sudah berniat mundur dari jabatannya. Namun dia ingin memastikan pasca mundurnya dia sebagai presiden tidak ada kekacauan yang membuka peluang bagi militer untuk berkuasa. Tanggal 19 Mei dibuatlah pertemuan dengan beberapa tokoh masyarakat, seperti Gus Dur, Nurcholis Madjid, Emha Ainun Nadjib, dll, minus Amien Rais. Dalam pertemuan tersebut Soeharto menyatakan akan membentuk Kabinet Reformasi yang akan menyiapkan pemilu. Sementara itu menjelang rencana Amien Rais yang akan mengumpulkan massa di Monas tanggal 19 Mei, Wiranto mengadakan rapat di Mabes. Dalam rapat yang dihadiri para perwira tinggi militer itu kembali muncul perbedaan antara Prabowo dan Wiranto. Dalam rapat itu Wiranto mengatakan bahwa perintah yang dibuat adalah mencegah masuknya pendemo dengan segala cara (at all cost). Prabowo bertanya berulang-ulang apa maksud perintah itu? Apakah akan digunakan peluru tajam? Pertanyaan tersebut tidak dijawab dengan jelas oleh Wiranto. Kivlan Zein menggelar tank dan panser dengan perintah, "Lindas saja mereka yang memaksa masuk Monas!" Kivlan Zein meminta Prabowo agar Amien Rais membatalkan rencana demo sejuta umat di Monas. "Dari pada saya dimusuhi umat Islam lebih baik saya tangkap Amien Rais" kata Kivlan. Akhirnya Amien Rais membatalkan rencana demo di Monas.

Saat menghadapi Habibie, Prabowo berkata, "Pak, bapak sepuh mungkin akan lengser siapkah anda menggantikannya?" Bapak sepuh adalah sapaan Prabowo kepada Soeharto yang saat itu menjadi mertuanya. Selanjutnya Prabowo meminta Habibie untuk mempersiapkan diri. Disini terlihat bahwa Prabowo merasa tidak punya masalah dengan Habibie. Jika kita membaca ulang berita-berita media jauh sebelumnya, juga tampak jelas hubungan kedua tokoh ini sangat akrab. Berulang kali Prabowo menyampaikan kekagumannya pada Habibie, begitu juga sebaliknya. Prabowo yang berhasil meredakan situasi merasa akan mendapat pujian. Maka datanglah dia ke Cendana. Tapi celaka, disitu sudah ada kelompok Wiranto yang duduk bersama-sama dengan Soeharto dan putra-putrinya. Rupanya disitu Wiranto "mengadukan" tentang manuver Prabowo yang mengindikasikan dia runtang-runtung dengan Habibie dan para aktivis. Saat dia tiba, Mamiek langsung menghardik Prabowo dengan kasar sambil mengacungkan telunjuk hanya satu inci dari hidung Prabowo. Sambil berkata, "Kamu pengkhianat! Jangan injakkan kakimu di rumah saya lagi!" Prabowo keluar menunggu sambil bilang, "Saya butuh penjelasan". Titiek –istri Prabowo- hanya bisa menangis, lalu dia pulang. Saat itu sesungguhnya Prabowo sudah dikalahkan, kalah oleh lobi dan pendekatan Wiranto yang meyakinkan. Dalam kondisi gamang seperti itu memang Soeharto sangat rentan menerima informasi yang dipelintir. Hal yang sama akan terulang kembali pada Habibie. Kali ini Wiranto sendiri mengakui ada informasi yang salah ditangkap Habibie dari dirinya.

Sementara itu Habibie yang merasa terancam dengan rencana pembentukan Kabinet Reformasi mengeluarkan kartu As-nya. Dia dan 14 menteri ekuin di bawah Ginandjar Kartasasmita menyampaikan keberatannya untuk menjadi bagian dari Kabinet Reformasi. Soeharto merasa benar-benar terpukul atas kejadian terakhir ini karena merasa ditinggalkan. Apalagi diantara mereka ada yang dianggap sebagai orang-orang yang dia "selamatkan". Malam itu Soeharto terlihat gugup dan bimbang. Suatu kejadian langka. Namun disaat-saat penuh kekecewaan itu hadir sahabat-sahabat sejati yang menunjukkan kesetiaannya. Malam itu hadir di Cendana para mantan wapres menyampaikan dukungannya; Umar Wirahadikusuma, Sudharmono, Try Sutrisno. Sekitar pukul 23:00 WIB Soeharto memanggil Yusril Ihza Mahendra, Saadilah Mursayaid, dan Wiranto. Beliau menyampaikan bahwa besok akan menyerahkan kekuasaan kepada Habibie. Esok paginya, Harmoko, Syarwan Hamid, Abdul Gafur, Fatimah Ahmad, dan Ismail Hasan Metareum menemui Soeharto di ruang Jepara.

"Ada dokumen lain lagi?" Tanya Soharto.

"Tidak Pak." jawab Harmoko.

"Baik kalian tunggu saja disini, saya akan melaksanakan pasal 8 UUD 45." Tutur Soeharto.

Di Credential Room Soeharto bertemu Habibie tetapi Soeharto melengos. Soeharto sangat sakit hati dengan murid kesayangannya ini. Selesai menyampaikan pidato pengunduran dirinya, dia menyalami Habibie dan kembali ke ruang Jepara. Kepada para pimpinan DPR/MPR itu dia berkata, "Saya sudah bukan presiden lagi". Mbak Tutut sembab matanya karena menangis. Harmoko melongo. Pagi itu adalah pertemuan terakhir Soeharto dan Habibie. Bahkan saat kritis menjelang ajalnyapun Habibie dilarang menemui Soeharto.

Hubungan Soeharto dan Habibie adalah hubungan panjang dua manusia yang berhasil menjadi pemimpin negeri ini. Soeharto sudah mengenal Habibie sejak Habibie masih anak-anak. Bahkan saat ayah Habibie meninggal Soeharto-lah yang menyolatkannya. Soeharto-lah yang menutupkan mata ayah Habibie saat meninggal dunia. Bahkan dalam buku biografinya Soeharto tidak segan-segan menunjukkan kepercayaan dan rasa sayangnya terhadap Habibie. Soeharto pula yang mengirim utusan untuk menjemput Habibie di Jerman untuk kembali ke Indonesia. Kita belajar dari sini. Bagaimana demi kedudukan hubungan umat manusia yang begitu dalam mampu dikorbankan.

Sekitar pukul 23:00 WIB Prabowo dan Muhdi bertemu dengan Habibie di kediamannya untuk memberi dukungan pada presiden baru. Namun keesokannya pada tanggal 22 Mei, selesai Sholat Jumat Prabowo mendapat kabar mengejutkan. Bagai petir di siang bolong, Prabowo di Makostrad ditelepon Mabes AD, diminta menanggalkan benderanya. Perintah itu tak lain artinya bahwa jabatannya dicopot. Prabowo mengingat perkataan Habibie jauh sebelumnya, "Prabowo, kapan pun kamu ragu temui saya, jugan pikirkan protokoler!" Maka Prabowo menemui Habibie yang sudah menjadi presiden dan berkata, "Ini penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya." Habibie menjelaskan kalau dia mendapatkan laporan dari Pangab bahwa ada gerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta, Kuningan, dan istana. Prabowo minta setidaknya 3 bulan di Kostrad. Habibie menolak. "Tidak, sampai matahari terbenam anda harus menyerahkan semua pasukan!" Dari sini kembali terlihat, untuk kedua kalinya Prabowo dikalahkan oleh lobi dan pendekatan Wiranto. Kelak, Wiranto sendiri mengakui bahwa ada kemungkinan informasi yang diberikan diterima secara salah oleh Habibie. Namun kesalahpahaman apapun itu, Prabowo sudah terlanjur menjadi pihak yang dirugikan. Hancurlah karir militer yang begitu gilang gemilang.

Kita tidak pernah tahu apakah baik Soeharto maupun Habibie sama-sama salah mengartikan informasi yang disampaikan Wiranto, atau memang ada kesengajaan melakukan miss-informasi terhadap Prabowo mengingat persaingan internal ABRI saat itu. Demikian akhir tulisan singkat mengenai Sang Jenderal Terbuang. Semoga menambah wawasan dan menjadi pelajaran bagi kita semua.

Semoga artikel diatas bisa menambah wawasan Anda semua.

*sumber: http://adainfounik.blogspot.com/2014/04/inilah-fakta-sebenarnya-tentang-prabowo.html?m=1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar