Kamis, 27 Februari 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


Aher Legowo Mundur

Posted: 27 Feb 2014 03:12 PM PST



Sehubungan denga pernyataan Kang @aheryawan bahwa beliau mundur dari Duta Persib, mimin (admin @AHER_DEMIZ) pengen cerita hasil konfirmasi langsung ke beliau...

1. Sabtu pagi Saya (admin) kaget bukan kepalang baca tweet Gub @aheryawan yang menyatakan mundur dari Duta Persib.
   
2. Persib VS Persija batal tanding karena tiada izin Polda. Eh, Kang @aheryawan mundur pula dari Duta Persib, musibah apa lagi ini?
   
3. Saya pun meluncur ke gd Pakuan (rumah dinas gub, berharap jumpa Kang @aheryawan utk klarifikasi lgsg ttg kemundurannya dari Duta Persib.
   
4. Sampai gdg Pakuan, Kang @aheryawan sdg d ruang fitness. Stlh olahraga, ia ajak Saya sarapan d sebuah gang sempit d luar Pakuan.
   
5. Sepulang sarapan, kami kembali k gdg Pakuan. Saat berbincang dg Kang @aheryawan Saya klarifikasi ttg kemundurannya dari Duta Persib.
   
6. Kang @aheryawan menjelaskan bahwa keputusannya mundur dari Duta Persib sdh direnungkan masak2 setelah shalat tahajud dini harinya.
   
7. Prtimbangan @aheryawan mundur dari Duta Persib ada yg terkait laga Persib&Persija yg batal, namun ada alasan lain justru tdk terkait itu.
   
8. Alasan terkait kejadian kemarin, pembelajarannya bahwa Duta Persib akan lbh optimal jika dipegang oleh org yg bisa full time.
   
9. Kapan& di manapun Duta Persib hrs bisa hadir&jadi jubir persib di setiap event. Ini tdk mgkn dilakukan Gub @aheryawan dg segala ksibukannya.
   
10. Kalau terkait lobi polda, Kang @aheryawan dua kali lobi kapolda dg alternatif solusi yg ditawarkan, namun Polda punya pertimbangan lain.
   
11. Kang @aheryawan pun merasa kecewa laga persib VS persija batal digelar di Bdg, di sisi lain memahami kewenangan polisi dlm hal keamanan.
   
12. Memang Kang @aheryawan sempat kaget dg cacian oknum bobotoh yg menyebutnya anjing, runtah, bangsat, koplok,dsb., tapi ia memaafkan mereka.
   
13. Kang @aheryawan memahami kondisi psikologis mereka shg memaafkan dan tdk akan mengadukan ke polisi meski bisa masuk pelanggaran UU ITE.
   
14. Kang @aheryawan sejak jadi pejabat publik terkadang dicaci maki orang. Sudah mulai terbiasa.
   
15. Namun ternyata ada alasan lain sebabkan mundur, ada yg sebarkan isu bahwa ia jadi Duta Persib utk menunggangi dg kepentingan politik.
   
16. Padahal Kang @aheryawan tidak pernah meminta jadi duta, ia diminta jadi Duta Persib karena dianggap berkontribusi untuk persib.
   
17. Karena cinta persib Kang @aheryawan sampai thn 2013 sdh alokasikan 480Milyar utk Stadion BLA & 250M di tahun ini utk rumah persib tsb.
   
18. Karena cintanya kepada persib pula Kang @aheryawan memperjuangkan BJB jadi sponsor utama Persib.
   
19. Ia melakukan semua itu karena cinta dg persib, tanpa embel-embel sbg duta dan kepentingan lain.
   
20. Kang @aheryawan ingin buktikn selama ini perjuangkan persib krn cinta, bkn krn sebutan Duta Persib amp; bukan karena kpentingan politik sempit.
   
21. Ia memilih menjadi seperti yang lain, jadi bobotoh biasa dg kecintaan luar biasa kepada persib, meski tanpa sebutan Duta Persib.
   
22. Karena itulah Kang @aheryawan di twitternya menegaskan ia ttp cinta persib, dukung persib juara& ttp pertahankan BJB sbg sponsor persib.
   
23. Cinta dan dukungan Kang @aheryawan kpd persib tdk akan berkurang meski tdk jadi duta, karena ia cinta Persib yg jadi icon jabar.
   
24. Cinta dan dukungan Kang @aheryawan thd persib ini seperti cintanya kepada timnas yg merupakan icon Indonesia.
   
25. Kang @aheryawan memilih jadi bobotoh biasa seperti sblm jadi duta: pecinta persib yg berkontribusi tanpa embel2 apapun.
   
26. Sabtu siang Saya keluar dari Pakuan, mata agak berkaca2. Saya kembali mendapat pelajaran ttg kepemimpinan dari Kang @aheryawan.
   
27. Ternyata bagi Kang @aheryawan jabatan& gelar tidak boleh masuk ke hati. Dipegang atau dilepas tergantung maslahat terbesar utk masyarakat.

28. Kalo yg lain mgkn mati2an prtahankan jabatan/gelar. Tp dia dg entengnya mundur agar duta persib dipegang org yg bisa fulltime.
   
29. Saya jd ingat pilgub, saat blm ada kputusn siapa cagub 2013-2018 dari PKS, Kang @aheryawan berkata kpd salah seorang pimpinan DPP:
   
30. "Silakan putuskan siapa cagub PKS, kalaupun bkn Saya, Saya akan dukung penuh& bantu sosialisasi dia sbg cagub dari PKS" kata @aheryawan.
   
31. Itu mnunjukkn kalaupun Kang @aheryawan tdk jd cagub lg, bkn mslh baginya. Yg penting kontribusi perjuangan maksimal. Krn d situ pahala-Nya.
   
32. Tidak masalah jadi apapun posisi kita, yang penting kontribusi perjuangan maksimal. Mungkin itulah prinsip hidup Kang @aheryawan.
   
33. Terima kasih Kang @aheryawan Saya kembali belajar ttg hakikat jabatan&gelar bagi seorang pemimpin.


*by Admin @AHER_DEMIZ
http://chirpstory.com/li/190850


Surahman: Pendidikan dengan kekerasan akan mewariskan kekerasan kepada anak didik

Posted: 27 Feb 2014 02:55 PM PST


Kekerasan terhadap pelajar yang dilakukan oleh guru kembali terjadi, kali ini di Kabupaten Simalungun. Sebanyak 32 pelajar SD Negeri 098145 Karang Sari, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara, Selasa (25/2) siang, mengalami luka bocor di bagian kepala mereka masing-masing.

Kejadian bermula ketika siswa ribut di dalam kelas. Sang guru marah dan memukuli semua murid lelaki yang ada di dalam kelas. Muridnya berjumlah 32 orang.  Akibat dari peristiwa ini, 10 orang anak terluka di bagian kepala dan sebagian lainnya luka ringan di bagian bagian tubuhnya.

Menanggapi peristiwa ini, anggota Komisi X  DPR RI Surahman Hidayat, saat di hubungi di Jakarta, 28/2/2014. Meminta pihak Kemdikbud untuk segera melakukan investigasi, karena kasus kekerasan yang dilakukan oleh oknum guru kepada muridnya, sudah sering terjadi. " Saya sangat menyesalkan kejadian tersebut, perbuatan seperti itu jelas tidak bisa di benarkan, pendidikan dengan cara kekerasan akan mewariskan bentuk kekerasan yang lain pada anak didik," demikian tegas Surahman Hidayat.

Menurutnya, anak didik yang kerap mendapatkan model pendidikan kekerasan, rentan menghadapi trauma, dendam, bahkan kelak suka melakukan kekerasan pula. "Secara psikologis, kekerasan yang digunakan dalam mendidik anak, akan menjadi kontra-produktif, karena ada beberapa hal negatif yang timbul, sebagai reaksi dari kekerasan mereka dapatkan," ungkap Surahman.

Kepada semua guru di Indonesia mari kita lahirkan pendidikan yang ramah dan menyenangkan pada anak, membuat mereka penasaran dengan ilmu baru dari hari ke hari. "Cara pembelajaran yang merangsang rasa ingin tahu, akan menumbuhkan inisiatif dan pada akhirnya melahirkan manusia kreatif yang mampu menyelesaikan permasalahan dalam hidup mereka, hidup masyarakat dan hidup bangsa ini." Tutup anggota dewan dari PKS ini.

Peristiwa yang sama juga terjadi, terhadap seorang siswa  di SMKN 3 Jayapura, Papua. Murid dipukuli kepalanya oleh gurunya setelah gagal menjawab soal yang diberikan.


Qadha' dan Qadar

Posted: 27 Feb 2014 02:38 PM PST


'Aidh al-Qarni

{Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan dia telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.}
(QS. Al-Hadid: 22)

Tinta pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan telah disimpan, setiap perkara telah diputuskan dan takdir telah ditetapkan. Maka,

{Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami."}
(QS. At-Taubah: 51)

Apa yang membuat Anda benar, maka tak akan membuat Anda salah. Sebaliknya, apa yang membuat Anda salah, maka tidak akan membuat Anda benar.

Jika keyakinan tersebut tertanam kuat pada jiwa Anda dan kukuh bersemayam dalam hati Anda, maka setiap bencana akan menjadi karunia, setiap ujian menjadi anugerah, dan setiap peristiwa menjadi penghargaan dan pahala.

"Barangsiapa yang oleh Allah dikehendaki menjadi baik maka ia akan diuji oleh-Nya." (Al Hadits)

Karena itu, jangan pernah merasa gundah dan bersedih dikarenakan suatu penyakit, kematian yang semakin dekat, kerugian harta, atau rumah terbakar. Betapapun, sesungguhnya Sang Maha Pencipta telah menentukan segala sesuatunya dan takdir telah bicara. Usaha dan upaya dapat sedemikian rupa, tetapi hak untuk menentukan tetap mutlak milik Allah. Pahala telah tercapai, dan dosa sudah terhapus. Maka, berbahagialah orang-orang yang tertimpa musibah atas kesabaran dan kerelaan mereka terhadap Yang Maha Mengambil, Maha Pemberi, Maha Mengekang lagi Maha Lapang.

{Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.}
(QS. Al-Anbiya: 23)

Syaraf-syaraf Anda akan tetap tegang, kegundahan jiwa Anda tak akan reda, dan kecemasan di dada Anda tak akan pernah sirna, sebelum Anda benar-benar beriman terhadap qadha' dan qadar.

Tinta pena telah mengering bersamaan dengan semua hal yang akan Anda temui. Maka, jangan biarkan diri Anda larut kesedihan. Jangan mengira diri Anda sanggup melakukan segala upaya untuk menahan tembok yang akan runtuh, membendung air yang akan meluap, menahan angin agar tak bertiup, atau memelihara kaca agar tak pecah. Adalah tak benar bila semua itu dapat terjadi dengan paksaanku dan paksaanmu, karena apa yang telah digariskan akan terjadi. Setiap ketentuan akan berjalan dan semua keputusan akan terlaksana. Demikianlah "orang bebas memilih; boleh percaya dan tidak"

Anda harus menyerahkan semua hal kepada takdir agar tak ditindas oleh bala tentara kebencian, penyesalan dan kebinasaan. Dan, percayalah dengan kebenaran qadha' sebelum Anda dilanda banjir penyesalan! Dengan begitu, jiwa Anda akan tetap tenang menjalani segala daya upaya dan cara yang memang harus ditempuh. Dan bila kemudian terjadi hal-hal yang tidak Anda inginkan, maka itu pun merupakan bagian dari ketentuan yang memang harus terjadi. Jangan pula pernah berandai, "Seandainya saja aku melakukan seperti ini, niscaya akan begini dan begini jadinya." Tapi katakanlah, "Allah telah menakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki akan Dia lakukan." (Al-Hadits)


*Seri La Tahzan


Guru Anis Matta: Saya Harap Kau Jadi RI 1

Posted: 27 Feb 2014 01:25 AM PST


Makassar – Anis Matta rupanya sudah menjadi bintang sejak masih menimba ilmu di Pesantren Darul Arqam, Gombara, Makassar. Hal tersebut diungkap Sang Guru KH Abdul Djalil Thahir ketika mengenang masa kecil presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

"Kalau Anis Matta saat kecil, saya kenal banyak. Prestasi akademik selalu tinggi. Di organisasi, dia menekuni menjadi sektretaris. Dia lulusan terbaik. Dia selalu terbaik," ungkap sosok yang menjadi calon anggota DPD RI nomor  urut 4 itu.

KH Abdul Djalil Thahir lalu menyebutkan salah satu contohnya, "Di pesantren saya menjadi guru bahasa Arab. Waktu itu ada ujian negara untuk pelajaran bahasa Arab. Mestinya waktu ujiannya dua jam. Tapi santri saya, baru setengah jam, sudah keluar ruangan. Sehingga panitia mengatakan, 'Itu sekolah apa? Barangkali tidak selesai mereka mengerjakan soal.' Saya bilang, 'Saya punya murid, nanti dilihat kalau sudah ada hasil.' Ternyata, nilai terbaik ada pada sekolah kami. Anis mendapat yang terbaik saat itu."

Setelah melihat keistimewaan yang dimiliki Anis Matta, lelaki yang juga pendiri Pesantren Darul Istiqamah itu punya keyakinan tentang cerahnya masa depan muridnya itu. Bahkan, keyakinan itu disampaikan di hadapan murid-murid yang lainnya.

"Saya sudah katakan dulu di muka kelas. Ini temanmu yang satu ini (Anis Matta –red), saya pastikan jadi. Apa dasar berpikir saya? Di kelas dia baik, di organisasi jadi sektretaris. Ini pasti akan jadi pemimpin di kemudian hari," kenang ketua Yayasan Buq'atun Mubarakah itu.

Keyakinan itu terbukti. Anis Matta kini menjadi sosok pemimpin yang disayangi kawan dan disegani lawan. Ketika berpendapat, ia memiliki argumen yang kuat, juga diksi yang memukau. Lantas, apa lagi harapan Sang Guru untuk murid kesayangannya itu? "Saya sudah katakan kepadanya tahun 2009 yang lalu. Saya berharap kau RI 1," tutupnya. (DLS/MFS/anismatta.net)


Merawat Rumah (PKS) Tanpa Amarah

Posted: 27 Feb 2014 01:20 AM PST


by Nandang Burhanuddin

Ada rumah yang bocor atapnya. Tetangga teriak, solusinya; "Hancurkan! Robohkan!"

Sembari memperbaiki, para penghuni rumah keheranan. Kenapa yang bocor genteng, tapi solusinya dirobohkan?

Ketika ada engsel pintu yang copot. Tetangga kembali teriak, "Robohkan! Hancurkan!"

Lho, yang bermasalah engsel, tapi yang disuruh malah merobohkan? Ada apa ini? Penghuni rumah pun mencoba pendekatan. Mulai dari mengirimkan daging kurban, membantu anak-anak tetangga sekolah, mengadvokasi bila ada masalah, hingga membantu memperkenalkan bisnisnya.

Namun saat pagar rumah itu roboh. Si tetangga tetap teriak, "Hancurkan! Robohkan! Jangan pilih dan datangi rumah itu ya!"

Usut punya usut, tetangga itu iri. Sebab para penghuni adalah keluarga muda. Tapi bisa membangun rumah besar dan kunjungan tamu yang terus banyak. Plus, masyarakat semakin dekat.

Hingga suatu masa. Di rumah itu datang bertamu seorang non Islam. Si tetangga kembali teriak, "Tuh kan bener! Apa kata gue! Gak pantas lagi rumah itu ada! Hancurkan!"

Belum sempat memberikan klarifikasi. Si tetangga kembali membuat gaduh. Tapi apapun masalahnya, solusinya selalu, "Hancurkan! Robohkan!"

Anehnya, yang selalu mempermasalahkan hanya tetangga yang sama. Apapun perubahan di rumah itu, baik warna cat, bentuk pagar, assesoris, dapur, jenis kursi...selalu saja salah.

Namun saya salut dengan penghuni rumah. Mereka semakin yakin, rumah yang ditempati rumah sehat dan menyehatkan. Semua berpikir. Jika ada yang rusak atau kotor, kewajibannya adalah memperbaiki dan merenovasi. Semua sadar, kalau bukan penghuni, siapa lagi yang peduli merawat dan memperbaiki.

Inilah masalah kita. Tetangga yang ngerti agama tapi hobi menyiram air cuka dalam luka. Yang di kampung adem ayem, yang ngerti agama malah sorak sorai melihat hal ini, semacam menemukan senjata untuk nggebukin sesamanya.


Idealisme: Kuburan Massal Kaum Jurnalis

Posted: 27 Feb 2014 01:05 AM PST


Oleh Edy A Effendi

IDEALISME, selalu saja jadi tameng kaum jurnalis. Seolah-olah dengan mengusung idealisme, ia bisa bicara apa saja soal kabar dunia. Tapi benarkah dalam arus hidup yang penuh gejolak saat ini, idealisme masih dipegang teguh kaum jurnalis?

Idealisme bersandar pada ide, dunia di dalam jiwa. Pikiran ini meletakkan hal-hal yang bersifat ide dan menempatkan pernik-pernik yang bersifat materi, fisik, ke dalam kasta terendah. Idealisme, menganggap semua realitas yang terdiri dari ruh, jiwa, ide, pikiran-pikiran, menjadi konstanta yang agung dalam orkestra hidup manusia. Sebagai konstanta, sebuah ketetapan yang tetap, di dalamnya dibingkai satu nilai yang bernama moralitas. Seluruh gerak jurnalis sebagai pewarta, harusnya berpijak pada tataran ini. Tataran moralitas.

Pikiran ini mengandaikan bahwa jurnalis harus bertumpu pada kehendak kalbu, kehendak yang melihat fakta sebagai sebuah berita. Maknanya, berita yang dilansir ke publik melalui layar kaca bernama televisi atau media cetak itu, menyandarkan diri pada kaidah-kaidah moralitas. Moralitas selalu saja menguar sisi baik dan sisi kebenaran, bukan sisi rekayasa.

Sayangnya, dalam arus pergerakan berita, jurnalis tak berdiri sendiri. Ia ditopang satu instrumen yang bernama institusi media. Intsitusi media ini memiliki akar kepentingan beraneka ragam dan aneka ragam kepentingan itu terkait erat dalam bisnis media. Institusi media sudah jadi industri, di mana kepentingan pemilik modal bisa mengerangkeng idealisme jurnalis. Pada titik ini, idealisme menjadi kuburan massal kaum jurnalis.

Peran kenabian

Ketika idealisme menjadi kuburan massal kaum jurnalis, maka pertanyaan Ignatius Haryanto, Sosok Jurnalis di Layar Kaca (Kompas, 30/9), apakah profesi kewartawanan masih relevan untuk masyarakat zaman sekarang, menjadi pertanyaan urgen untuk dijawab.

Kaum jurnalis, pewarta, sebenarnya memerankan peran kenabian. Para nabi dan para santo, selalu membawa kabar berita berisi soal fakta-fakta hidup yang dibingkai aura kebenaran. Kabar berita para nabi dan santo itu, bukan saja menjadi magnet publik tapi sekaligus menjadi panutan warga dalam menjalani laku hidup sehari-hari.

Dalam pusaran hidup para nabi dan orang suci yang disebut santo itu, tak ubahnya menjalankan peran sebagai pewarta. Mereka menyuplai beberapa fakta hidup agar ada perubahan mendasar dalam konstelasi kehidupan masyarakat. Kaum jurnalis atau pewarta, sejatinya memerankan lakon kenabian, di mana fakta-fakta obyektif di lapangan diungkap, dibedah dan diberdayakan untuk konsumsi publik. Publik sebagai konsumen berhak menerima fakta-fakta obyektif itu sebagai menu kehidupan. Maka ketika Ignatius menyitir perilaku negatif pewarta yang menyalahgunakan fungsi dan kekuasaan yang mereka miliki, klaim dan stigma jurnalis sebagai penjahat, tak bisa dihindari.

Jurnalis dengan kekuasaannya, mampu mendikte, membentuk opini dan menggiring publik masuk dalam perangkap berita yang disebar. Dan jika berita yang disebar penuh kebohongan dan rekayasa, publik pun akan hanyut dalam perangkap berita sang jurnalis itu.

Sayangnya, contoh yang kurang baik ini, diperagakan banyak kaum jurnalis dalam berbagai segmen berita di layar kaca. Dengan kekuasaannya, ia mampu mendikte acara-acara talkshow, dialog soal hukum dan politik, berbincang soal peradaban. Sebuah dialog atau talkshow, yang sudah dibangun dan didisain sedemikian rupa untuk membentuk opini publik.

Dengan demikian, pertanyaan Ignatius menemukan jawabannya, profesi kewartawanan tak lagi menjadi relevan dalam konteks zaman sekarang, jika di dalamnya bertebaran berita rekayasa. Berita yang direkayasa hanya untuk mencari sensasi, menebar berita eksklusif semu. Kita sudah mendengar, melihat dan membaca berita penculikan yang direkayasa, hanya untuk menaikkan pamor stasiun televisi terkait. Kita juga sudah bisa melihat, fakta gambar penyerbuan teroris yang "dimainkan" dan publik juga tak bodoh, melihat fakta sebuah acara dialog yang dikemas atas permitaan partai politik tertentu.

Partai politik sudah mengerangkeng begitu jauh program televisi. Inilah risiko jika para pemodal, pemilik stasiun televisi sekaligus menjadi kamerad partai politik. Televisi menjadi banal karena berbagai kepentingan masuk di dalamnya. Kepentingan yang tak punya tali temali dengan segmen berita.

Maka jangan berharap bisa menemukan kembali para pewarta, melakukan peran kenabian dan peran para santo. Kita merindukan sosok santo seperti Ignatius yang hidup di zaman Kaisar Trajan. Santo Ignatius dihukum mati karena dianggap memprovokasi warga untuk melawan penguasa Trajan. Tetapi sejatinya, pamor Santo Ignatius sudah membuat kecut para elit penguasa waktu itu. Sebagai Uskup Antiokia selama 40 tahun, dapat dipastikan bahwa pada masa akhir hidupnya, Santo Ignatius telah menjalankan peran sebagai pewarta dengan baik. Peran yang seharusnya diambil alih para pewarta dalam mengibarkan bendera kebenaran.

Lantas, apa yang bisa diharapkan dari posisi pewarta jika sudah direduksi oleh kekuasaan di luar pagar dirinya? Reduksi selalu mengambil alih hak pribadi, ruang private ke dalam ruang kolektif. Mungkinkah ruang kolektif itu masih bisa mengambil peran bersama soal hak publik?

Merekayasa kenyataan

Antara pernyataan yang dilansir media massa, baik televisi, media cetak atau portal berita online, acapkali jauh dari kenyataan. Jean Baudrillard, pakar media asal Perancis, meyakini bahwa media merupakan perangkat untuk mengacaukan hakikat dan kenyataan beragam persoalan.

Baudrillard melihat apa yang kita anggap sebagai realitas, sejatinya adalah pandangan media terhadap isu tersebut. Bisa dikatakan, realitas bisa terwujud dalam berbagai bentuk sesuai dengan banyaknya media dan gambar. Dengan kata lain, simbol realitas telah menggantikan realitas itu sendiri.

Mengikuti jejak pikiran Baudrillard, di mana media merupakan perangkat untuk mengacaukan hakikat dan kenyataan beragam persoalan, maka sebagai penikmat, pembaca dan penonton, akan sulit menemukan kenyataan yang hakiki.

Beragam kepentingan yang menelikung para pewarta, telah membuat model produksi berita menjadi absurd. Kepentingan para pemodal mampu merangsek idealisme jurnalis sebagai sosok yang dipuja, diagungkan oleh sebagian orang. Inilah gambaran kasar, di mana hubungan produksi berita dan kekuatan-kekuatan produksi pemodal, saling tumpang tindih.

Atau dalam igauan Karl Marx, dalam situasi seperti ini, media bisa dilihat sebagai suatu institusi yang sangat memungkinkan berbagai ideologi kelas saling bertarung. Bahkan ekonomi dianggap berhubungan erat dengan determinasi teknologi, sementara budaya industri berada dalam suatu determinasi ekonomi. Asumsi yang ingin dikembangkan Marx, adalah pergeseran model the capitalist mode of production dalam siklus media massa.

Jika demikian, du nia televisi, media cetak dan portal berita online, kehilangan keindahan, tebaran pesona (totally disenchanted) serta tidak tahu malu (almost shameful) terhadap kenyataan yang bergemuruh di ranah publik. Mereka telah memutarbalikan fakta, menjungkirbalikan obyek berita, dan terutama telah mengubur etika dan nilai-nilai luhur di masyarakat.

Dalam situasi demikian, masihkah kita percaya kepada para jurnalis yang berperan sebagai broker berita? Masihkah kita menaruh hormat terhadap sosok pewarta yang memosisikan dirinya sebagai Don, bos besar, yang mampu mendikte arus berita publik?

Di tengah karut-marut sosok pewarta yang kabur, absurd, tak teridentifikasi itu, masih ada sebagian pewarta yang menjadi pemeluk teguh keimanan bertajuk idealisme itu. Mereka para pewarta yang menulis dari dasar kalbu, dari kedalaman jiwa, dari lorong rahim bahasa ibu bernama kebenaran.[]


*Edy A Effendi, adalah penulis puisi dan pewarta. Bergiat di Padepokan Thaha.
Tulisan ini dimuat harian KOMPAS, 7 Oktober 2012. (REPOST)



Waspada, Propaganda!

Posted: 27 Feb 2014 01:08 AM PST


Oleh Syamsul Bahri
Mataram, Lombok, NTB

Waspada! Jelang Pemilu biasanya propaganda merebak bak jamur dimusim penghujan. Ada banyak issu yang digunakan. Mulai dari issu sektarian, aliran, mazhab, sampai kepada ghibah yang berkedok nasihat. Tujuannya tiada lain dan tiada bukan, mengadu domba dan memecah belah persatuan ummat yang pada akhirnya menjauhkan mereka dari kekuasaan.

Betul memang. Kekuasaan bukanlah satu-satunya cara menggapai kejayaan. Masih banyak cara lain yang bisa kita tempuh selain dari merebut kekuasaan. Bahkan, dalam sejarahnya, mereka yang terlalu berambisi dan memiliki syahwat yang tinggi terhadap kekuasaan mendapatkan kutukan dari Tuhan. Fir'aun, Haman, Qarun dan beberapa nama besar lainnya adalah contoh empiriknya, betapa kekuasaan telah menenggelamkan dan menghinakan mereka.

Namun, sejarah rupanya tak berhenti sampai di situ. Allah kemudian memberikan gambaran lain tentang bagaimana seharusnya kekuasaan dijalankan. Ada penguasa besar bernama Sulaiman. Ia adalah penguasa jagat raya. Kepemimpinannya tak hanya disegani dari kalangan manusia, tetapi juga dari komunitas yang berbeda, seperti kalangan jin, hewan, tetumbuhan dan lainnya sebagaimana yang tercatat dalam Al-Qur'an.

Selain Sulaiman, ada penguasa bernama Daud, Yusuf, Muhammad, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali sampai pada seseorang  bernama Umar bin Abdul Aziz. Mereka semua adalah potret penguasa yang amanah, adil, jujur, bijaksana dan menjadikan kekuasaan hanya sebagai alat untuk mewujudkan harapan rakyat yang dipimpinnya. Jadi, dampak baik dan buruknya kekuasaan itu bergantung pada siapa yang mengendalikannya.

Dalam konteks demokrasi dan Pemilu, dimana Penguasa dipilih langsung oleh rakyat, baik dalam tataran eksekutif maupun legislatif, maka penguasa adalah gambaran dari rakyatnya. Bilamana penguasanya baik, itu pertanda bahwa tingkat rasionalitas rakyat selaku pemilihnya juga baik. Jika sebaliknya, maka itulah gambaran umum rakyat yang memilihnya.

"Ah, masa bodoh. Demokrasi ini kan mengikuti suara mayoritas. Bukan suara kebenaran." Betul! Itu adalah sisi lain demokrasi atau lebih tepatnya Pemilu. Pemilu ini adalah adu banyak, adu kompak. Siapa yang lebih banyak dan kompak suaranya, dia akan jadi pemenangnya. Entah itu suara 'rusak' atau suara baik. Ini soal kuantitas, bukan kualitas. Seandainya kuantitas kebaikan lebih banyak dan lebih kompak, maka hampir bisa dipastikan kebenaran dan kebaikan akan menggema di atas panggung yang bernama demokrasi. Sebaliknya, jika kuantitas keburukan yang lebih banyak dan lebih dominan, maka hasilnya bisa kita lihat seperti sekarang.

Bukankah setiap kebaikan itu berkualitas? Belum tentu. Kebaikan yang tercerai berai dan tidak berada pada satu wilayah koordinasi, maka bisa dikatakan sebagai kebaikan yang kurang berkualitas. Karenanya, khalifah Ali bin Abi Thalib mengeluarkan kaidah, "Kebaikan yang tidak terorganisir, bisa jadi dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir". Lalu, bagaimana halnya jika kebaikan itu teroganisir? Tentu, ia tidak hanya akan menang dalam kuantitas tetapi juga kualitas. Tapi, realitanya saat ini, orang-orang baik ini tidak kompak, tidak mau milih alias Golput. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang mengkampanyekan untuk tidak memilih dengan berbagai alasan yang terkesan dipaksakan.

Walhasil, negara yang besar ini kemudian membiarkan pemerintahannya dikendalikan oleh penguasa yang berwatak durhaka. Bagaimana kita bisa mempertanggungjawabkan semua ini? Sebagai bangsa yang bertanggung jawab, sudah barang tentu ia akan berusaha mengambil peran dalam setiap usaha yang  menentukan arah masa depan bangsa dan negaranya. Bangsa yang baik, tentu mendambakan sistem, Undang-Undang, kebijakan serta segenap alat kelengkapan negara lainnya yang baik. Bukan malah sebaliknya, membiarkan kerusakan terjadi dimana-mana, lalu mencibir dan mencemooh saudaranya yang tengah berjuang memperbaiki kerusakan yang terjadi di depan matanya.

Dan saya kira, sekaranglah momentumnya. Pemilu mendatang adalah pertaruhan eksistensi antara pengusung kebenaran dan kebatilan, keadilan dan keserakahan, serta pembuktian komitmen persatuan dan kekompakan ummat yang selama ini diserukan.

Jadi, jangan Golput,  jangan salah pilih, jangan terjebak pada propaganda ala kolonial yang mencoba mengadu domba persatuan ummat. Pilihlah satu di antara mereka yang memiliki integritas, kapasitas dan kapabilitas yang memadai serta bisa diharapkan mampu mewujudkan perubahan dan perbaikan menuju keadilan bagi semua.[]

Ketua REOG di Bali Siap Menangkan PKS

Posted: 26 Feb 2014 11:13 PM PST


Presiden PKS, Anis Matta berpesan, "Kita merebut hati warga bukan dengan ramainya kita di media, tapi ramainya kader-kader kita di rumah-rumah warga".

Wejangan sang Presiden inilah yang membakar semangat kader-kader PKS di Bali. Tak kenal panas atau hujan, kader PKS Bali terus melakukan Direct Selling door to door mendatangi warga.

Rabu (26/2/2014) Hujan yang mengguyur pulau Bali memaksa kader PKS singgah di sebuah warung milik H. Soeprapto. Setelah berdiskusi panjang, akhirnya pria asal Ponorogo ini menjelaskan bahwa ia adalah ketua Paguyuban Reog Ponorogo di Kuta Selatan. Kebetulan salah satu kader PKS berasal dari Ponorogo langsung menjelaskan tentang pentingnya keterwakilan di legislatif.

Di akhir percakapan, H. Soeprapto yang memimpin komunitas REOG ini langsung meminta kartu nama dan brosur PKS yang merupakan senjata/amunisi kader PKS untuk disebarkan ke komunitas yang dipimpinnya. Beliau siap memenangkan dan mensukseskan PKS di PEMILU 2014 ini.

Seiring dengan redanya hujan siang itu, kader PKS pun undur diri dengan harapan akan kemenangan. Mungkin inilah yang dimaksud hujan membawa berkah bagi PKS. (RZ)


KLARIFIKASI "Berita Caleg PKS Jogja Pukul Guru Ngaji"

Posted: 26 Feb 2014 10:21 PM PST


Begini cerita nya :

Maulana (caleg PKS) cuma ngelempar tas. Tapi di media ada yang nambahin bogem mentah, mukul sampe pingsan, menganiaya, dll.

Pihak Maulana sudah buat aduan balik ke Poltabes Jumat kemarin (21/2). Dengan pengaduan pencemaran nama baik.

KEJADIAN INI SEBETULNYA TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DG PKS, INI KEJADIAN DI ORGANISASI BADKO TKA-TPA (Badan Koordinasi Taman Kanak-kanak Al Quran – Taman Pendidikan Al Quran ) Rayon Gondokusuman Kota Yogyakarta. BADKO merupakan organisasi yang berfungsi untuk mengkoordinir dan melakukan pembinaan kepada Unit TKA-TPA di mushola/masjid

Maulana adalah di Badko sebagai Ketua II. Nah, Mifrokah (si korban, di media disebut guru ngaji/ustadzah) itu memang sudah sejak lama bikin kesel pengurus-pengurus BADKO. Dia setiap ada forum BADKO selalu menghujat BADKO sehingga bikin pengurus mangkel. Tidak cuma sekali. Forum LPJ, Muktamar dan forum-forum lainnya selalu ngisruh. Akhirnya BADKO berinisiatif untuk menengahi membuat forum dengar saran dan kritik.

Nah di forum dengar saran dan kritik itu dia (bu Mif) tidak datang... malah menjelek-jelekkan BADKO di belakang.

Akhirnya BADKO mengutus Maulana (Pengurus Badko yang kebetulan Caleg PKS) dan seorang ustad TPA satu lagi untuk ke mushola al Huda Sagan menemui bu Mif.

Awalnya Maulana tanya biasa saja kenapa kok tdk hadir di forum yg penting itu. Tapi dia malah jawab yang nyelekit bikin gak enak didengar. Bilangnya BADKO itu AROGAN.

Maulana tanya lagi, Arogan nya dimana pas acara apa? (Maulana mulai emosi)

Mif hanya jawab pokoknya ada yg lapor kalau BADKO memang arogan.

Berkali-kali Maulana tanya siapa yg bilang Arogan? Bu Mif seolah acuh tak acuh.

Nah salahnya Maulana adalah saat itu dia kelewat emosi. Lalu ngambil tas bu Mif dan dilempar kena pelipis nya.

Akhirnya Mushola al Huda ribut. Banyak warga berdatangan ke TKP memisah. Akhirnya menyarankan Maulana utk pulang saja.

Nah aneh nya dua hari setelah kejadian. Status Maulana sudah dipanggil ke POLSEK dg status tersangka atas pengaduan penganiayaan.

Setelah kejadian, pihak BADKO melakukan mediasi sesegera mungkin ke rumahnya untuk minta maaf dan memfasilitasi penyelesaian secara kekeluargaan. Maulana pribadi dan pihak keluarga, sudah beberapa kali berusaha meminta maaf kepada Ustadzah Mifrokah. Namun mediasi buntu, karena pihak Ustadzah Mifrokah itu menutup diri dan tetap menempuh jalur hukum.

Jadi ini ASLI nya tidak ada sama sekali sangkut paut nya dg PKS.

Ada keanehan dari kasus ini.

Kejadian tanggal 11 Feb. Diadukan tanggal 12 tapi dalam waktu singkat tanggal 13 Maulana sudah dipanggil dalam status tersangka. Aneh kasus kecil dalam hitungan satu hari sudah cepat sekali prosesnya menjadi tersangka.

Pihak Maulana saja yang akhirnya melapor dan menuntut balik atas pengaduan pencemaran nama baik, hari Jumat dimasukkan berkas pengaduan, sampai hari ini berkas masih di atas meja tidak diapa-apain.


*Baca juga: PERNYATAAN SIKAP BADKO DAN KLARIFIKASI PEMBERITAAN MEDIA


Bersama Warga, Kepanduan PKS Purbalingga Gotong Royong Bikin Jalan di Perbukitan

Posted: 26 Feb 2014 04:00 PM PST


PURBALINGGA- Warga dan kepanduan PKS Purbalingga bahu-membahu dalam gotongroyong pembukaan jalan baru di RT 6 RW 5 Dusun IV, desa Tegalpingen, Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purbalingga, Ahad (23/2).

Sekitar 200an warga dibantu oleh puluhan anggota Pandu Keadilan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bergotong royong dalam rangka pembukaan jalan baru sebagai akses mobilisasi hasil pertanian. Penggarapan telah berlangsung selama 3 kali setiap pekan dan akan terus dilaksanakan sampai memenuhi target sepanjang 1 km. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan transportasi ekonomi hasil pertanian warga setempat serta membuka akses jalan lintas Desa Tegalpingen-Desa Pagersari Tumanggal.

Kondisi awal tempat ini berupa tanah ladang berundak-undak. Konstruk tanah cadas yang cukup keras, membutuhkan tenaga ekstra untuk merataknnya. Warga hanya menggunakan alat-alat tradisional seperti cangkul, dan karung untuk memindahkan ratakan tanah.  Partisipasi warga luar biasa, tidak hanya dari kalangan bapak-bapak saja, juga diikuti oleh puluhan ibu-ibu, dan anak-anak muda. Mereka sangat bersemangat, tak peduli terik matahari membakar kulit, mereka tetap bekerja dengan tulus ikhlas.

Selain itu, para pasukan Pandu Keadilan (PKS) tidak kalah semangat dalam kegiatan tersebut. Mereka mengaku siap siaga kapanpun dibutuhkan tenaganya untuk kepentingan sosial. "Antusias, aktif dan tetap semangat. Kami selalu siap siaga membantu masyarakat untuk kegiatan apapun, serta dalam  penanganan bencana, dimanapun, kapanpun." Ujar Arifudi, koordinator Pandu Keadilan. "Walaupun informasi tidak melalui surat, sms-pun  kami siap datang untuk melayani masyarakat" tambahnya.

Dalam kesempatan ini Komandan Kepanduan PKS Purbalingga Suyoto yang merupakan Caleg PKS untuk DPRD Purbalingga juga ikut terjun langsung membantu, beliau merupakan caleg DPRD II Purbalingga daerah pemilihan Kejobong, Pengadengan dan Kaligondang. Seperti yang pernah disampikan oleh Presiden PKS Ustadz Anis Matta Lc. "Melayani manusia itu jauh lebih penting daripada memenangkan pertarungan politik. Cita-cita kemanusiaan kita jauh lebih tinggi daripada cita-cita dan kepentingan politik kita".  Pesan ini begitu diingat oleh anggota kepanduan PKS sehingga kapanpun mereka dibutuhkan, mereka siap untuk diterjunkan.

4000-an warga Tegalpingen mayoritas bermata pencaharian petani singkong. Kondisi ladang yang berada di dataran tinggi menyulitkan mereka dalam membawa hasil-hasil panen. Warga merasa rugi,  hampir 50 % hasil panen habis untuk membayar tenaga pengangkut dari ladang ke jalan besar. Harga singkong hasil panen hanya berkisar Rp 575,- per kilo, sedangkan upah tenaga 150 ribu per ton. Belum lagi ongkos kendaraan dari jalan besar menuju tempat penjualan singkong. " Kita petani sering merasa rugi mbak, karena tidak ada jalan mobil untuk menganggut hasil panen" kata Haryono, Kepala Dusun IV Desa Tegalpingen.

Keluhan warga setempat mendapatkan respon positif dari kepala Desa Tegalpingen, Sobir Hermawan. Hal ini akan ditindaklanjuti dengan pembangunan rabat beton disepanjang jalan tersebut. Sumber dana direncanakan dari program Padat Karya Pangan (PKP) dan Program Nasiaonal Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Integrasi pada anggaran 2014-2015. Ia mengungkapkan proyek rabat beton akan segera dilaksanakan, mengingat kebutuhan warga mendesak.

Warga sangat senang karena PKS mau membantu warga dalam kegiatan gotong royong ini, mereka berharap hubungan baik ini akan terus berlanjut walaupun pemilihan umum sudah usai. Mereka juga mendoakan supaya PKS bisa sukses dan terus melayani masyarakat.



*By Humas DPD PKS Purbalingga


"Raja Parlemen @Fahrihamzah VS Capres Inden @fadjroeL"

Posted: 26 Feb 2014 03:37 PM PST

"Sorry ya bos @fadjroeL ....sesekali menyerang balik...biar seimbang dunia kita..." -@Fahrihamzah-

by Fahri Hamzah

Kasian @fadjroeL . Kenapa kau sangat anti PKS? Apakah akunmu sdh kau jual ke sebelah?
   
PKS mau #PotongKorupsiSistem dan #PastiKorupsiSelesai setahun...kenapa kau marah?
   
Kok ada yang gak mau korupsi selesai supaya selalu punya pekerjaan...aku curiga @fadjroeL ...
   
Biaya pemberantasan korupsi sdh jauh lebih besar dari pengembalian uang negara dan kerusakan lembaga...
   
Pekerjaan gagal yang dielu-elukan. ...pemborosan yang dipuji - puji. ...so sad...
   
Pekan lalu di depan masyarakat di lombok saya menceritakan beda Legislatif Vs Eksekutif .
   
Juga saya jelaskan beda pemilihan Legislatif Vs Eksekutif dan mungkin kalau @fadjroeL ada bagus.
   
Saya sayangkan bahwa Bung @fadjroeL dalam nama besarnya masih sering bingung beda Legislatif Vs Eksekutif.
   
Terus terang sedih karena harusnya dia paham pondasi dari definisi2 dalam negara demokrasi. #LegislatifVsEksekutif
   
Ini sangat elementer dan sangat dasar yang kalau salah maka seluruh proses berpikirnya salah. #LegislatifVsEksekutif
   
Di belakang Bung @fadjroeL mungkin banyak orang maka artinya banyak orang salah berpikir soal Legislatif Vs Eksekutif.
   
Kepada orang di kampung itu saya katakan: sadari apa yang kita pilih dan katakan saat memilih Legislatif Vs Eksekutif.
   
Ketika memilik eksekutif (katakan): "Saya pilih kamu untuk to execute (mengeksekusi), dan bukan untuk banyak bicara"
   
Tapi waktu memilih legislatif tgl 9April2014 nanti (katakan): "Aku memilihmu untuk bicara dan bertanya". #LegislatifVsEksekutif
   
Secara kasar bedanya begitu Bung @fadjroeL sehingga DPR banyak bicara Anda harus lebih hargai.. #LegislatifVsEksekutif
   
Sebaliknya kalau ada lembaga eksekutif saban hari perang opini itu salah. Eksekutif bekerja dalam senyap. #LegislatifVsEksekutif
   
Apalagi lembaga penegak hukum. Keadilan itu ditegakkan bukan saja dengan mulut tetapi mata tertutup.
   
Hukum tidak akan tegak melalui kontroversi tapi hukum tegak melalu konsistensi.
   
Kembali soal Legislatif Vs Eksekutif maka legislatif tugasnya "bicara dan bertanya" seperti asal kata parlemen itu. (parlemen berasal dari kata Le parle -bahasa perancis- yang berarti to speak = bicara -red)
   
Sementara @fadjroeL sibuk menyerang mereka yang aktif bertanya dan berbicara. #LegislatifVsEksekutif
   
@fadjroeL nampaknya senang kalau kita (anggota legislatif/parlemen) diam. Setidaknya dia tidak pernah mempersoalkan mereka yang diam.
   
Kenapa @fadjroeL tidak bisa bersama saya mempertanyakan pemberantasan korupsi yang tidak selesai?
   
Kenapa @fadjroeL tidak mau mendengar proposal saya bahwa saya bisa berantas korupsi setahun?
   
Saya sebagai legislatif tentu punya alternatif tapi kan saya tidak dalam posisi (sebagai eksekutif -red). Itulah dasar sikap kritis saya Bung @fadjroeL.
   
Padahal kalau Bung @fadjroeL jadi Presiden RI tentu juga perlu solusi atas korupsi.
   
Apa Sdr @fadjroeL akan terus membiarkan absennya Presiden (eksekutif) dalam pemberantasan korupsi?
   
Siapa yang disumpah untuk menjalankan konstitusi Bung @fadjroeL ??? (Tentu adalah Eksekutif -red) #LegislatifVsEksekutif
   
Payah Bung @fadjroeL nih....kalau serang DPR dia anggap DPR itu kayak eksekutif sehingga seragam...
   
Bahkan dia anggap kayak Perseroan gitu ya....padahal DPR itu representasi dari Daulat Rakyat..
   
Harusnya @fadjroeL kritik partai yg tanpa kongres Tiba2 wakil ketua umum nya konglomerat...sekongkol aja lu...
   
Harusnya kalau @fadjroeL paham demokrasi ya dukung partai berbasis kaderisasi...
   
Tega nya @fadjroeL saban hari dukung konglomerat dan hajar partai yg pimpinannya kawan2 aktivis..
   
Harusnya @fadjroeL bersama aktivis eh kok malah bersama konglomerat ya?
   
Mentang2 banyak uang lalu aniaya kami (yang) mengandalkan kader kami sendiri (bukan konglomerat -red).
   
Partai konglomerat berkibar2 dan PKS sebagai partai aktivis terus dihancurkan. ..duh @fadjroeL
   
Partai lain maling segunung...Lalu kami ada 1 kasus yg telah selesai terus dianiaya... hebat @fadjroeL
   
Kamu jual ke siapa akun mu @fadjroeL sampai merusak nuranimu kawan?
   
Kau boleh cari kesalahan kami kawan, akan susah... Partai kami punya sistem...
   
PKS berdiri bukan karena ada orang kaya ingin nyapres penasaran...
   
PKS berdiri bukan karena disponsori nama besar tapi partai ini berdiri untuk mendukung kader bangsa jadi besar...
   
Partai ini bung @fadjroeL adalah untuk menjalankan mimpi para aktivis untuk lanjutkan reformasi...
   
Anda @fadjroeL mau fitnah saya tukang bolos dan tukang tidur...apa anda pernah klarifikasi. ..?
   
Kalau saya bolos kan pasti dihukum? Di DPR ada 6 jenis dan tingkat hukuman. @fadjroeL ..Anda tahu?
   
Kalau bolos itu Hukuman pertama dan terendah ditegur lisan...apa saya pernah dapat?
   
Soal tidur, coba anda lihat foto itu...apa mungkin saya tidur dikelilingi wartawan...
   
Duh kawan @fadjroeL sayang sekali tenangamu kau pakai untuk hancurkan benih2 kekuatan aktivis. ..
   
Kenapa kau tak hancurkan partai yg dibuat hanya jadi tangga kuasa tanpa sistem kader dan persiapannya?
   
Itu pun tak boleh (Tak boleh hancurkan partai -red) karena bikin partai tak mudah kawan...ini inti demokrasi kita. ..
   
Siapapun boleh bikin partai bung @fadjroeL termasuk anda...sayang anda selalu gagal. ..sabar ya...
   
Jangan tantang moral bung @fadjroeL ....kami punya standar minimal...Kalau aku salah aku mundur bung...
   
Kau boleh jadi malaikat sekarang kawan...ku tunggu kau kalau berkuasa...ingin tahu aku...
   
Anda pernah minat jadi capres dan gagal...Kalau serius kan bikin partai bung...kenapa kau takut..
   
Aku tahu kau takut kalau nanti perlu uang....Lalu terpaksa fundraising (cari dana -red).
   
Kalau berani kita tanding bos. ..masuk Nasdem atau partai apa gitu...yg belum ada kesalahan satu..ada?
   
Sorry ya bos @fadjroeL ....sesekali menyerang balik...biar seimbang dunia kita...sekian..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar