Sabtu, 08 Februari 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


Antara "Tsabat" dan "Tsabath" | Taujih Ust. Musyafa Ahmad Rahim

Posted: 08 Feb 2014 02:35 PM PST



(Taujih Ust. Musyafa Ahmad Rahim Ketua Kaderisasi DPP PKS pada pertemuan Election Update DPW PKS Sumatera Barat, Asrama Haji Tabing Padang 5 Februari 2014)

"Dan Katakanlah: Beramallah kamu, maka Allah akan melihat amalmu, begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa-apa yang telah kamu amalkan (di dunia)." (QS. At-Taubah: 105)

Insya Allah pemilu tinggal 62 hari ini dan itu artinya mulai hari ini totalitas perjuangan untuk jihad siyasi sudah mesti dilakukan. Semoga pertemuan ini adalah pertemuan yang membuka pintu keberkahan dan rahmat bagi kita semua.

Satu hal mendasar yang harus difahami adalah bahwa dalam berjuang yang dituntut adalah beramal dan bekerja.  "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk badan dan rupamu, tetapi Dia melihat kepada hati mu" (HR Muslim

Juga sejalan dengan hadits Rasulullah : "Tanamlah bibit pohon yang ada di tangan mu sekarang juga, meski besok kiamat. Allah akan tetap memperhitungkan pahalanya."

Terkait ayat surat At-Taubah diatas, Allah mengatakan Faquli'malu fasayarallahu 'amalakum warasuluhu wal mukminuun, artinya jangan menganggap bahwa ketika kita bekerja dan beramal itu hanya untuk diri kita sendiri atau local. Ketika kita bekerja sungguh-sungguh untuk dakwah ini disini maka efeknya akan luar biasa bagi orang-orang beriman di tempat lain. Efeknya global.

Ketika antum sungguh-sungguh dalam jihad siyasi memenangkan dakwah di Sumatera Barat ini misalnya, itu efeknya bukan hanya untuk antum di Sumatera Barat atau di Padang, tetapi akan terasa di daerah lain, akan terasa dan sampai bahkan keseluruh dunia, semangatnya itu menular dan menyebar. Begitu juga ketika antum melihat saudara-saudara kita berjuang di belahan bumi Allah yang lain, di propinsi lain, melihat kesungguhan dan kerja-kerja mereka, semangat mereka akan menular kepada antum disini. Inilah makna fasayarallahu 'amalakum warasuluh walmu'minun. Efeknya luar biasa asalkan amalnya ikhlas karena Allah swt.

Ikhwahfillah, selanjutnya perhatikan firman Allah swt dalam surat At-Taubah ayat 46:

"Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu."

Kita harus waspadai hal ini, orang-orang yang hanya mencari alasan dalam beramal, Allah tidak menyukai keberangkatan mereka dan Allah melemahkan keinginan mereka. Karihallahu inbi'atsahum fatsabbathahum.

Ingat dan hati-hati, jangan-jangan kemalasan kita dan keabsenan kita dalam bekerja dan beramal dalam dakwah ini memang karena Allah tidak menyukainya, naudzubillah dan kemudian Allah lemahkan keinginan kita. Tsabath itu lawan dari Tsabat, hanya beda huruf (ta) dan huruf (tho).

Dalam Majmu'atur Rasail, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tsabat adalah orang yang senantiasa bekerja dan berjuang di jalan dakwah yang amat panjang sampai ia kembali kepada Allah SWT bagaimanapun dan apapun tantangan dan rintangan yang dihadapinya.

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah SWT. maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya". (Al- Ahzab: 23).

Sedangkan kata "Tsabbath" (pakai huruf tho) itu artinya istirahat, berhenti atau melepaskan. Fatsabbathahum, maka Allah lemahkan (keinginan) mereka, Allah lemahkan semangat mereka sehingga mereka tidak jadi beramal. Jadi hati-hati kalau kita malas beramal itu memang Allah yang mengkehendaki demikian. Na'udzubillah...

"Ya Mushorrifal qulub, shorrif qolbii 'alaa tho'atika"

Ya (Allah) Yang Maha Merubah hati, Tetapkanlah hati kami dalam ketaatan terhadap-Mu


___
*Ditulis oleh : @iqbalanas
www.iqbalanas.com


Wow, PKS Didukung ICMI

Posted: 07 Feb 2014 05:43 PM PST


A.Tien Asmara Palintan, S.Psi
Pemilu 2009 masih menyisakan banyak cerita indah. Semangat direct selling masih terasa hingga 2014. Yang membedakan adalah status penulis. Tahun 2009, dengan semangat mahasiswa -penulis dan teman-teman berkeliliing Kota Makassar memperkenalkan partai dakwah dengan nomor 8. Perasaan "bangga" terselip mengenakan jaket hitam dengan tulisan "Lokomotif Ummat" yang dibagikan oleh Bapak Presiden PKS -  Anis Matta, yang saat itu dicalonkan menjadi Aleg DPR RI dapil 1 Sulawesi Selatan.

Saat ini, Pemilu 2014 tetap semangat melayani masyarakat  meski status berubah menjadi ibu rumah tangga. Perut buncit dengan usia kehamilan 20 pekan lebih tak menyurutkan semangat penulis untuk memenangkan dakwah di Kota Parepare. Yah, saat ini penulis diberi amanah menjadi salah seorang caleg perempuan di Kota Parepare,Sulawesi Selatan.

Usia 26 tahun. Sebuah episode kehidupan yang begitu berharga tuk diambil maknanya. Yang semula mengenalkan qiyadah kepada masyarakat, sekarang harus menenteng kartu nama dan kalender bergambar diri sendiri. Amanah. Meski terkadang berat, namun jika diberikan -sebagai muslim- kita tidak boleh menolaknya.

Suatu hari penulis jalan bersama tim pemenangan (hehe, timnya adikku sendiri). Matahari tepat diatas kepala kami, tak menyurutkan langkah kami berdua tuk memasang spanduk disebuah rumah kerabat. Berbekal tali, gunting, dan spanduk yang sebelumnya telah dipasangkan bambu di sisi kanan kirinya.

Ada beberapa orang yang lewat saat itu, dan singgah sebentar melihat kami. Diantara mereka mungkin  ada  yang iseng mencocokkan gambar wajah yang dispanduk dengan sosok perempuan hamil yang memasang spanduk saat itu. Raut wajahnya seakan berkata kemana tim suksesnya caleg ini, sampai dia sendiri yang harus memasang spanduknya? Apa susahnya membayar orang lain tuk mengerjakan pekerjaan tersebut? Daripada capek bercucuran keringat..hamil pula!! Hehehe..

Pernah juga ketika direct selling, seorang warga bertanya, "Berapa duit yang PKS siapkan untuk pemilihnya?". Ketika kami menjelaskan bahwa PKS tidak membagi-bagikan uang, warga tersebut langsung tertawa sambil berkata "Aiii…caleg PKS anggota ICMI".

Kami juga tertawa, dan menanyakan maksud anggota ICMI. Ternyata yang dimaksudkan warga dengan ICMI bukan Ikatan Cendikiawan Muslim, tetapi Ikatan Caleg Miskin. Yaah, kami semua tertawa dan membenarkan candaan warga tersebut.

Inilah realita kami di PKS. Caleg tidak selamanya berasal dari kalangan yang berduit saja. Ketika caleg tersebut dianggap mampu mengemban amanah jamaah dan bersedia diberikan amanah, kenapa tidak? Dari tukang sol sepatu hingga pengusaha kaya raya, semua memiliki derajat yang sama di mata Allah. Bukankah yang membedakan kadar ketaqwaannya?

Penulis yakin, ada banyak caleg muda PKS yang mempunyai nasib serupa dengan penulis. Kalau warga mengistilahkan "caleg miskin". Secara financial mungkin ia. Dana yang kita miliki belum sebanyak dana para caleg partai lain. Namun sekecil apapun kontribusi kita, tak akan pernah luput dari pencatatan Allah swt. Ridho dengan keputusan jama'ah tuk memasukkan nama kita saja, insya Allah sudah bernilai kebaikan di mata Allah.

So…caleg PKS yang merasa anggota ICMI (Ikatan Caleg Miskin), hehe.. jangan berkecil hati yak! Teruslah bekerja..masyarakat Indonesia masih merindukan karya nyata kita. Allahu Akbar!!

___
*Penulis: A.Tien Asmara Palintan, S.Psi
Caleg PKS Dapil 3 Bacukiki-Bacukiki Barat
Kota Parepare – Sulawesi Selatan

PKS Kecam Keras Pembebasan Corby "Ratu Mariyuana"

Posted: 07 Feb 2014 05:24 PM PST


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Wakil Ketua Komisi III (Komisi Hukum) DPR RI, Almuzzammil Yusuf, mengecam keras keputusan pemerintah dalam hal ini Kementerian Hukum dan HAM memberikan pembebasan bersyarat kepada Ratu Mariyuana asal Australia, Schapelle Corby.

"Pemerintah tidak konsisten dalam memberantas bandar narkoba. Pemerintah hanya berani keras kepada WNI bandar dan pengedar narkoba tapi tidak berani dengan warga negara asing," kata Muzzammil ketika dikonfirmasi, Jumat (7/2/2014).

Menurut dia, ini akan menjadi preseden buruk dalam rangka pemberantasan bandar dan pengguna narkoba dalam negeri.

"Akan membuat jaringan narkoba internasional semakin berani masuk Indonesia," kata dia.

Dikatakan jalur narkoba internasional yakni Jalur Malaysia melalui Sumatera Utara dan Riau sekarang saja sudah merajalela.
"Target ASEAN 2015 bebas narkoba hanya omong kosong," kata dia.

Indonesia dengan jumlah penduduk besar, menurut Muzzammil, adalah pasar narkoba incaran gembong narkoba internasional.

"Kalau hukumannya lemah terhadap bandar dan pengguna narkoba maka akan mudah narkoba masuk ke Indonesia," kata dia.

Dia meragukan diplomasi luar negeri pemerintahan SBY soal pembebasan bersyarat Corby. "Secara diplomasi, pemerintah SBY tidak berani tegas kepada Australia.

Setelah pejabat kita disadap oleh Ausralia sekaran Corby diberikan pembebasan bersyarat," kata Muzzammil.

Hari ini Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin mengeluarkan keputusan pembebasan bersyarat Corby.

Amir menyampaikan itu setelah menerima rekomendasi dari Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) sebanyak kurang lebih 1725.

"Alhamdulilah sudah 1.291 terselesaikan dengan baik. Corby termasuk di dalam 1291 itu," ujar Amir di kantornya, Jakarta, Jumat (7/2/2014).

Amir sendiri enggan menyebutkan Corby secara khusus bahwa permintaan pembebasan bersayaratnya diterima.

Corby disetujui untuk mendapatkan Pembebasan Bersyarat karena telah memenuhi peryaratan substantif dan administratif yang ditetapkan dalam Permen Kumham Nomor 21 Tahun 2013 tentang syarat dan tata cara pemberian remisi, asimilasi, cuti mengunjungi keluarga, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti besyarat. (tribunnews)


"Kader-Kader PKS Itu Misterius"

Posted: 07 Feb 2014 05:27 PM PST


"Kader-kader PKS itu misterius"

Begitulah ungkapan Kang Wawan, seorang TKI asal Majalengka Jawa Barat yang bekerja hampir 13 tahun di Malaysia. Ia sangat heran dan selalu bertanya-tanya, bagaimana orang-orang PKS itu dengan istiqamah melakukan pembinaan dan pengajian rutin tanpa digaji sepeserpun. Meninggalkan keluarga, berjalan menempuh jalan yang cukup jauh dari Kualalumpur ke daerah Delta Klang Selangor ujung, dan kembali ke Kualalumpur tengah malam bahkan sampai dini hari baru sampai ke rumah masing-masing. Melakukan berbagai kegiatan sosial dan pembinaan tanpa kenal lelah.

Pengorbanan, itulah kemudian yang menjadikan Kang Wawan jatuh hati dan siap bergabung sebagai relawan PKS. Beliau siap mengajak siapapun yang dia kenal untuk bersama-sama membangun Indonesia dalam gerbong PKS. Bahkan beliau selalu berbagi dengan orang-orang terdekat di kampungnya tentang keunikan kader PKS yang selalu dia temui. Ia meyakini bahwa semua itu sudah ditakdirkan oleh Allah untuk dirinya. Mendapat 'sengatan' dari Kang Wawan, tidak berfikir panjang, keluarganya di berbagai daerah di Jawa Barat siap untuk menjadi Relawan untuk memenangkan PKS pada Pemilu, 9 April 2014 nanti.

Ia pernah meyakinkan keluarganya "Apakah kamu percaya aku ini orang baik? kalau ia, kamu harus masuk PKS" tegasnya. Ungkapan itu dia ceritakan pada Pak Salman, pengurus PKS Kuala Lumpur saat berkunjung ke kediamannya. Tentu saja hal itu membuat pengurus PIP PKS Kualalumpur terharu. Kerja-kerja dakwah yang selama ini dilakukan kader PKS di Kualalumpur menjadi berkah.

Keadaan itu tidak hanya dirasakan oleh Kang Wawan saja. Teman-teman dekatnya yang bergabung dalam pengajian Yasinan mingguan juga merasakan hal yang sama. Banyak manfaat dan pencerahan yang mereka rasakan selama bergaul dengan PKS. Bukan hanya Yasinan saja yang mereka baca, tapi juga penggalian ilmu agama yang mereka terima. Bahkan ada nilai positif yang akhirnya mengubah cara pandang mereka terhadap pekerjaan yang mereka lakoni, yaitu bernilai dakwah.

Disaat yang sama, pada awal Februari 2014 yang lalu, Ketua PIP PKS Kualalumpur menerima tamu dari Majalengka, Ketua DPD PKS dan salah seorang Anggota DPRD Kabupaten Majalengka yang berasal dari PKS. Seakan sudah ditakdirkan oleh Allah, langsung saja Ketua PIP PKS Kualalumpur mempertemukan mereka  dengan Kang Wawan. Setelah bertemu, ada keharuan  yang mendalam saat ia menuturkan kisahnya dengan orang-orang PKS yang selalu rutin datang tan

Kang Wawan mengungkapkan bahwa "Di kampung sendiri, jangankan pak Lurah, Pak RT-nya aja susah ditemui! Ee… ini Anggota DPRD datang berjumpa dengan saya".

Hal itu kemudian membuat Kang Wawan tambah mantap untuk bergabung bersama PKS. Beliau pun menemukan kemisteriusan-kemisteriusan lain yang selalu hadir dalam kehidupannya.

*by Humas PIP PKS Kualalumpur


Antara Habibie dan Anis Matta, Beda Generasi Satu Visi

Posted: 07 Feb 2014 04:41 PM PST


BJ. Habibie hadir di acara Mata Najwa yang tayang di Metro TV, Rabu (5/2). Selain bicara tentang cinta dan pengetahuan, Presiden ke-3 Republik Indonesia ini juga berbagi pemikiran tentang kepemimpinan.

Tentang kepemimpinan, Habibie punya kriteria tersendiri. Menurutnya, tidak semua orang cocok mencalonkan diri menjadi pemimpin Indonesia di pemilu 2014. Ada batasan umur yang harus diperhatikan.

"Kriteria saya, harus (berumur) 40 sampai 60 tahun," kata Habibie. Profesor lulusan Jerman itu berkali-kali mengulang jawabannya. Bahkan ketika Pembawa Acara Najwa Shihab menunjukkan beberapa foto calon presiden yang sudah tua, Habibie kembali menegaskan jawabannya, "40 sampai 60 tahun!" Pendirian Habibie yang kukuh itu langsung mengundang tawa penonton di studio.

Selanjutnya Habibie bercerita tentang generasi yang tumbuh di Indonesia. Menurutnya, ada tiga generasi yang telah lahir hingga saat ini. Pembagian generasi itu dimulai sejak masa perjuangan merebut kemerdekaan.

"Dalam perjuangan Bangsa Indonesia yang modern, ada tiga generasi yang kita kenal. Generasi angkatan '45, yang hanya mengenal merdeka atau mati.  Dia lahirkan Pancasila, Undang-undang Dasar, dia merebut semua, hingga kita merdeka. Jiwanya itu harus kita pelihara," tutur Habibie.

Setelah itu, kata Habibie, ada generasi peralihan. "Generasi yang pernah bekerja erat dengan angkatan '45, tapi juga pernah bekerja erat dengan generasi penerus. Yang (berumur) di atas 60 (tahun), saya masukkan ke generasi peralihan. Karena mereka pernah bekerja sama dengan generasi '45 dan generasi penerus. Mereka harus rela menyerahkan kepemimpinan kepada generasi penerus," ungkap Habibie.

Untuk menjelaskan tentang generasi penerus, Habibie kembali ke kriterianya tentang calon pemimpin bangsa. "Generasi penerus itu kriterianya, berumur antara 40 sampai 60 tahun," jelas Habibie.

Apa yang diungkapkan Habibie ini mengingatkan masyarakat pada gagasan Anis Matta. Ada kesamaan ruh pada ide yang mereka sampaikan. Ada kesamaan semangat untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik.

Habibie dan Anis sama-sama membagi perjalanan bangsa Indonesia menjadi tiga bagian. Habibie membagi generasi Indonesia seperti yang diungkapkan di atas. Anis menyebutnya perjalanan bangsa Indonesia dengan istilah "gelombang".

"Gelombang pertama adalah masa sebelum kemerdekaan hingga proklamasi, atau kita sebut sebagai proses 'menjadi Indonesia'. Orang-orang di gelombang pertama, mulai timbul kesadaran untuk bersatu guna menghadapi tantangan dari luar," kata Anis.

Pada gelombang kedua, masyarakat berpikir untuk membuat indonesia jadi lebih baik. "Pada gelombang kedua, kita menyaksikan  beberapa peralihan kekuasaan di Indonesia. Orde Lama datang dengan fokusnya di bidang politik. Lalu Orde Baru menggantikan Orde Lama, fokus bangsa ini bergeser dari politik ke ekonomi. Selanjutnya masa reformasi menggantikan Orde Baru. Di masa reformasi, titik tekannya ada pada masyarakat. Gelombang kedua ini kita sebut sebagai proses 'menjadi negara-bangsa modern'," ungkap Anis.

Saat ini, menurut Anis, masyarakat Indonesia bersiap memasuki gelombang ketiga. "Gelombang ketiga ini dicirikan dengan munculnya masyarakat indonesia dengan lima ciri, yaitu populasi masyarakat didominasi orang muda – terutama yang berumur 45 tahun ke bawah, berpendidikan bagus, berpenghasilan bagus, terkoneksi dengan baik, dan warga negara asli demokrasi (native democracy)," jelas Anis.

Dengan demikian, Anis berpendapat, dibutuhkan pemimpin yang cocok dengan kondisi masyarakat. Zaman berubah, masyarakat berubah, maka perlu pemimpin yang memahami perubahan ini. "Kita harus mencari pemimpin yang bisa mewakili pikiran, budaya, dan kepribadian dari generasi gelombang ketiga ini," pungkas Anis. (DLS/MFS/anismatta.net)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar