Senin, 24 Maret 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


PKS Kalahkan PDIP di "DUEL KANDIDAT" Tv One Paling Seru

Posted: 24 Mar 2014 08:32 AM PDT


Duel Kandidat yang disiarkan Tv One malam ini (Senin, 24/3/2014) mungkin menjadi DUEL paling seru.

Walaupun diikuti oleh lima kandidat, dari PKS - PDIP - Demokrat - PPP - PBB, tapi persaingan 'POLLING' menjadi ajang pertempuran PKS vs PDIP.

Awalnya, kandidat PKS yang diwakili Nasir Djamil (Caleg Dapil Aceh) unggul atas semua kandidat yang lain dengan 49 % suara.

Namun tiba-tiba PDIP menyalip di posisi pertama. Kejar-kejaran pun terjadi.


Dan pada akhirnya, hasil POLLING terakhir Nasir Jamil PKS berhasil menjadi jawara dengan 44,09%, unggul tipis atas PDIP 43,55%.


Kejar-kejaran POLLING antara PKS vs PDIP yang berlangsung sangat sengit ini ada yang menyatakan sebagai 'pertarungan' antara pendukung PKS dengan cyber army PDIP.

Saat berlangsungnya 'perang PKS vs PDIP' ini di social media juga sangat ramai.

"Malam ini di Debat TVOne adlah pertarungan antara pendukung PKS dgn cyber army PDIP yg memang dibayar. And we PKS won it :)" komentar pemilik akun @ardianasmar.

"Di Duel Kandidat malam ini, Bang Nasir Jamil yang paling cerdas! Argumen2nya rasional. Kereeenn. Mantapks!!" (Shafiyah Zet)

"Pas partai lain di tampilin di tv, biasa aja liatnya. Pas PKS, merindinggs liatnya!" (@meyrchs)

 "di salip warna merah nih, ayo dukung PKS 3 Nasir Zamil biar Unggul lagi" (Imatudin Muhammad-fb)

"alhamdulillah... akhirnya unggul jadi nomer 1, 44%" (Widi Yatmoko-fb)


Luar Biasa! Ribuan Kader dan Simpatisan PKS "Putihkan" Kalimantan Selatan

Posted: 24 Mar 2014 03:13 AM PDT


BARABAI - Luar biasa, sekitar 20.000 kader dan simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memadati stadion Murakata, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Kalimantan Selatan, Senin (23/3) siang. Rupanya, partai pemenang di "bumi Murakata" benar-benar disayangi dan dicintai oleh masyarakat HST.

Acara yang dimulai sekitar pukul 13.00 siang tersebut, dihadiri para pimpinan PKS Kalsel, seperti ketua umum DPW PKS Kalsel, Ibnu Sina,  anggota DPR RI fraksi PKS, Habib Aboe Bakar Al Habsyi, Habib Nabiel Al Musawa dan ketua PKS Kabupaten HST, Ustadz H. Faqih Jarjani.

Acara berlangsung meriah namun khidmat. Dalam orasinya, Ketua DPW PKS Kalsel, Ibnu Sina, S.Pi, M.Si mencoba mengobarkan semangat para kader dan simpatisan partai dakwah tersebut. "Insya Allah PKS tetap istiqomah memperjuangkan rakyat, kita tetap konsisten," ujar Ibnu antusias.

Selain itu, Ibnu juga mengajak kepada masyarakat untuk terus mendukung perjuangan PKS dalam membela kepentingan masyarakat. Apalagi kabupaten HST merupakan salah satu basis PKS di Kalimantan Selatan. "Kader-kader kami siap bekerja untuk rakyat," tambahnya.

Sementara itu, Habib Aboe Bakar Al Habsy, caleg DPR RI dari PKS, yang juga tokoh nasional juga tak kalah dahsyat beorasi. Habib Aboe Bakar, meminta doa dan dukungan dari masyarakat Kabupaten HST, dan tidak lupa untuk mencoblos partai dakwah itu di pemilu 9 April mendatang.

Dalam acara kampanye akbar PKS tersebut, juga diadakan sosialisasi cara mencoblos yang benar pada Pemilu nanti. Simulasi pencoblosan dilakukan langsung oleh ketua DPW PKS, Ibnu Sina dan Habib Aboe Bakar Al Habsy.

Diantara para pengurus PKS yang hadir, nampak juga Korwil PKS se Kalimantan, H. Riswandi, S.IP. Kebetulan beliau sekarang menjadi caleg DPRD Provinsi Kalsel, Dapil HST,HSS,dan Tapin.

Sementara itu, ketua DPD PKS Kabupaten HST, Ustadz H. Faqih Jarjani mengucapkan syukur tiada terhingga kepada Allah SWT, dan terimakasih kepada para kader dan simpatisan yang sudah berpartisipasi dalam agenda kampanye akbar itu.

Menurutnya, PKS bukanlah partai yang kaya raya, namun meski begitu, PKS, kata ia, akan memberikan pelayanan maksimal, dan bekerja untuk masyarakat. Terbukti, selama ini, kader-kader PKS terus konsisten melakukan aksi sosial dan pelayanan kepada masyarakat, meski sebelum menjelang pemilu. "Kita ingin bekerja maksimal untuk masyarakat, itu jauh lebih utama," ucapnya.

Salah satu masyarakat, Agus, yang juga simpatisan PKS mengatakan sangat mendukung PKS di HST. Menurutnya, selama ini PKS lah yang benar-benar peduli dan sering turun melayani masyarakat. Ia yakin dan mantap mencoblos PKS di pemilu nanti. "Saya liat sendiri kok, memang PKS nang bujur-bujur rajin turun ke masyarakat sini. Ulun yakin wan mantap mencoblos PKS," tegasnya.


Meskipun, dihadiri ribuan kader dan simpatisan, kampanye PKS ini berjalan tertib dan lancar. Mari kita dukung PKS terus istiqomah bekerja untuk masyarakat. Terbukti, saat ini PKS di Kalsel adalah partai paling bersih dan paling peduli dengan masyarakat. (*)

Anak, Kampanye, dan Itikad Buruk PKS

Posted: 24 Mar 2014 02:56 AM PDT

Kampanye Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyediakan tempat penitipan anak, dolanan, dan pojok menyusu

Oleh Detti Febrina

Ketika masih tergabung di pengurusan organisasi jurnalis, dalam sebuah diskusi saya hadir mengajak Tsaqifa putri nomor dua yang waktu itu masih belajar merangkak. Bagi saya, momen seperti ini adalah waktu silaturahim dengan para guru dan kawan jurnalis yang gacor-gacor itu. Sayang jika tak hadir.

Sejak tuntas cuti melahirkan, bayi Tsaqifa sudah digotong-gotong di gendongan 'kanguru' bersama motor butut yang sering jadi olok-olok teman-teman sekantor. Meliput dan wawancara narsum, tak jarang dengan Tsaqifa di gendongan. Ada opsi tempat penitipan anak yang juga dilanggani, tapi idealisme pemberian ASI eksklusif – dengan segala kerepotan ibu bekerja – menyebabkan saya putuskan Qifa sesekali diajak saja.

Obrolan di aliansi sore itu seperti biasa mendalam sekaligus penuh celetukan. Saat diskusi menyasar perlindungan bagi jurnalis perempuan, Mustaan Basran – sekarang redaktur desk politik di suratkabar harian tertua di Lampung – urun seloroh. "Memang dilematis posisi jurnalis perempuan terutama kalau sudah berkeluarga, terbukti sampai-sampai datang diskusipun harus bawa anak," ujarnya sambil terkekeh-kekeh.

Saya ikut terkekeh. Paham siapa yang dimaksud. "Daripada datang diskusi, tapi nelantarin anak …," smash saya ke Aan – panggilan Mustaan (pa kabar, An? :D).

***

Prolog di atas sekedar ilustrasi bahwa pilihan model pengasuhan anak di tengah aktivitas orangtuanya tidak selalu nyaman bagi anak maupun orangtua. Tidak selalu tersedia pilihan-pilihan supporting system nan jitu. Supporting system pengasuhan anak yang sophisticated dengan menyediakan babysitter profesional atau tempat penitipan anak yang paripurna, tentunya dan sayangnya hanya tergapai oleh mereka yang secara finansial berkelebihan.

Pilihan pengasuh berbayar dari kampung lebih sering jadi model try and error yang jika beruntung bisa sangat membantu, tapi jika tidak justru potensial bikin stres berkepanjangan. Atau pilihan extended family, yaitu menyertakan kakek-nenek, paman-bibi, uwak, sepupu, atau keponakan dalam pengasuhan anak secara bersama dalam keluarga besar, bisa jadi pilihan yang lebih 'murah' dengan segenap kelebihan pun kekurangannya.

Mungkin kali lain kita bisa membahas model pilihan pengasuhan anak ini. Namun kini kita fokus dulu ya soal itikad buruk pelibatan anak dalam kampanye politik.

Mari lebih dulu ajukan beberapa pertanyaan berikut. Pertama, apakah politik harus selalu dinisbikan dan tidak boleh menjadi bagian dalam pendidikan anak dan keluarga? Benarkah kehadiran anak dalam aktivitas politik harus selalu dimaknai penzaliman? Apakah semua kampanye parpol yang anak hadir di situ – dalam konteks apapun – bisa gebyah uyah menyebabkan parpol penyelenggara kampanye dijatuhi sanksi pidana? Untuk pertanyaan terakhir perlu saya tambahkan: adakah jaminan equality before the law – maupun equality before the news – di kasus pelibatan anak dalam kampanye parpol ini?

Bahkan bagi orang dewasa, politik sudah mafhum dipersepsi sebagai kubangan. Maka tak heran, di dalam rumahpun jadilah politik "sesuatu yang tak boleh disebut namanya". Padahal toh anak-anak sejak TK sudah belajar jadi pemimpin, mengatur barisan sebelum masuk kelas, bergantian memimpin doa, dan lainnya. Oh, oke. Itu kan bukan aktivitas politik an sich. Tapi bisakah kita mencegah si buyung ikut gandrung Jokowi? Bagaimana menjelaskan saat si upik bertanya, 'Anggota dewan itu apa, Mah? Kok sering disebut di tivi?' Banner dan billboard para caleg di jalan-jalan, apa mungkin anak kita cegah melihat?

Jadi, sekalipun benci atau minimal indifferent terhadap politik, bisakah Anda wahai para orangtua berkelit dan bulat-bulat menghindarkan anak dari politik? Bukankah anak kita sebagaimana orangtuanya adalah warga negara, bahwa anak juga punya hak mendapatkan pendidikan politik sesuai usianya? Pendidikan Kewarganegaraan masih ada dalam kurikulum sekolah dasar, bethul?

***

Merujuk pada perundang-undangan saja, keterlibatan anak dalam kampanye parpol sebenarnya masih menyisakan ruang diskursus amat besar. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu, Anggota DPR, DPD, dan DPRD tidak menyebutkan secara rinci bahwa anak-anak dilarang ikut berkampanye. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak-lah yang mencantumkan klausul: setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik, sengketa bersenjata , kerusuhan sosial, peristiwa berunsur kekerasan, dan perang.

Menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh, dilarangnya anak terlibat dalam kampanye parpol adalah dalam rangka menghindarkan anak melihat tontonan, atraksi politik, agitasi, fitnah hingga kampanye hitam. Untuk ini kita patut bersepakat. Tapi mungkin KPAI lupa bahwa tontonan, atraksi politik, agitasi, fitnah hingga kampanye hitam bisa disantap anak-anak bukan saja di kampanye tangible ala rapat umum dan dangdutan di lapangan. Ada televisi yang rutin menyajikan berita – bukan saja politik –, tayangan infotainmen, dll yang tak jarang bahkan lebih banal menyajikan agitasi dan fitnah.

Lalu mengapa harus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang jadi contoh 'buruk'? Sederhana. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), KPAI, dan media yang menisbatkan demikian, bersandar pada kampanye terbuka PKS hari pertama Minggu 16 Maret 2014 di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta yang diluberi massa. Mencegah satu anak hadir dalam kerumunan 150 ribu massa, amazing bila parpol atau ormas pengumpul massa manapun sukses melakukan itu. Dalam twitnya, mantan anggota Dewan Pers Uni Lubis mengomentari pelibatan anak dalam kampanye PKS di GBK: Gue sih nggak akan menyoal yang hadir kampanye bawa anak2 di hari Minggu ini. Anggap aja piknik keluarga. Kayak sekatenan.

Berdasar evaluasi kampanye dua hari pertama Ketua Bawaslu Muhammad kemudian merilis pernyataan bahwa semua parpol melakukan pelanggaran terkait pelibatan anak-anak. Bukan hanya PKS. Tanpa menyebut nama, menurutnya ada parpol yang sengaja dan merencanakan mobilisasi pelibatan anak-anak. Ada yang tidak merencanakan namun tak terhindarkan anak-anak hadir dalam kampanye. Untuk yang pertama Bawaslu merekomendasikan adanya sanksi tegas, sedangkan untuk yang kedua Bawaslu akan memberikan peringatan. Di beberapa tempat bahkan ditemukan anak-anak menyaksikan model kampanye parpol yang erotis, pornoaktif. Di sini sekali lagi jaminan equality before the law Bawaslu dan perangkat hukum diuji.

Berbeda dengan parpol lain, PKS punya kultur sendiri terkait pelibatan anak dalam aktivitas politiknya. Tempat penitipan anak sebenarnya bukan hanya tersedia saat kampanye pemilu PKS. Dalam rakor, training partai, juga taklim rutin partai yang rutin setiap pekan. Family gathering, kemah keluarga, dan sejenisnya masuk dalam agenda rutin partai. Jika sempat sila bertandang ke kantor DPD PKS Pringsewu, Lampung. Di kantor yang nyaman itu Anda akan menemukan bukan saja ruang khusus mengganti diaper bayi dan ruang ibu menyusui, tapi juga playground (tempat bermain) untuk anak-anak.

Jadi bagi PKS, meniadakan kehadiran anak dalam kampanye rapat umum terbuka sebenarnya bertentangan dengan kultur dasarnya. Taklimat dan instruksi pimpinan partai untuk tidak boleh membawa anak waktu kampanye, padahal di saat yang sama ingin mendengar Presiden partai orasi itu sukses bikin galau tingkat internasional bagi para kader dan keluarga PKS.

Jadi pastilah karena itikad buruk nekat melanggar hukum maka selalu disediakan tempat penitipan anak, badut, dolanan, dan pojok menyusui dekat lokasi kampanye PKS. Pasti karena itikad buruk ngeyel ala PKS, masih saja ada anak nyelonong minta dicium Anis Matta di tempat kampanye. Pasti kampanye PKS sudah dipersepsi ricuh dan rusuh sehingga polisi yang mau mengamankan kampanye perlu berujar, "Tenang aja. PKS ini kok yang kampanye …"

Dasar PKS! Partai Keterlaluan Solidnya. Bah! []

*@dettife on twitter

Seri Catatan Caleg Naif di http://dettifebrina.blogspot.com/


(sumber: kompasiana)

Mahasiswi Perguruan Tinggi Kristen Ikut Ramaikan Kampanye PKS

Posted: 24 Mar 2014 02:01 AM PDT


Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Salatiga, Rabu (19/3/2014) menggelar kampanye terbuka. Kampanye pertama ini dipusatkan daerah pemilihan (dapil) Sidorejo.

Dalam kesempatan ini PKS membagikan bunga dan permen kepada masyarakat yang dilewati iring-iringan mobil PKS Salatiga. Dalam kesempatan tersebut PKS juga mengajak warga untuk tidak golput.

Dan yang menarik adalah yang membagikan bunga dan cokelat yaitu, mahasiswi salah satu Perguruan Tinggi Kristen di Salatiga. Dan ini tidak terjadi di kampanye tahun-tahun yang lalu.

Beberapa sumber sempat menyebutkan bahwa gadis-gadis cantik di kampanye PKS Salatiga adalah wanita-wanita SPG yang biasa berpakai seronok dan mengumbar aurat. Dengan ada pernyataan ini maka hal tersebut telah menjadi fitnah atau black campaign untuk menjatuhkan citra PKS, apalagi dalam pawai simpatik tersebut juga diikuti juga oleh kader-kader wanita PKS dengan jilbab lebarnya.

Ketua DPD PKS Salatiga, M Fatturhaman kepada KRjogja.com mengatakan PKS ingin mengajak masyarakat agar tidak golput. Karena masyarakat saat ini cenderung bersikap apatis terhadap pemilu.

Maman juga mengatakan PKS Salatiga akan memanfaatkan seluruh jadwal kampanye di Salatiga. Target PKS bisa mendapatkan 6 kursi di DPRD Salatiga dari 4 dapil yang ada. (kasurau)

Besok Selasa, PKS Siap Putihkan Jogja!

Posted: 24 Mar 2014 02:17 AM PDT


DPD PKS Sleman D.I. Yogyakarta akan menggelar Kampanye Akbar Nasional PKS di Stadion Maguwo Selasa 25 Maret 2014 jam15.00 (Ashar Bersama).

Hal terkait kampanye akbar besok selasa :

1. Diharap datang jam 14.30 sudah punya wudhu
2. Disediakan penitipan anak dan tempat menyusui
3. Acara : sholat, doa, flashmob, orasi jurkamnas, nasyid
4. Tidak dianjurkan konvoi utk meminimalisir bentrokan dengan massa partai lain yang hari itu juga kampanye di lapangan Denggung


Berani Putihkan Jogja?




Link video: www.youtube.com/watch?v=8GWxG73-Zio&sns=tw


"Ini adalah hari-hari yang takkan kembali"

Posted: 23 Mar 2014 06:00 PM PDT


"Ini adalah hari-hari yang takkan kembali"

Kita tak ikut merasakan suasana peperangan di bukit uhud
Atau merasakan kemenangan fenomenal pasukan Yarmuk
Kita tak ikut serta menggali parit ditengah musim dingin yg menusuk
Yerusalem yang takluk
Dan Konstantinopel yang bertekuk lutut

Kita semua tak ada disana
Tak ada nama kita dalam catatan Malaikat sebagai orang yang ikut serta
Faktanya..sekarang kita disini..Indonesia

Inilah hari hari yang takkan kembali
Maka rasakanlah..
Rasakan setiap detail getarannya
Rasakan segala bentuk rintangannya

Ini adalah hari hari yang takkan kembali
Maka nikmatilah
Nikmati setiap lelahnya
Nikmati semua dekap kebersamaannya
Setiap tetes keringat kita
Setiap langkah kaki kita
Setiap ketukan kita dari rumah ke rumah
Setiap malam yang kita gunakan untuk terjaga
Siang hari yang kita habiskan dibawah sang surya
Nikmatilah semuanya kawan

Karena ini adalah hari hari yang takkan kembali
Pastikan kali ini nama kita tak luput dari catatan malaikat


*by @nastarabdullah


Hindari Intervensi Pendidikan untuk Kepentingan Politik

Posted: 23 Mar 2014 05:30 PM PDT


Direktur Eksekutif Center for Indonesian Reform (CIR), Sapto Waluyo, menegaskan agar infrastruktur pendidikan tidak dipakai untuk kampanye politik atau melakukan black campaign terhadap lawan politik. Hal itu dinyatakan menanggapi kasus soal ujian SMA yang menyebut partai tertentu.
   
Beberapa waktu lalu, di kota Tangerang ditemukan soal ujian untuk siswa SMA kelas XII untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada soal nomor 12 tertulis pertanyaan: "Salah satu unsur suprastruktur politik yang keberadaannya mendukung pelaksanaan sistem politik di Indonesia adalah?". Pilihan jawabannya: (A) Ikatan Dokter Indonesia, (B) Partai Keadilan Sejahtera, (C) Surat Kabar Kompas, (D) Mahkamah Konstitusi, (E) Stasiun Metro TV.
  
"Jawaban pertanyaan itu tentu saja huruf (B) atau Partai Keadilan Sejahtera. Dan hal itu, seakan mengarahkan atau mengampayekan PKS kepada pemilih pemula. Padahal, semua orang tahu PKS menjadi lawan politik Walikota yang sekarang berkuasa. Ketua DPD PKS Kota Tangerang juga sudah membantah intervensi soal dan tidak tahu-menahu," ujar Sapto.
 
Karena itu, patut diduga Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangerang kecolongan atau sengaja melakukan pembusukan politik dan LSM yang mengadukan kasus itu (Lembaga Kebijakan Publik) memiliki bias kepentingan dalam pengawasan publiknya.
 
"Infrastruktur pendidikan adalah wahana strategis untuk membangun kesadaran siswa akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, termasuk juga pemahaman dasar tentang prinsip demokrasi dalam pengelolaan kekuasaan. Jika sarana pendidikan digunakan untuk mendiskreditkan lawan politik, itu sangat berbahaya, bisa memicu konflik," jelas Sapto menyayangkan aparat instansi pendidikan yang lalai. Karena itu, kasus Tangerang harus diusut tuntas dan pelakunya diberi sanksi agar jera.
 
Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Dr. Yon Mahmudi, mendukung penuntasan kasus soal ujian bernuansa politik. Itu bukan kejadian pertama, tahun lalu terjadi kasus serupa. Soal ujian Bahasa Indonesia tingkat XI SMK di Kabupaten Bogor, nomor 50, tertulis: "Upaya KPK menyita mobil mewah mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq, kemarin gagal...Kalimat tersebut dapat disingkat dengan menghilangkan pernyataan di bawah ini, kecuali... Pilihan jawabannya: a. menyita mobil, b. Luthfi Hasan Ishaaq, c. kemarin, d. mantan, atau e. gagal.
  
Soal itu membentuk persepsi buruk kepada siswa. "Faktanya, semua partai politik punya rekam jejak sendiri. Media massa, apalagi social media, telah membeberkannya dengan berbagai versi. Siapa yang juara korupsi, kalau menurut ICW berbasis data KPK adalah Golkar, PDIP, PD, dan seterusnya. Pengetahuan bebas siswa jangan dirusak dengan informasi bias yang disusupkan dalam ujian," ungkap Yon, dosen Fakultas Ilmu Budaya UI.
 
Tujuan ujian untuk mengukur pemahaman dan kemampuan siswa menjadi melenceng akibat soal bernada politis. "Lebih berbahaya lagi, siswa menjadi tak kritis karena dicekoki informasi negatif bukan obyektif. Mestinya pendidikan menjadi sarana pencerdasan politik, bukan pembodohan atau menimbulkan kebencian massal," papar Yon, alumni Australian National University.
 
Ternyata tak hanya di Tangerang dan Bogor, soal ujian di Flores Timur NTT dan Yogyakarta juga disusupi unsur politik. Soal ujian Bahasa Inggris di NTT nomor 42 menyebut percakapan tentang "the hot news on TV". Pilihan jawabannya: A. Presiden of PKS called KPK to ask for corruption, B. President of PKS asked for information about KPK, C. President of PKS was asked for the explaination about corruption, D. President of PKS is asked for information about corruption.
 
Sementara itu, soal ujian SMA Muhammadiyah Yogyakarta mengulas perbedaan antara Gerakan Tarbiyah (yang diasosiasikan dengan PKS/Ikhwanul Muslimin, bermazhab Syiah, berbaiat kepada Syaikh, berjubah dan kopiah) versus gerakan dakwah Muhammadiyah (pendukung Ahlus Sunnah, netral mazhab, dan independen).
 
"Kita berharap pimpinan partai melakukan pendekatan dan dialog tulus dengan tokoh-tokoh Ormas lintas agama. Agar wawasan nasional dijaga bersama dan masing-masing menjalankan peran secara proporsional. Selanjutnya, wahana pendidikan dijadikan media untuk meningkatkan saling pemahaman, bukan menyebar kebencian," simpul Yon, yang dikenal sebagai cendekiawan muda NU. []


Fahri Hamzah: Banyak Mengaku Pengamat Padahal Konsultan Politik

Posted: 23 Mar 2014 05:00 PM PDT


Wakil SekjenPKS meminta kepada pihak-pihak dari lembaga-lembaga konsultan politik untuk tidak menyebut diri mereka sebagai pengamat jika sedang menjual klien mereka ke media. Media pun diharapkan bisa jeli menilai mana konsultan bayaran dan mana pengamat sesungguhnya dalam meminta komentar.

"Selama ini rancu banyak orang mengaku pengamat, padahal dia konsultan politik yang mendapatkan keuntungan materi dari klien-klien mereka. Mereka sudah tidak boleh menyebut diri pengamat di muka publik kalau membela kepentingan pihak yang membayar. Media juga harus jeli untuk tidak meminta komentar mereka karena pasti membela siapa yang membayar," ujar Fahri Hamzah kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (22/3/2014).

Menurutnya, pengamat memiliki pengamatan yang baik untuk bangsa ini, sementara konsultan yang berkedok pengamat hanya memiliki tujuan ekonomis saja. Mereka sama sekali tidak peduli apakah klien atau calon pemimpin yang mereka usung bagus atau tidak untuk negeri ini. "Yah kepentingan mereka ekonomis saja," tegasnya.

Para konsultan politik itu, kata Fahri selama ini membuat gaduh dengan tampilan diri sebagai pengamat. Mereka yang menerima bayaran tentunya tidak akan independen jika diminta komentarnya sebagai pengamat. Para konsultan politik ini bahkan tidak segan-segan untuk berkreasi dengan menipu masyarakat seolah klien mereka adalah orang yang paling layak menjadi pemimpin di Indonesia.

"Kita tahu lah cara kerja mereka. Mereka bahkan tidak segan-segan membuat survei hasil rekayasa mereka sendiri dan mereka publikasikan seolah itu kehendak rakyat. Mereka juga main di sosial media dan cara-cara apapun. Sudah saatnya media dan masyarakat menilai dengan lebih jernih," katanya.[tribunnews]


Kampanye Gerindra, Pedagang GBK: Massa PKS lebih tertib dan membeli dagangan

Posted: 23 Mar 2014 04:45 PM PDT


Puluhan pedagang asongan yang berjualan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan mengalami kerugian besar. Pasalnya, barang dagangan mereka tidak dibayar lunas oleh panitia kampanye akbar Partai Gerindra.

Begitu dirasakan Suyoto (41) dan istrinya Kustiaty (35) ketika berjualan di area tribun stadion. Dia menceritakan, setelah capres Gerindra Prabowo Subianto memerintahkan ribuan simpatisan untuk jajan, dagangannya berupa minuman ringan langsung diserbu secara membabi buta.

"Setelah pernyataan itu, dagangan saya langsung dijarah sama simpatisan dan kader," kata Suyoto kepada wartawan di kawasan stadion GBK, Minggu (23/3).

Sementara, barang dagangan istrinya berupa kopi dan rokok hingga saat ini belum dibayar oleh pihak DPD Gerindra DKI Jakarta. Dari minuman es teh manis seharga Rp 5.000 yang dijualnya baru diganti sebesar Rp 100 ribu.

"Yang sampai sekarang belum dibayar barang dagangan istri saya. Kalau ditotal bisa mencapai Rp 1.200.000. Saya mau ke DPD Gerindra untuk menuntut ganti rugi karena belum dibayar," jelas Suyoto.

Dia tampak jengkel karena belum terpilih saja Gerindra dan Prabowo sudah menyengsarakan rakyat kecil dengan belum melunasi barang dagangan.

"Bagaimana mau dipilih kalau sekarang sudah nyusahin rakyat kecil, seharusnya terkoordinir dengan benar dong. Kita bukan hanya rugi harta, tapi waktu juga," jelas Suyoto.

Sesama pedagang lain bernama Udin (34) juga mengalami hal senada. Penjual minuman ringan seperti es teh manis ini mengaku belum dibayar oleh panitia penyelenggara kampanye. Padahal, dia ikut mengantri untuk mendapatkan uang pengganti barang dagangannya yang ludes diserbu kader dan simpatisan Gerindra.

"Saya belum dibayar. Binggung saya harus bagaimana soalnya saya harus setoran juga," keluhnya.

Udin mengungkapkan, barang dagangannya yang harus diganti sebesar Rp 300 ribu, dengan rincian 30 gelas es teh manis, 30 gelas es jeruk, satu dus Mizone, dan satu dus Aqua.

Menurut Udin, massa pendukung Gerindra ini amat berbeda dengan simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berkampanye pada 16 Maret lalu. Para simpatisan dan kader PKS lebih tertib dalam berkampanye dan membeli barang dagangan.

Saat berorasi di podium siang tadi, capres Gerindra Prabowo Subianto menginstruksikan simpatisan dan para pendukung untuk mengambil barang dagangan para pedagang yang berjualan di area stadion. Prabowo mengatakan bahwa sekali-kali pedagang kecil harus bisa senyum karena dagangan laris manis. Dia juga menjanjikan semua barang dagangan itu diganti oleh panitia kampanye. [ian]

sumber: rmol.co


PKS: Antara Pertarungan Politik, Media Framing dan Shifting Sejarah

Posted: 23 Mar 2014 04:25 PM PDT


Oleh Toto Suryawan Aditama
Australia

Tensi politik di Indonesia dalam setahun terakhir menjelang pemilu 2014 meningkat tajam, terutama apa yang dialami oleh PKS. Diawali dengan penangkapan mantan presidennya hingga sampai dijatuhkannya vonis yang kemudian menjadi headline di seluruh media selama periode tahun 2013. Semua opini diarahkan, seolah-olah PKS adalah partai paling korup di Indonesia. Segala hal kecil yang dipandang negative tentang PKS akan diekspose besar-besaran. Seolah-olah ada orchestra dibelakangnya yang mengendalikan gerakan untuk membonsai PKS.

Belum lagi opini negative yang dibangun di social media, baik berupa cacian, hujatan, bullying, framing, dan lain-lain. Apapun yang berkaitan dengan PKS pastilah dinilai buruk. Bahkan ketika ada bencana dan kader-kader PKS secara serta merta terjun langsung untuk membantu dan melayani masyarakat yang terkena dampak bencana, maka berbagai cibiran pun datang, "Lagi cari muka die..", "PKS riya', bantu korban kok pake bendera"….dll.

Ditambah lagi hasil-hasil survey yang banyak dilakukan oleh lembaga survey, baik yang diakui integritasnya maupun yang tiba-tiba muncul bak jamur di musim hujan, yang mendowngrade PKS pada posisi terendah. Maka lengkaplah sudah penderitaan yang dialami oleh PKS, tidak ada lagi syarat bagi PKS untuk bisa tetap eksis di panggung perpolitikan Indonesia. Tak heran jika kemudian banyak pengamat yang memprediksi tentang kehancuran PKS pada pemilu 2014 ini.

Maka, adakah upaya yang dilakukan oleh para pimpinan dan kader PKS untuk memanage dan mengembalikan kembali dukungan public kepada PKS?

Upaya Melawan Arus

Pidato Anis Matta yang pertama kali dihadapan publik yang disaksikan oleh seluruh kader PKS sedikit banyak telah berhasil mengobati sedikit luka yang diderita oleh para kader PKS. Sejak saat itu, seluruh pimpinan, pengurus dan kader akar rumput PKS terus melakukan perlawanan baik secara terbuka maupun secara tertutup. Konsolidasi internal, perlawanan terbuka hingga operasi senyap terus dilakukan sejak pidato pertama Sang Presiden baru tersebut.

Alhasil, setelah upaya perlawanan itu digaungkan, kemenangan-kemenangan PKS dalam pilkada-pilkada telah menunjukkan bahwa PKS telah melewati masa kritisnya. Yang sangat fenomenal adalah kemenangan pada pilkada Jawa Barat yang terjadi tiga pekan setelah peristiwa tersebut dan pilkada Sumatra Utara, dua minggu kemudian. Dan yang terakhir adalah kemenangan pada pilkada Maluku Utara dan Kota Padang yang mengawali "come back"nya PKS di tahun 2014.

Lengkap sudah recovery yang dilakukan oleh PKS. Dan puncaknya adalah konsolidasi massa besar-besaran yang menandai dimulainya kampanye akbar perdananya di Gelora Bung Karno pada hari minggu, 16 Maret 2014. Ratusan ribu massa yang hadir, tumpah ruah di setiap sudut GBK yang hanya menyisakan lapangan hijaunya saja. Massa kader dan simpatisan PKS bahkan juga memenuhi bagian luar stadion yang konon berkapasitas 90.000 orang tersebut. Sempurna sudah "come back"nya PKS di pentas politik nasional dan hal ini mampu dikapitalisasikan menjadi energy luar biasa bagi setiap kader dan struktur untuk memenangkan PKS di pemilu 2014 ini.

Serangan Kembali

Fenomena kebangkitan dan konsolidasi PKS yang luar biasa ini tentu menjadi pertimbangan baru bagi para elit politik di negeri ini. Alih-alih dukungan kepada PKS merosot, tetapi setiap hari public bahkan para elit politik menyaksikan fenomena luar biasa pada setiap kampanye PKS. Massa yang besar, kreatif, tertib dan teratur menjadi fenomena mencengangkan sekaligus mengkhawatirkan bagi sebagian elit.

Lautan massa hadiri kampanye Fahri Hamzah di NTB (19/3/2014)

Terakhir kitapun menyaksikan, Fahri Hamzah yang selama ini digadang bahwa popularitasnya akan turun dan merosot akibat perlawanannya yang keras terhadap setiap upaya untuk melemahkan PKS, terutama atas sikap kerasnya terhadap KPK, justru menjadi sumber magnet tersendiri di Dapilnya.

Kali ini yang menjadi "AKTOR" politik untuk membonsai PKS adalah giliran BAWASLU. Tak tanggung-tanggung, yang dipanggil adalah Presiden PKSnya secara langsung, Anis Matta. Kemudian media ramai menyoroti dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PKS tentang pelibatan anak-anak pada saat pelaksanaan kampanye akbar perdana di GBK.

Logika sederhana, padahal yang punya gawean (Kampanye PKS di GBK -red) adalah DPW PKS DKI Jakarta, bukan pengurus pusat DPP PKS. Seandainya ingin memanggilpun, maka seharusnya yang pertama kali dipanggil adalah ketua panitia atau ketua DPW PKS DKI Jakarta untuk dimintai keterangan. Selain itu, panitiapun juga sudah mengeluarkan himbauan untuk tidak melibatkan anak-anak dalam kampanye tersebut. Berbagai upaya untuk meminimalisir keterlibatan anakpun sudah dilakukan, salah satunya dengan cara menyediakan arena bermain untuk anak-anak selama acara kampanye perdana PKS di Gelora Bung Karno berlangsung. Oleh karena itu bisa disimpulkan, pemanggilan Presiden PKS Anis Matta tersebut tidak lebih dari sekedar framing yang sengaja di bentuk untuk mengarahkan opini masyarakat. BAWASLU yang memberi umpan, dan media yang mengeksekusinya.

Sedangkan pada saat yang sama, BAWASLU tidak melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap ketua-ketua umum partai lain yang bahkan sangat jelas keterlibatan anak-anak dalam kampanye mereka. Tidak hanya hadir pada acara kampanye partai-partai lainnya, bahkan anak-anakpun turut menikmati dan menyaksikan goyangan dangdut koplo di tempat kampanye yang tidak layak disaksikan oleh mereka. Tidak hanya itu, bahkan banyak ditemukan fakta tentang adanya upaya money politik yang dilakukan oleh mereka tetapi tidak ditindak. Jadi kita semua bisa memahami apa tugas BAWASLU sesungguhnya yaitu hanya untuk memelototi kampanye PKS dan mencari kekurangannya. Bahkan BAWASLU pun telah memberikan rekomendasi kepada KPU untuk menghentikan segala macam aktivitas kampanye PKS.

Tidak hanya itu, ingatan public kepada kasus impor sapi pun juga coba dibangkitkan kembali oleh media sejak hari kamis 20 Maret 2014 lalu. Maka sempurna sudah drama politik untuk membonsai PKS yang melibatkan banyak pihak termasuk media sebagai salah satu actor utamanya.

Membaca Realitas

Melihat realita yang terjadi dan dalam mensikapi serangan yang bertubi-tubi terhadap PKS akhir-akhir ini, setidaknya ada beberapa hal yang bisa membawa dampak positif untuk PKS di masa yang akan datang sebagai tulang punggung negara modern seandainya bisa dikapitalisasikan, yaitu:

1. Situasi ini bisa digunakan oleh PKS maupun kadernya untuk melakukan mapping terhadap setiap individu, elit politik, pengamat politik, ormas, media, institusi bisnis dan institusi-institusi lainnya untuk mengukur tingkat relasi mereka terhadap PKS.

Dari mapping ini, setiap kader PKS bisa mengukur dan mengetahui sikap orang-orang yang berada di sekitarnya terhadap PKS. Dari mapping ini, kita juga bisa melihat motivasi dasar yang melatar belakangi sikap mereka terhadap PKS dan merumuskan treatment terbaik apa yang akan diberikan kepada mereka di masa yang akan datang yang bisa dikapitalisasikan menjadi modal besar bagi PKS. Puzzle-puzzle yang berserakan tersebut, kemudian bisa dikumpulkan dan disatukan untuk memahami setiap motif yang melatar belakanginya.

Dari sekian banyak motif yang nampak di permukaan, kami melihat, motif ideologi menjadi salah satu hal yang mendominasi latar belakang sikap sinisme sebagian pihak terhadap PKS. Jika diamati pergerakan orang-orang yang ada di social media, maka bisa didapati secara umum bahwa mereka yang selama ini melakukan kritik baik rasional maupun irrasional, bullying dan pembentukan opini negative terhadap PKS selama setahun terakhir adalah pihak yang sama, yang juga memberikan dukungan penuh atas pencalonan Jokowi sebagai Presiden RI.

Selain itu, analisa salah seorang tokoh agama Kristen yang mengatakan akan terjadinya kerusuhan jika Jokowi gagal terpilih sebagai Presiden RI dan sinisme Yunarto Wijaya, seorang pengamat politik yang beragama katholik terhadap kampanye perdana PKS yang seharusnya bisa bersikap netral, seolah mengkonfirmasi akan kebenaran adanya motif ideologi dibalik serangan terhadap PKS selama ini.

Walaupun berkali-kali para petinggi PKS telah menunjukkan sikapnya yang menghormati pluralitas dan keberagaman yang ada di Indonesia dan salah satu buktinya dengan melibatkan paduan suara Gereja pada kampanye PKS. Namun nampaknya sebagian dari saudara sebangsa kita yang berasal dari kaum minoritas masih memiliki prejudice terhadap PKS. Tentu hal ini akan menjadi pekerjaan rumah PKS untuk mengelola dan membangun komunikasi yang baik dengan berbagai pihak dan golongan guna mencapai sikap kesepahaman terhadap sesama anak bangsa.

2. Situasi ini juga bisa digunakan untuk melihat efektifitas dari mesin politik PKS itu sendiri. Adanya serangan bertubi-tubi dari berbagai pihak dengan berbagai resources yang dimilikinya serta kampanye negative yang dilakukan oleh media (media framing), maka apabila PKS berhasil meraih kemenangan, hal ini akan mampu meningkatkan moralitas kadernya dalam jangka panjang.

Akan muncul keyakinan bahwa PKS besar bukan karena media tetapi karena kerja keras kader-kadernya. Kemenangan PKS menunjukan akan adanya dukungan besar masyarakat terhadap PKS yang tidak bisa diragukan lagi. Dukungan yang lahir yang didasari atas adanya kontribusi yang nyata kader-kader PKS selama ini di masyarakat.

Maka jika dukungan massif masyarakat benar-benar terjadi terhadap PKS, ini menunjukan adanya fase peralihan rasionalitas masyarakat terhadap media dan pencitraan. Bukan lagi masanya pencitraan yang berbasis media dan pembentukan opini, tetapi beralih menjadi pencitraan yang berbasis reputasi. Reputasi yang dibangun oleh kerja keras, profesionalitas dan pelayanan yang paripurna terhadap semua elemen dan golongan bangsa ini.

Sebagaimana Rasulullah SAW; secara pencitraan, beliau dirusak nama baik dan reputasinya di Mekah. Akan tetapi masyarakat Mekah tidak akan pernah bisa melupakan fakta bahwa beliau adalah seseorang yang bergelar Al Amin (terpercaya).

Apa bila point kedua itu benar-benar terwujud, maka bersiap-siaplah akan adanya peralihan sejarah baru masyarakat Indonesia, sebagaimana ciri-ciri Gelombang Ketiga yang sudah diperkenalkan Presiden PKS pada setiap kesempatan pidatonya.

Wallahu álam Bishshowab

Melbourne, 21 Maret 2014

*Toto Suryawan Aditama
Ketua Bappilu PIP PKS ANZ untuk wilayah Victoria


(sumber: Kompasiana)


"Bersabarlah Abi... Kemenangan itu Dekat" | by @zahraabdillah_

Posted: 24 Mar 2014 03:13 AM PDT


by @zahraabdillah_

Ini malam ke sekian kalinya kau pulang larut malam. Ke sekian kalinya kau lelah di atas sofa ruang tamu kita. Ke sekian kalinya pintu belakang terbuka pelan, menyeret motor gagahmu dengan pijakan kokoh dan lampunya bersinar terang.

Ini malam ke sekian kalinya kau membuka rompi dan jas hujan, menggantungnya tepat di sebelah etalase, yang dalamnya berisi tumpukan kalender, stiker, spanduk, bendera, dan atribut-atribut PKS lainnya. Ini malam ke sekian kalinya kau duduk sendirian di meja makan, menyantap sisa lauk-pauk yang telah aku dan adik-adikku sisakan.

Ini malam ke sekian kalinya kau menyenderkan pundakmu di atas tembok putih ruang tengah. Lalu kau beranjak mengambil notebook dan menyalakannya. Aku tahu, kau tengah sibuk mengetik data-data hasil surveimu sepanjang siang ini.

Ini malam ke sekian kalinya aku juga terjaga saat kau tiba. Diam, menunggu, lantas berbisik lirih. Aku tahu perjuanganmu tak mudah. Beban di pundakmu bertambah. Di saat kau adalah seorang kepala keluarga, kau juga diberi kepercayaan untuk menjadi wakil rakyat. Disaat kau dituntut untuk mengayomi keluargamu, dan saat itu pula kau ditunjuk untuk menjadi salahsatu wadah aspirasi masyarakat setempat.

Aku tahu, Abi. Tak mudah, memang tak mudah. Tapi percayalah, kami disini mendukungmu. Mendukung dengan segala kekurangan kami, mendukung dengan segala keterbatasan kami.

Ini malam ke sekian kalinya aku termenung di balik pintu kamar, lantas segera berbaring layaknya tidur seperti biasa, saat kau membuka pintu kamar dan menyalakan lampunya.

***

Ini pagi ke sekian kalinya aku terbangun lebih awal. Menyaksikan punggungmu bersujud damai, dengan sarung dan koko yang terlihat sederhana. Mendengar suaramu melantunkan ayat-ayat suci-Nya. Melihat wajah teduhmu dibalik kelelahan semalam.

Ini pagi ke sekian kalinya, Abi. Pagi ke sekian kalinya kau membangunkan adik-adik dengan sabar. Menuntun mereka yang belum baligh untuk berwudhu, dan menggandengnya ke mushola depan rumah.

Ini pagi ke sekian kalinya kau tersenyum lepas, mengajak aku dan adik-adik untuk berkumpul di ruang tengah. Lantas berbincang sebentar, lalu kita wirid matsurat bersama.

Dan ini pagi ke sekian kalinya kau mengingatkan tentang tugas bergilir kita; kultum. Ah, bahkan adikku menangis saat mendapat tugas itu. Dan kau? Dengan santai membujuknya untuk berbicara sekata-dua kata. Lalu suasana menghangat, dan Ummi mengantarkan segelas cokelat hangat dan sepiring biskuit. Kita tertawa renyah, damai.

Ini pagi ke sekian kalinya kau mengangkat HP mu. Berbincang sebentar, menanyakan kabar, dan terjebak dalam obrolan serius.

Ini ke sekian kalinya aku mendengar lirihanmu, istighfar menyebut nama-Nya. Yang kutahu, di balik obrolan tadi ada sesuatu yang mengecewakanmu. Ya, mungkin saja kawanmu tidak dapat hadir, atau ada kesalahan kecil yang akhirnya menjadi penghambat besar.

Ini ke sekian kalinya alis wajahmu mengkerut, bahkan ketika kau kembali membuka notebook dan mengetikkan sesuatu, entah apa. Lalu kau kembali meraih handphone, menghubungi dan kembali hanyut dalam percakapan. Membuat janji ingin bertemu, dimana, apa saja yang harus dibawa, ah .. Aku tahu kau lelah. Kantong matamu menjadi bukti bahwa akhir-akhir ini kau jarang sekali berinteraksi dengan tempat tidur. Jangankan tempat tidur, duduk sebentar dan mencuri waktu untuk melelapkan mata saja tidak bisa.

***

Ini baru yang kedua, aku ikut denganmu menjelajahi hutan, berjumpa dengan truk-truk besar dan muatan yang hebat.

Ini baru yang kedua, aku duduk di belakangmu, turut menikmati perjalanan panjang yang selama ini kau rasakan setiap hari. Ini baru yang kedua, dan jujur ini melelahkan.

Ini baru yang kedua, aku menjadi teman bicaramu sepanjang kiloan jarak terlewat. Aku mendengarmu berbicara tentang kakakku, aku, dan adik-adik di rumah. Aku mendengarmu tentang permohonan maaf atas segala kekurangan selama ini. Dan aku mendengarmu berterima kasih atas segala pengertian di balik prestasi.

Ah, Abi .. Bahkan kau tak tahu bahwa kami tak pernah marah atas apa yang kau persembahkan. Bahwa kami tak pernah lelah untuk bersyukur kepada-Nya dengan apa yang kami miliki. Bahwa kami lah yang seharusnya berterima kasih padamu atas segala kesabaran yang mewarnai perjuangan dakwah ini. Bahwa kami lah yang seharusnya meminta maaf atas apa yang selama ini kami lakukan, belum sebanding dengan perjuanganmu. Bahwa karenamu lah, sedikit demi sedikit kami paham dengan dunia dakwah yang sebenarnya. Mengerti apa itu ilmu ikhlas, sabar, dan bersyukur. Memahami bahwa masih ada orang-orang berhati bersih, dibalik mereka yang tertutup hatinya atas dunia.

Ini baru yang kedua, Abi. Ini baru yang kedua aku turut menemanimu dalam perjalanan yang tak mudah. Ini baru yang kedua, dan sepanjang perjalanan aku lebih banyak diam, berpikir, dan berbisik pelan. Apa kau mendengarku berlirih? Atau melenguh?

Aku tahu perjuanganmu tak mudah, Abi. Menjadi caleg disaat partai ini mengalami banyak guncangan. Aku tahu, tak sedikit mereka yang berperasaan sama denganku saat orangtuanya menjadi calon legislatif. Dari partai yang paling banyak diuji.

Ah, tetapi dan bahkan aku lebih senang kau lahir dari rahim partai sederhana ini. Mengapa? Karena darinya lah aku paham arti cinta, dakwah, kerja nyata, pengorbanan, yang berkumpul dalam satu ruang kebaikan. Meski umurku belum mencapai batas memilih, semua orang dan teman-temanku pun tahu bahwa aku akan terus bergerak menjadi bagian dakwah ini.

Abi, aku tahu kau sanggup menjalankan semua amanah ini. Aku percaya kau pantas mendapatkan kepercayaan ini.

Dan tentang lelah akhir-akhir ini, tentang hubunganmu dengan kasur yang tampak menjauh, percayalah. Percayalah bahwa tak ada kejadian tanpa hikmah. Dan tak ada keberhasilan tanpa pengorbanan. Kau telah mengorbankan waktu tidurmu, waktu bercengkerama dengan kami di rumah, waktu mengurus klinik yang kau rintis, dan percayalah. Allah Maha Tahu, dan Maha Segalanya. Dia pasti menolong pejuangNya.... kemenangan itu dekat. Dan aku berdo'a, semoga engkau, aku, dan kita semua menjadi salahsatu hamba-Nya yang beruntung.

Bersabarlah dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS 16:127-128)


Bogor, 23 Maret 2014

@zahraabdillah_ on twitter


Tidak ada komentar:

Posting Komentar