Senin, 26 Mei 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


Prabowo: Kita Tidak Boleh Dipimpin Pemimpin Tukang Bohong

Posted: 26 May 2014 06:37 AM PDT


JAKARTA — Bakal calon presiden Prabowo Subianto mengingatkan para pendukungnya untuk siaga dan waspada menghadapi Pemilu Presiden 9 Juli mendatang. Prabowo menuding ada pihak-pihak yang akan melakukan segala cara, termasuk dengan modal uang untuk mendapatkan kekuasaan.

"Saudara-saudara harus amankan dukungan kita, ada kekuatan besar, ada yang punya modal besar ingin membeli negara ini. Dengan uang yang banyak dia kira dia bisa membeli negara ini. Kita jawab, negara ini tidak bisa dibeli," kata Prabowo saat menerima deklarasi dukungan dari Front Pembela Muslim Maluku di Rumah Polonia, Jakarta, Senin (26/5/2014).

Prabowo mengaku telah berkaca pada pemilu-pemilu sebelumnya. Menurutnya, tidak sedikit kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam ajang demokrasi 5 tahunan sekali itu.

"Kita sudah lama jadi bangsa Indonesia. Sudah terlalu banyak akal-akalan di negeri ini. Kita tidak boleh dipimpin oleh pemimpin yang tukang bohong, yang mendapatkan posisi dari kecurangan," ujarnya. (KOMPAS)

J Kristiadi: Ada gejala masyarakat mulai jenuh dengan Jokowi

Posted: 25 May 2014 11:16 PM PDT


SOLO - Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), J. Kristiadi mengingatkan kepada para relawan dan pendukung capres Jokowi, agar tak terlena dengan keyakinan memenangkan gubernur DKI Jakarta tersebut menjadi presiden. Dia melihat akhir-akhir ini ada kecenderungan masyarakat mulai jenuh.

"Ada gejala di masyarakat, mereka mulai jenuh dengan sosok Jokowi sehingga elektabilitasnya turun. Sementara elektabilitas Prabowo terus naik," ujar Kristiadi di hadapan ratusan alumni Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Minggu (25/5).

Kristiadi mengatakan, banyak pekerjaan rumah yang harus segera dikerjakan oleh relawan pendukung Jokowi. Menurutnya, mereka harus bekerja keras memenangkan pasangan Jokowi-JK yang didukung PDIP, PKB, Partai Hanura dan NasDem.

"Tidak hanya bekerja keras, tapi harus juga diiringi doa agar Jokowi menang. Para relawan juga harus siap menerima kenyataan seandainya Jokowi nanti kalah," pungkasnya seperti yang diberitakan merdeka.com.


"Presiden Uji Coba"

Posted: 25 May 2014 09:12 PM PDT


By: Nandang Burhanudin
*****

Bapak JK menasihati, "Bangsa ini 240 juta. Janganlah Presiden itu dipilih dengan pikiran uji coba, karena umur. Harus dipilih karena kemampuan yang diperoleh dari pengetahuan dan pengalaman. Kalau menteri iya. Sebab kalau menteri tidak cocok, hari ini bisa ganti. Kalau Presiden tidak cocok, maka 5 tahun kita menderita."

Ya. Nasihat Pak JK sangat bijaksana. Mencerminkan pengalaman dan kapasitas beliau sebagai negarawan.

Teori pengalaman, kematangan usia, dan kemampuan adalah teori yang sejak lama ada dalam khazanah "Kelembagaan Politik Islam", sejak zaman Rasulullah saw hingga para salafusshalih. "Jika suatu urusan tidak didelegasikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran."

Bahkan dalam Kitab Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, secara rinci dijelaskan syarat-syarat wajib yang harus dipenuhi seorang pemimpin, terutama pemimpin sebuah negara. Pun dalam teori-teori Politik Islam kontemporer, digariskan azas-azas yang tidak boleh dilanggar. Ya, salah satunya azas al-'adalah (kepatutan, kepantasan, dan keahlian).

Kini dua negara Islam terbesar, Indonesia dan Mesir dihadapkan pada dua fakta; di Mesir akan dipimpin pemimpin yang tidak memiliki kapasistas minimal. Selain ia adalah agen dari kepentingan Zionis dan AS tentunya. Sedangkan di Indonesia, peluang dipimpin kepala negara-pemerintahan yang tidak terlalu beresiko, masih terbuka lebar. Kita ada pilihan demokratis, bebas-rahasia-jujur dan adil menentukan siapa yang punya pengalaman, kematangan usia, hingga kapasitas kepemimpinan.

Kembali ke nasihat Pak Jusuf Kalla, "Jika Jokowi jadi Presiden, bisa hancur negeri ini (Indonesia)." Maka pilihan kita hanya Prabowo-Hatta. Memang tidak ada garansi Prabowo-Hatta lebih baik. Tapi setidaknya, saat kita bersepakat dan siap menjadi penyeimbang kekuatan, maka insyaAllah Indonesia maju bukan hanya isu. Kenapa? Era Prabowo-Hatta diyakini bukan era sentimen terhadap Islam politik dan kaum Islamis. Sedangkan jika Jokowi, kita sudah paham siapa Hendropriono. Orang yang paling gemar menelikung barisan umat yang berjuang nyata merebut pemerintahan! Jadi jangan pilih presiden boneka, apalagi sekedar coba-coba!

Wallahu A'lam


Udar Kantongi Bukti Baru untuk Seret Jokowi

Posted: 25 May 2014 07:36 PM PDT


JAKARTA - Mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Udar Pristono, keukeuh jika Gubernur Joko Widodo (Jokowi) terlibat dalam kasus korupsi pengadaan Bus Transjakarta dan bus umum.

Melalui kuasa hukumnya, Feldy Taha, Udar mengklaim punya bukti kuat yang bisa menyeret Jokowi ke Kejaksaan Agung untuk diperiksa.

"Saya dan tim sudah menemukan bukti yang bisa dapat menyeret Gubernur. Bukti itu dalam bentuk SK Gubernur mengenai pekerjaan penggunaan barang dan kuasa penggunaan anggaran," kata Feldy, Minggu (25/5/2014) malam.

Feldy kemudian menyebutkan bahwa SK tersebut menunjukan bahwa Jokowi bertindak sebagai penanggung jawab penggunaan anggaran. "jadi, yang menunjuk adalah SK gubernur," simpulnya.

Tim kuasa hukum Udar akan menggunakan SK tersebut untuk membebaskan kliennya dari tuntutan dan menyeret Jokowi ke ranah hukum. "Gubernur sebagai penanggung jawab anggaran tidak bisa lepas dari tanggung jawab," pungkasnya.

Penyidik Kejaksaan Agung menetapkan Udar sebagai tersangka dugaan korupsi Bus Transjakarta asal China pada tahun anggaran 2013. Dia dijerat Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. (okezone)

"Tentang Kewarganegaraan dan Hijrah Prabowo ke Yordania" by @fadlizon

Posted: 25 May 2014 04:55 PM PDT


Dari kultwit @fadlizon
(24/5/2014)

1. Sy mau kultwit soal isu kewarganegaraan yg dituduhkan kpd @Prabowo08. Isu ini isu jadul, digali krn panik tak ada isu lain.

2. @Prabowo08 ke Yordania, September 1998 utk hindari firnah di dalam negeri. Inilah HIJRAH Prabowo. Semua atas pengetahuan Pres Habibie.

3. Sy ke Amman Yordania sekitar Oktober 1998 dg Ahmad Sumargono n bbrp Tokoh Islam utk ketemu @Prabowo08.

4. @Prabowo08 tinggal di apartemen yg disewa. Pdhal pernah ditawari Pangeran Abdullah tinggal di kompleks Istana.

5. Pangeran Abdullah adalah putra Raja Husein. Ia komandan pasukan khusus Yordania, sahabat @Prabowo08.

6. Waktu itu putra mahkota masih adik Raja, Hasan Bin Talal. Kemudiian diganti oleh Raja Husein mnjd Abdullah the crown prince.

7. Selama di Amman, Yordania, @Prabowo08 hidup sederhana, sering Naik taksi dg sopir langganan namanya Muhammad.

8. @Prabowo08 di Amman belajar bisnis, belajar bahasa Arab n dihargai oleh Pangeran2 Arab.

9. Tak pernah @Prabowo08 sedetikpun menjd warga negara Yordania. Pernah ditawari jd Penasehat militer Yordania. Tp tak bersedia.

10. Hubungan dg Abdullah terus berlangsung Baik. A friend in need is a friend indeed, teman sejati ketika kesulitan.

11. Akhir December 1998, @Prabowo08 berniat kembali ke Jakarta. Tp keadaan blm memungkinkan. Kami sarankan utk jangan kembali dulu.

12. Knp? Fitnah2 bersliweran. Semua difitnahkan ke @Prabowo08. Kami bertemu di Bangkok, 27 Dec 1998. Ada bbrp kawan hadir.

13. Hadir Maher, Muchdi, sy n Farid Prawiranegara. Ada Prof Soemitro n ibu @Prabowo08. Sy byk ngobrol dg Prof Soemitro ttg sejarah.

14. @Prabowo08 akhirnya tak jd k Jakarta n akhirnya lebih byk tinggal di Mi Casa, Kuala Lumpur. Pulang pergi Amman, Yordania, n KL n Eropa.

15. Setidaknya sy kunjungi @Prabowo08 sekitar 7 kali di Yordania. Biasanya sy sambil jalan2 ke Petra. Ziarah ke Yerusalem.

16. Berkali2 juga ke Irak zaman itu, ke Baghdad, Kuffa, Samarra, Mosul dll. Sekali dg @Prabowo08 n Luhut Panjaitan ke Irak.

17. Ketika pasport @Prabowo08 habis, diperpanjang oleh Dubes RI di Singapura, Luhut Panjaitan.

18. Sebelum kembali ke tanah air tgl 2 Jan 2000, sekitar akhir 1999, @Prabowo08 bertemu Gus Dur n Menlu Alwi Shihab di Istana Raja Abdullah.

19. Ya Abdullah dari Pangeran lalu menjadi Putra Mahkota n akhirnya Raja hingga kini Sejak 7 Feb 99, ketika Raja Husein wafat.

20. Yordania adalah tempat sahabat @Prabowo08 yakni Raja Husein. Persahabatan itu terjalin hingga kini.

21. Tak ada perpindahan warga negara, @Prabowo08 sangat nasionalis n patriotik. Tak pernah terpikirkan olehnya setiitikpun utk itu.

22. Isu ini pernah dimunculkan thn 99, lalu pudar bbrp hari. Munculnya isu ini kembali tentu sbg alat politik belaka.

23. Pihak lawan rupanya sdh kehabisan peluru shg harus gali isu yg tak pernah ada. Malah sangat murahan isu ini diangkat lg.

24. Cara cek warga negara gampang, Tanya saja ke negara bersangkutan. Malah dulu Kedutaan Yordania pernah keluarkan statemen tak benarkan.

25. Anehnya majalah sekaliber @tempodotco nanya sy soal ini bbrp hari lalu. Benar2 murahan kali isunya.

26. Anehnya Pak Jusuf Kalla ikut komentar pula utk memetik keuntungan politik Dr isu sampah ini.

27. Demikian sekedar pencerahan menjelang tidur. @Prabowo08 tak pernah pindah kewarganegaraan. Ia terlalu cinta Indonesia.



"Pilihlah yang Terbaik" | Oleh Mahfud MD

Posted: 25 May 2014 04:58 PM PDT


Masih banyak yang berpendapat bahwa politik itu kotor dan harus dijauhi. Padahal, politik itu keharusan yang tak bisa dihindari.

Tak ada orang yang bisa menghindari politik karena setiap orang pasti hidup di suatu negara, sedangkan negara adalah organisasi politik tertinggi. Orang yang ingin memengaruhi kebijakan negara haruslah merebut kekuasaan politik. Orang yang menyatakan tidak mau terlibat dalam politik dan membiarkan kekuasaan politik diambil orang, maka dia terikat pada kebijakan-kebijakan pemenang kontes politik, betapa pun tak sukanya dia pada kebijakan itu. Karena itu, dapat dikatakan bahwa politik itu adalah fitrah atau sesuatu yang tak bisa dihindari.

Di dalam Islam pun, politik mendapat tempat yang hukumnya bisa menjadi wajib. Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa memperjuangkan nilai kebaikan agama itu takkan efektif kalau tak punya kekuasaan politik. Memperjuangkan agama adalah saudara kembar dari memperjuangkan kekuasaan politik (al-din wa al-sulthan tawamaan).

Agak lengkapnya Al- Ghazali mengatakan: "Memperjuangkan kebaikan ajaran agama dan mempunyai kekuasaan politik adalah saudara kembar. Agama adalah dasar perjuangan, sedang kekuasaan politik adalah pengawal perjuangan. Perjuangan yang tak didasari (prinsip) agama akan runtuh, dan perjuangan agama yang tak dikawal akan sia-sia." Dari pandangan Al-Ghazali itu bisa disimpulkan bahwa berpolitik itu wajib karena berpolitik merupakan prasyarat dari beragama dengan baik dan nyaman.

Karena paraktiknya politik itu banyak diwarnai oleh perilaku jahat, kotor, bohong, dan korup, timbullah kesan umum bahwa politik (pada situasi tertentu) adalah kotor dan harus dihindari. Jangankan kita, mujaddid Islam, Muhammad Abduh, pun pernah marah kepada politik dan politisi karena berdasarkan pengalaman dan pengamatannya waktu itu beliau melihat di dalam politik itu banyak yang melanggar akhlak, banyak korupsi, kebohongan, dan kecurangan-kecurangan.

Muhammad Abduh pernah mengungkapkan doa taawwudz yang biasanya hanya untuk menghujat setan, yaitu, "audzu billahi minassyaythaanirrajim" (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk) dispesifikkan oleh Muhammad Abduh ke dalam kegiatan politik menjadi "audzu billahi minassiyaasati wassiyaasiyyien", (Aku berlindungkepada Allahdari godaan politik dan politisi) Tetapi dengan mengacu pada filosofi Al-Ghazali menjadi jelas bahwa berpolitik itu bagian dari kewajiban syarsyari karena tugas-tugas syarsyari hanya bisa direalisasikan di dalam dan melalui kekuasaan politik (organisasi negara).

Dalam kaitan inilah ada kaidah ushul fiqh yang menyebutkan "Ma la yatimmul wajib illa bihi fahuwa wajib" (Jika ada satu kewajiban yang tidak bisa dilaksanakan kalau tidak ada sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain wajib juga diadakan/ dipenuhi). Dengan kata lain, "jika kewajiban mensyiarkan nilai kebaikan Islam tak bisa efektif kalau tidak berpolitik, maka berpolitik itu menjadi wajib pula hukumnya." Inilah yang menjadi dasar, mengapa sejak awal turunnya Islam, muslimin itu sudah berpolitik, ikut dalam kegiatan bernegara, bahkan mendirikan negara.

Dalam konteks keindonesiaan sekarang ini kaum muslimin tidak boleh apatis terhadap pemilihan presiden dan calon presiden. Kita tidak boleh bersikap "tidak akan memilih" pasangan capres/cawapres yang mana pun hanya dengan alasan tidak ada pasangan yang ideal. Kita tetap harus memilih karena siapa pun yang terpilih akan menentukan arah kebijakan negara yang juga mengikat kita.

Dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing pasangan capres/cawapres: Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla, sudah disaring melalui proses konstitusional yang sah. Semuanya sama baiknya, atau, sama tak baiknya. Tak ada yang boleh mengatakan bahwa secara mutlak pasangan yang satu lebih baik dari pasangan yang lain. Semua tergantung penilaian kita masing-masing. Kata sekelompok orang pasangan Prabowo-Hatta lebih baik karena ini dan itu, sedangkan pasangan Jokowi-JK lebih jelek karena ini dan itu.

Tetapi kata sekelompok orang lainnya pasangan Jokowi-JK lebih baik karena bla-bla-bla, sedangkan pasangan Prabowo-Hatta lebih jelek karena bla-bla-bla. Jadi kedua pasangan ada kelebihan dan kekurangannya serta ada pendukung dan penolaknya masing-masing. Menghadapi alternatif seperti itu kita harus tetap memilih dengan kesadaran penuh bahwa takkan pernah ada alternatif yang ideal untuk dipilih. Bahkan, mungkin saja, semua alternatif yang tersedia semuanya sangat tidak ideal. Jika demikian halnya, maka ada kaidah akhaff al-dhararain, yaitu memilih yang paling sedikit jeleknya di antara alternatif-alternatif yang sama-sama jelek.

Dalam hal prinsip dan sistem pemerintahan, misalnya, tidak ada yang betul-betul baik dari antara sistem-sistem yang tersedia. Baik teokrasi, demokrasi, monarki, aristokrasi, oligarki, maupun tirani semuanya samasama tidak ideal dan mengandung segi-segi kelemahan.

Tetapi, sebagian terbesar negara-negara di dunia memilih prinsip dan sistem demokrasi, bukan karena sistem itu bagus melainkan karena ia mengandung kelemahan yang paling sedikit jika dibanding dengan sistem yang lain. Maka itu, pilihlah yang terbaik dari yang ada, meskipun tidak ideal.***

Moh. Mahfud MD
Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta

*sumber: http://koran-sindo.com/node/390718


Andai Saja "SEMUA ITU" PKS

Posted: 25 May 2014 04:39 PM PDT


Andai saja Gubernur yang berada di pusaran korupsi BUS karatan itu kader PKS, dijamin TV-media menggiring PKS sebagai Partai Karatan Sekali.

Andai saja yang LUPA pada janji saat kampanye itu Gubernur PKS, dijamin tsunami politik terjadi. PKS dituduh Partai Kelewat Sumpah.

Andai saja Gubernur PKS yang mencalonkan diri menjadi Capres, dijamin semua akan menyuruh mundur. PKS dituduh Partai Kemaruk Sekali.

Andai saja yang korupsi Triliyunan itu kader PKS. Bisa jadi dihukum 160 tahun penjara. Baru diduga suap saja, PKS disebut Partai Korupsi Sapi.

Itulah. Nalar sudah tidak digunakan. Sepak terjang pezina, pendukung Dolly, tim kampanye mabok, partainya juara korupsi. Tapi tetap dipuja-dipuji. Dikritisi malah dikatain babi.

Wahai kader PKS, ingatlah sebuah nasihat; "Optimis dalam sinis, bagian dari kecerdasan. Bergerak dalam jebak, itu tanda kemenangan."


*by Nandang Burhanuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar