Minggu, 23 Februari 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

Posted: 23 Feb 2014 02:30 PM PST


'Aidh al-Qarni

Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah begadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap yang hilang pasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam kesulitan ada kemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang.

{Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya.} (QS. Al-Maidah: 52)

Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datang mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah. Kabarkan juga kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan datang secepat kelebatan cahaya-dan kedipan mata. Kabarkan juga kepada orang yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba.

Saat Anda melihat hamparan padang sahara yang seolah memanjang tanpa batas, ketahuilah bahwa di balik kejauhan itu terdapat kebun yang rimbun penuh hijau dedaunan.

Ketika Anda melihat seutas tali meregang kencang, ketahuilah bahwa, tali itu akan segera putus.

Setiap tangisan akan berujung dengan senyuman, ketakutan akan berakhir dengan rasa aman, dan kegelisahan akan sirna oleh kedamaian.

Kobaran api tidak mampu membakar tubuh Nabi Ibrahim a.s. Dan itu, karena pertolongan Ilahi membuka "jendela" seraya berkata:

{Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.}
(QS. Al-Anbiya': 69)

Lautan luas tak kuasa menenggelamkan Kalimur Rahman (Musa a.s). Itu, tak lain karena suara agung kala itu telah bertitah,

{Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya, Rabb-ku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.} (QS. Asy-Syu'ara:: 62)

Ketika bersembunyi dari kejaran kaum kafir dalam sebuah gua, Nabi Muhammad s.a.w. yang ma'shum mengabarkan kepada Abu Bakar bahwa Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Tinggi ada bersama mereka. Sehingga, rasa aman, tenteram dan tenang pun datang menyelimuti Abu Bakar.

Mereka yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yang (mungkin) sangat kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dan keputusasaan dalam hidup mereka. Itu, karena mereka hanya menatap dinding-dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka. Padahal, mereka seharusnya menembuskan pandangan sampai ke belakang tabir dan berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada di luar pagar rumahnya.

Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiap keadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadah adalah menanti kemudahan dengan sabar. Betapapun, hari demi hari akan terus bergulir, tahun demi tahun akan selalu berganti, malam demi malam pun datang silih berganti. Meski demikian, yang gaib akan tetap tersembunyi, dan Sang Maha Bijaksana tetap pada keadaan dan segala sifat-Nya. Dan Allah mungkin akan menciptakan sesuatu yang baru setelah itu semua. Tetapi sesungguhnya, setelah kesulitan itu tetap akan muncul kemudahan.*

*Laa Tahzan

Perempuan Etnis Tionghoa Kaget Saat Diminta Anis Matta Naik Ke Panggung

Posted: 23 Feb 2014 05:20 AM PST


Makassar – Bu Cincu dan anaknya sempat menengok ke kanan dan ke kiri saat namanya dipanggil dan diminta naik ke panggung oleh Anis Matta. Perempuan etnis tionghoa tersebut tak menyangka presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu masih mengingatnya. Peristiwa ini terjadi sesaat sebelum Anis mengakhiri pidato di acara Apel Siaga Kader dan Simpatisan PKS Se-Sulawesi Selatan, Sabtu (22/2), di Lapangan Emmy Saelan, Makassar.

"Kita baru sadar kalau dipanggil. Kirain ustadz sudah lupa. Soalnya kita sudah lama tidak bertemu. Dulu tahun '99 saya memang pernah jadi tim suksesnya," kata Bu Cincu.

Bu Cincu lalu menceritakan awal mula saat ia menjadi tim sukses Anis Matta. Meski keadaan waktu itu sulit, tapi ia tidak putus harapan. Ia maksimalkan apa yang bisa dilakukannya.

"Saya sadar ini bagian dari amanah dakwah. Dulu susah sekali, masih awal PKS berdiri. Orang-orang belum kenal PKS. Kita temani Pak Anis mengunjungi warga dari pintu ke pintu," kenangnya.

Pengorbanan saat itu bukan hanya soal waktu dan tenaga, tetapi juga dari segi materi. Dan itu dilakukan tanpa mengharap pamrih.

"Finansial saat itu juga masih sulit. Ada istilah bahwa infak itu berasal dari kantong kita sendiri. Jadi, kita tidak menghitung sudah berapa uang yang kita keluarkan, sudah berapa liter bensin yang terpakai. Tidak, tidak seperti itu. Kita seikhlasnya saja," lanjut perempuan bernama asli Wahid Eka Putri ini.

Anis Matta, menurut Bu Cincu, merupakan sosok yang berorientasi pada kerja nyata. "Beliau pembelajar. Dari dulu memang sudah visioner. Visinya besar. Dan bisa dilihat sendiri bagaimana sosok Pak Anis. Saya tidak usah banyak ngomong, buktinya sudah banyak," ungkapnya.

Anis Matta sendiri sangat berterima kasih atas jasa Bu Cincu dan teman-temannya sebagai generasi pelopor yang membidani hadirnya PKS di Sulawesi Selatan. Hasil dari kerja keras Bu Cincu dan generasi awal itu, tutur Anis, bisa dilihat dari eksistensi PKS hingga hari ini.

"Karena partai baru, dulu pulang jam 2 malam kalau kerja.  Hasil kerja generasi awal ini yang sampai sekarang membuahkan pertumbuhan tidak henti-henti di Sulawesi Selatan. Saya ingin, insya Allah, ini jadi contoh bagi akhwat dan kita semua," ungkap Anis. (DLS/MFS)


Relawan PKS Kerja Bakti Membersihkan Rumah Korban Banjir

Posted: 22 Feb 2014 06:15 PM PST


JAKARTA - Hari Sabtu pagi, 22 Februari 2014, jam 09.00 sampai dengan sore, puluhan kader dan simpatisan PKS Pasar Minggu melaksanakan kerja bakti, membersihkan rumah-rumah korban banjir di Pejaten Timur.

Aksi melayani ini dikomandoi langsung oleh ketua DPC PKS Pasar Minggu, Pak Agus Priyona. Selain membersihkan lumpur, mereka juga mengangkut sendiri sampah-sampah bekas banjir dengan mobil pribadi.

Nampaknya, kerja bakti kali ini akan melekat di hati para warga, karena sore menjelang malam, air dari kali Ciliwung kembali naik setinggi atap rumah warga.

Ini tandanya, kader PKS diundang kembali untuk kerja bakti membersihkan dan membantu meringankan setiap beban warga korban banjir.




Didatangi Kader PKS, Pak Tua Warga Bali Berkaca-kaca

Posted: 22 Feb 2014 04:30 PM PST


BALI - Seperti hari-hari biasanya, kader PKS mengawali akhir pekan spesial ini (22/2/2014) dengan Direct Selling (DS). Dikomando ketua PKS DPC Kuta Selatan, Muhammad Rezha, DS kali ini menyisir perumahan padat penduduk yang merupakan pendatang di Bali. Tanpa direncana, Tim DS parkir di depan rumah sederhana yang dikontrak Pak Haji Adam Husein. Dengan senyum ramah dan hangat, istri Pak Adam mempersilahkan masuk.

Dari wajah dan ketegasan bicaranya, Pak Adam sangat mudah dikenali sebagai pria asal daerah Indonesia Timur. Dan benar, ternyata beliau berasal dari Ende NTT. Mengetahui daerah asal beliau dari Ende, salah satu kader PKS mengeluarkan gadgetnya, membuka situs PKS Piyungan dan memutar video Mars PKS yang dinyanyikan oleh Paduan Suara Gereja Spiritus Santos di Ende beberapa waktu lalu. Mata Pak Adam berkaca-kaca dan merinding melihat PKS diterima di kampungnya yang telah lama ia tinggalkan. Spontan ia mencatat alamat website PKS Piyungan dan berjanji mengabarkan ke saudara-saudaranya.

Di akhir percakapan, pria yang pernah bekerja di Riyadh ini mengaku masa mudanya terlewat begitu saja tanpa makna. Sambil mengepalkan tangan dengan mantap, ia berjanji di usianya yang menginjak senja ini untuk turut memperjuangkan PKS. Allahu Akbar.


PKS Sulsel Optimis Capai Target 2 Besar

Posted: 22 Feb 2014 04:00 PM PST

Pembekalan Caleg PKS se-Sulsel (22/2/2014)

Makassar - Ketua DPW PKS Sulsel menegaskan bahwa target kemenangan partainya tidak berubah, yakni 2 besar untuk Sulsel dan 3 besar untuk nasional. Hal tersebut disampaikan pada Pembekalan Caleg PKS se-Sulsel di Hotel Sahid, Sabtu pagi (22/2).

"Setelah turbulensi kemarin, hari ini survei menunjukkan kenaikan yang signifikan. PKS mencapai angka 5% nasional dan 7% se-Sulsel. Karena itu kita tetap optimis, target kita tetap 3 besar nasional dan 2 besar Sulsel," ungkap Akmal.

Menurutnya, kenaikan hasil survei tersebut adalah karena kerja keras kader yang telah berjibaku meyakinkan masyarakat dengan pelayanan nyata.

"Itu semua karena kerja keras kader. Badai telah berlalu. Waktu yang tersisa 46 hari ini akan kita fokuskan untuk terus memberikan sumbangsih ke masyarakat," pungkasnya.


Belajar dari Air Putih, Bekerja Tanpa “Buih”

Posted: 22 Feb 2014 03:30 PM PST


Untuk membedakan pekerjaan kecil dan besar, Anis Matta mengambil perumpamaan air putih dan air berkarbonasi. Dua jenis air ini sama-sama populer di masyarakat. Namun, ada perbedaan karakteristik antara dua jenis air ini.

"Kalau air berkarbonasi kita tuangkan ke dalam gelas, apalagi kalau dingin, yang pertama memenuhi gelas adalah busanya. Begitu didiamkan, busanya akan turun. Ternyata airnya cuma sedikit. Waktu kita minum, enak, tapi dalam jangka panjang tidak sehat bagi tubuh," kata presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu saat mengisi acara Dialog Kebangsaan bertema "Membangkitkan Semangat Kepahlawanan", Sabtu (15/2), di Ende, Nusa Tenggara Timur.

Sedangkan air putih, tutur Anis, memiliki karakteristik apa adanya. "Kalau dituangkan ke dalam gelas, yang tampak adalah yang sebenarnya. Waktu diminum, rasanya hambar.  Tapi kalau diminum dalam jangka panjang, itu sangat sehat bagi tubuh," ungkapnya.

Pekerjaan yang dilakukan oleh pahlawan, dalam sudut pandang Anis, bisa diumpamakan seperti memberi air putih kepada manusia. Hal ini karena air putih sangat bermanfaat untuk tubuh manusia. Apalagi kalau diminum sesuai dengan anjuran kesehatan.

"Saat bangun tidur, cara terbaik untuk mengaktifkan sel-sel syaraf adalah minum air putih, bukan kopi, bukan juga merokok. Minumlah kira-kira setengah liter. Anda akan merasakan adanya aktivasi otak. Dan itu membuat daya tahan tubuh lebih kuat. Apalagi kalau dalam sehari Anda mengonsumsi sekitar tiga liter," terang Anis.

Kemudian Anis melanjutkan, "Ada orang yang populer sesaat. Orang itu mengerjakan pekerjaan kecil yang dibesar-besarkan. Walhasil, kelihatan ramai. Tapi kita tidak dapat membohongi sejarah. Ada waktunya ketika orang ini pergi, pekerjaannya dinilai tanpa pertanggungjawaban yang bersangkutan. Setelah busanya pergi, kita mulai bisa melakukan penilaian secara objektif."

Selanjutnya, Anis menyampaikan harapan terhadap kader dan simpatisan PKS di seluruh dunia. "Saya ingin kita berorientasi pada kerja-kerja yang sebenarnya. Saya ingin kita memberikan air putih kepada masyarakat, bukan air berkarbonasi. Kalau lihat orang minum air putih, jarang yang beri komentar. Tapi sebenarnya air putih itu menyehatkan tubuh. Seperti itulah makna menjadi pahlawan!" pungkasnya. (DLS/MFS)


Kisah Mensos bermalam dan makan belalang di rumah warga miskin Gunungkidul

Posted: 22 Feb 2014 03:09 PM PST


Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri bermalam di rumah warga miskin di Gunungkidul dalam rangka meninjau penerima bantuan bedah rumah tidak layak huni (RTLH). Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Ujang Hasanudin.

Sebuah rumah di Dusun Lemah Bang, Desa Karangasem, Paliyan, Gunungkidul nampak seperti rumah penduduk lainnya. Berbentuk limasan serta masih berdinding bambu.

Namun pada Kamis (20/2/2014) malam di rumah milik Amanat Ichsan kedatangan tamu istimewa. Menteri Sosial Salim Segaf Aljufri rela tidur di salah satu kamar di rumah mililk Amanat.

Tidak ada ruangan VIP lengkap dengan kamar mandi dalam, serta embusan air conditioning (AC), layaknya kamar yang biasanya disediakan untuk pejabat negara.

Menteri asal Partai Keadilan Sejahtera itu hanya menempati sebuah kamar kecil berukuran 2 x 3 meter, dengan satu bantal dan guling tanpa tempat tidur permanen.

Salim menempati kamar yang berada di sudut kiri depan rumah tersebut. Beberapa lubang angin dari anyaman bambu yang disebut gedek juga terlihat kentara. Namun hal ini tidak menyurutkan Salim Segaf untuk merasakan tidur di tengah warga miskin.

Mensos rela tidur dengan menggunakan kasur tipis seperti layaknya warga miskin di dusun itu pada umumnya. "Saya memang senang tidur di rumah warga dan tidak di hotel. Karena memang saya ingin merasakan suasana damai di tengah kemiskinan warga di dusun ini," ungkap Salim Segaf Aljufri.

Sebelum tidur, Mensos menyempatkan berdialog dengan warga. Semuanya tersaji dalam dialog ringan serta iringan musik tradisional campur sari.

Sang menteri pun benar-benar menikmati keramahan khas warga dusun. Pria kelahiran Solo Jawa Tengah 17 Juli 1954 itu baru masuk kamar sekitar pukul 22.30 WIB, Kamis malam, setelah berdialog dengan warga.
Keesokan harinya, begitu bangun, Salim menyempatkan berolahraga dengan warga untuk mengelilingi dusun.

Hidangan ubi rebus dan belalang goreng dan teh manis sudah tersedia di ruang tengah rumah Amanat. Salim langsung melahap belalang goreng dan ubi. "Ternyata enak belalang goreng ini subhanallah, luar biasa. Saya makan sampai kaki belalangnya," ucap Salim.

Doktor Syariah lulusan Universitas Madinah Arab Saudi ini mengaku baru pertama kali menyantap belalang goreng. Ia tidak menyangka harga belalang goreng melebihi harga daging sapi.

Menurutnya, belalang menjadi salah satu keunikan Gunungkidul yang tidak ada di daerah lain sehingga bisa menjadi peluang usaha bagi warga.

Menurut Amanat Ichsan, Salim Segaf tidak banyak permintaan saat menginap semalam di rumahnya. Untuk hidangan makan malam dan sarapan pagi Salim sempat minta dibuatkan sayur lombok ijo dan rebusan daun kates.

"Mintanya cuma itu saja," kata Amanat. Amanat pun merasa bahagia rumahnya disinggahi oleh seorang menteri.

Pada tahun ini, tercatat Salim Segaf sudah dua kali berkunjung ke Gunungkidul. Pertengahan Januari lalu ia mengunjungi rumah warga miskin di Desa Dadapayu, Kecamatan Semin. Kunjungan kedua ke Kecamatan Paliyan dan Kecamatan Playen ini juga juga mengunjungi warga miskin penerima bantuan dari Kementerian Sosial.

Tahun ini, Gunungkidul menerima bantuan bedah rumah dari Kementerian Sosial sebesar Rp2,1 miliar untuk merehab 210 rumah tidak layak huni di Paliyan dan Playen. Selain bantuan bedah rumah, Kementerian Sosial juga membangun 21 Kelompok Usaha Bersama dan empat sarana lingkungan di dua kecamatan tersebut senilai Rp650 juta.

Kuota bantuan Kementerian Sosial tahun ini di Gunungkidul diakui Salim terbanyak dibanding daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut karena masalah kemiskinan masih tinggi di Gunungkidul.

Salim bangga menyaksikan rumah yang sudah direhab jumlahnya melebihi dari nominal bantuan yang setiap RTLH sebesar Rp10 juta. "Saya senang semangat warga Gunungkidul yang senang gotong royong," kata Salim Segaf.

Menurut Salim, bantuan bedah rumah bukan prioritas mengatasi kemiskinan, melainkan hanya sebagai stimulan.

___
*sumber: Harian Jogja

(FOTO atas: Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri (kanan) bersama Bupati Gunungkidul Badingah saat berdialog dengan warga di Dusun Lemahbang, Desa Karangasem, Gunungkidul, Kamis (20/2/2014) malam. (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar