Rabu, 05 Maret 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


Cinta, Anis Matta dan Raditya Dika

Posted: 05 Mar 2014 03:00 PM PST


Cinta. Ya, cinta. Dan cinta, dan cinta.

Inilah sebuah perasaan yang rutin mengetuk pintu hati anak-anak muda. Ia datang lebih rajin dari pedagang siomay keliling.

Nah, mari kita ngomongin soal cinta ini. Sebuah perasaan yang konon kabarnya bisa buat dunia berbunga-bunga. Sebuah perasaan yang konon kabarnya bisa membuat dunia seolah hancur tanpa sisa.

Tapi bukan gue yang mau ngomong. Nih gue udah siapin dua orang yang bakal bicara panjang kali lebar sama dengan luas tak bertepi hingga ujung hari (ealaah….), yaitu Bang Raditya Dika dan juga Om Anis Matta.

Gak perlu gue kenalin, udah pada kenal semua kan sama dua orang ini. Ya, iyalah….bagi yang belum kenal, coba deh ente ke warung burjo terus nanya ke Abangnya.

Oke, langsung aja. Tanpa perlu disambut dengan tepuk tangan meriah, mari ngeteh mari bicara.

Pertanyaan pertama, apa itu cinta. Cinta itu makanan yang terbuat dari apa? Apakah ia sebuah bumbu ajaib yang mampu mengubah tahi menjadi coklat?

Om Anis menyatakan bahwa; "Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan menjadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat."

"Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia. Lukisan. Bukan definisi. Barangkali kita memang tak perlu definisi, kita hanya perlu tahu cara kerjanya."

Hmm…yayaya, cinta tak perlu definisi gitu ya Om? Oke.

Sebenarnya apa sih yang kita perlukan untuk mencintai orang lain, Bang Dika?

"Tak ada. Yang kita perlukan cuma keberanian. Karena kita seperti belalang, tahu bahwa untuk mencintai seseroang butuh keberanian. Dan belalang sembah berani mati demi cinta."

Kenapa cinta itu butuh keberanian, Om Anis..?

"Ya, sebab cinta adalah kata lain dari memberi, sebab memberi adalah pekerjaan, sebab pekerjaan cinta dalam siklus memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi itu berat, sebab pekerjaan itu harus ditunaikan dalam waktu lama, sebab pekerjaan berat dalam waktu lama begitu hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki kepribadian kuat dan tangguh, maka setiap orang hendaklah berhati-hati saat ia mengatakan, 'aku mencintaimu.' Sebab ini sebuah keputusan besar, dan setiap keputusan besar selalu membutuhkan keberanian yang besar."

Masih banyak lagi sih sebenarnya soal cinta ini. Tak cukup deh dibahas selama dua semester. Ada yang membutuhkan waktu berpuluh tahun hanya untuk merasakan keindahan cinta.

Nah, lain kali kita sambung lagi.


___
*copas 100% kecuali judul sedikit edit dari : http://triyantomekel.wordpress.com/2014/03/05/cinta-anis-dan-dika/


THEME SONG Resmi Kampanye PKS 2014

Posted: 05 Mar 2014 02:36 PM PST



Kobarkan Semangat Indonesia

by: Shoutul Harokah

Ayo bersama Kobarkan Semangat Indonesia
PKS Nomer 3, PKS Tetap di hati

Cinta Kerja dan Harmoni, kekuatan inspirasi
Padamu negeri mengabdi, mengharap ridho Ilahi
Meski beda suku, bangsa, semangat kita sama, membangun Indonesia
Harmonika, kerja, cinta bangsa Indonesia

Ayo bersama Kobarkan Semangat Indonesia
PKS Nomer 3, PKS Tetap di hati

Dalam sedih dan gembira, kami tetap 'kan bekerja
Dengan penuh rasa cinta, demi rakyat Indonesia
Meski beda suku, bangsa, semangat kita sama, membangun Indonesia
Harmonikan kerja, cinta bangsa Indonesia yang adil sejahtera, cita kita bersama

Ayo bersama Kobarkan Semangat Indonesia
PKS Nomer 3, PKS tetap di hati

Pemimpin Kaum Sejati, yang berkhidmat melayani
Meski tanpa puja puji, cukup Allah mengetahui hati ini

Ayo bersama Kobarkan Semangat Indonesia
PKS Nomer 3, PKS tetap di hati


CLICK PLAY and LISTENING THIS SONG




LINK MP3 DONLOT: KLIK INI atau LINK2


Yang Berjasa Besar Walau Bukan Siapa-Siapa

Posted: 05 Mar 2014 02:30 PM PST


Di periode saat sudah cukup banyak orang bergabung dalam barisan Islam atau barisan dakwah, pangkat dakwah dan senioritas banyak dianggap sebagai sesuatu yang prestisius. Hal ini sangat wajar. Dalam organisasi negara atau militer pun ada pangkat-pangkat dan lapisan dari para anggotanya.

Di masa Rasulullah pun kualitas para shahabat bisa dilihat dengan sebutan-sebutan 4 khulafaur rasyidin, 10 shahabat yang dijanjikan masuk surga, muhajirin, shahabat senior perang Badar, dan sebagainya. Yang lebih senior atau berpangkat lebih tinggi dihormati karena dianggap pemahamannya lebih dalam, pengorbanannya lebih besar, dan kesetiaannya lebih teruji.

Tapi bukan berarti yang junior miskin kontribusi. Seperti al-Mutsanna bin Haritsah. Dia bukan shahabat. Cuma "anak kemarin sore" kalau dibandingkan para shahabat senior veteran perang Badar. Baru masuk Islam saat masa khalifah Abu Bakar. Tapi kesetiaannya luar biasa. Keikhlasannya tak terkira. Dan rasa tanggung jawabnya memikul beban juang sulit ditandingi.

Dia sudah berperang melawan Romawi. Berperang melawan Persia. Namun cita-cita membebaskan kaum muslimin dari penjajahan kedua imperium itu tak sempat ia saksikan di sisa masa hidupnya. Lukanya yang parah akibat pertempuran di jembatan sungai Eufrat kembali terbuka. Dia meninggal sebelum sempat Saad bin Abi Waqqash tiba.

Tatkala pasukannya yang kalah jumlah dari Romawi dibantai di jembatan sungai Eufrat, ia tidak melarikan diri. Abu Ubaid sang komandan gugur diinjak gajah Romawi, dengan sigap Mutsanna maju sebagai komandan pengganti sesuai wasiat. Meski hanya komandan pengganti, tak gentar hati Mutsanna. Bukannya kabur, ia melindungi pasukannya dan bertempur melawan pasukan Romawi beserta gajah-gajahnya.

Jika diam, pasukan Islam akan habis dibantai. Jika melompat ke sungai, mereka tenggelam. Maka mereka harus melalui suatu sisi jembatan sambil ada yang menahan pasukan Romawi di sisi yang lain. Maka Mutsanna sang komandan memberi instruksi dengan gagah berani yang dengannya menyelamatkan kaum muslimin;

"Wahai manusia, menyingkirlah ! Dan aku akan bertahan di sisi jembatan ini. Dan tidak akan melewatinya hingga kita seluruhnya selamat dan pergi dari sini tanpa ada yang tersisa !" (Al-Bidayah wan Nihayah)

Luka-lukanya yang parah akhirnya terkoyak, mengantarkan Mutsanna kepada kematian.

Terpujilah engkau wahai komandan. Di posisi mana kita jika dibandingkan komandan sholih ini?


*by @marimar_auw on twitter



Mahyeldi: Saya Wakafkan Diri untuk Membangun Kota Padang

Posted: 05 Mar 2014 04:18 AM PST

Pasangan Mahyeldi-Emzalmi

Hasil (sementara, belum resmi KPU) Pilkada Kota Padang yang digelar hari ini (Rabu, 5/3/2014) menempatkan pasangan Mahyeldi-Emzalmi yang diusung PKS dan PPP unggul dengan perolehan suara 50,23% (real count 100% data C1 yang dihimpun Satuan Kerja Kesbangpol Kota Padang).

H. Mahyeldi Ansharullah, SP. Dt. Marajo merupakan salah satu kader senior PKS di Sumatera Barat. Bahkan pernah menjabat sebagai Ketua DPW PKS Sumatera Barat.

Terlahir dari keluarga sederhana, pria kelahiran Bukittinggi 25 Desember 1966 ini sama sekali tidak menduga akan menjadi seorang pemimpin penting. Ia pun bertekad untuk mewakafkan dirinya untuk menjadi pelayan bagi masyarakat kota Padang.

"Sebelum mencalonkan diri jadi calon walikota Padang bersama pak Emzalmi, saya sudah sebutkan pada orangtua dan keluarga, bahwa saya akan menjadi pelayan masyarakat, sekaligus saya sudah mewakafkan diri saya berjuang untuk membangun kota Padang ini apabila saya terpilih jadi walikota nanti," ucap mantan Wakil Walikota Padang ini sebelum hari H pelaksanaan pilkada putaran dua.

Hasil Binaan Irwan Prayitno

Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno punya kesan tersendiri dengan Mahyeldi. la mengaku pertama kali kenal dan bertemu dengan Mahyeldi saat masih bersekolah di SMA Negeri 1 Bukittinggi sekitar 1980. Waktu itu Irwan yang berstatus mahasiswa pulang kampung dan menggelar pesantren kilat untuk pelajar SLTA dimana Mahyeldi menjadi salah satu pesertanya. Sejak saat itu Mahyeldi rajin mengikuti kegiatan pembinaan keislaman yang digelar rutin.

Kiprah Mahyeldi

1. Wawako Padang (2009-2014)
2. Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat (2004-2009)
3. Ketua BNK Kota Padang (2009-Sekarang )
4. Ketua ICMI Kota Padang ( 2010-sekarang)
5. Ketua PSP Padang (2010-sekarang )
6. Penasehat BIKERS Kota Padang (2012-Sekarang)
7. Ketua Kakus Lingkungan DPRD Se SUMBAR (2004-2009)
8. Penggagas Koperasi Jasa Keuangan Syariah ( KJKS) Kota Padang dan Majelis Pembimbing Daerah
9. Pramuka Kwarda Kota Padang (2009- Sekarang )
10. Penasehat Alumni Fakultas Pertanian (AFTA) SUMBAR (2012- Sekarang )
11. Penasehat Asosiasi Sekolah Sepak Bola (SSB) Sekota Padang (2013-Sekarang )
12. Alumni LEMHANAS 2012
13. Pengurus LKAAM Sumatera Barat



Hasil Real Count Pilkada Padang, Calon PKS Menang

Posted: 05 Mar 2014 05:14 AM PST


Berdasarkan Data dari Satuan Kerja Kesbangpol Kota Padang, dari total suara 11 kecamatan yang dikumpulkan oleh kesbangpol kota Padang berdasarkan data C1 dari semua TPS, pasangan Mahyeldi-Emzalmi yang diusung PKS dan PPP unggul dengan perolehan suara148.691 (50,23%). Sedang pasangan Desri Ayunda-James Helyward memperoleh suara 147.312 (49,77%).

Demikian rilis dari akun twitter @PROVINSISUMBAR sore ini, Rabu (5/3/2014).

Sedangkan hasil akhir Quick Count yang dilakukan oleh MIKA consultant politic yang disiarkan Padang TV, Mahyeldi-Emzalmi menang dengan perolehan suara 50,77%, sedang Desri Ayunda-James Helyward 49,23%, sampling error 1%.

Sebagaimana diketahui, Putaran kedua pilkada kota Padang berlangsung hari ini, Rabu (5/3/2014). Putaran kedua pilkada ini digelar karena pada putaran pertama beberapa waktu lalu, dari sepuluh pasangan tidak ada satu pasangan pun yang meraih suara 30%. Dua pasangan yang terbanyak meraih suara berhak mengikuti putaran kedua.

Dalam putaran pertama, pasangan Mayheldi-Emzalmi meraih 92.218 suara (29,46%), sementara Desri Ayunda-James Helyward memperoleh 59.845 suara (19,11%).

__
Info tambahan dari Medi Kumara Dani (status Fb): Pasangan no 3 (Desri Ayunda-James Helyward) awal-awalnya independen tapi sebenarnya PDIP dibelakangnya.. dan putaran kedua PAN, DEMOKRAT, PKPI, GOLKAR, HANURA MENDUKUNG pasangan no 3.

Inikah Tanda-Tanda Kemenangan PKS?

Posted: 05 Mar 2014 01:51 AM PST


Dari perjalanan saya ke beberapa wilayah, para kader PKS berkeyakinan bahwa suara PKS akan bertambah dari 2009.

Ketika saya ke Cilacap, kader PKS berdasarkan survei internal menunjukan bahwa saat ini kursi PKS baru 3, menurut hasil survei internal diprediksi PKS akan bisa meraih 5 kursi DPRD II.

Berdasarkan survei internal DPP PKS pun, sudah terjadi perangkakan suara PKS, bila pemilu dilakukan hari ini PKS masih bisa menembus lima besar. Walau kenyataan belum terjadi, namun biasanya kenyataan diawali dari optimisme dan keyakinan.

Di Desa saya aja, geliat PKS sungguh terasa. Dari segi atribut, PKS sangat mendominasi. Dari kerjasama dengan dengan pihak ketiga, PKS sudah melakukan kerjasama dengan warung-warung yang menyebar ke pelosok desa.

Caranya, PKS memberikan bantuan kantong plastik berlogo PKS ke warung-warung, pemancingan dan tukan pisang, hal ini cukup membantu untuk memperkecil biaya operasional pemilik warung, pemancingan dan tukan pisang. Untuk ini PKS sudah menyebarkan 2.000 kantong plastik.

Beberapa wilayah seperti RW 7, PKS sudah melakukan foging di seluruh RT yang ada diwilayah tersebut. Di RW 4, 2 dan 6 PKS membantu warga untuk membantu pembuatan jalan setapak dan gardu keamanan.

Beberapa caleg PKS pun, secara bergantian dengan koordinasi ketua ranting mengelola pertemuan mereka dengan warga agar tidak terjadi tumpang tindih sehingga sumber daya dapat optimal dan maksimal untuk meraih suara masyarakat untuk PKS.

Dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya geliat PKS di desa saya justru lebih terasa sekarang dibandingkan dengan sebelumnya. Inikah tanda-tanda kemenangan PKS ?


*by Nasrulloh Mu (Kompasiana)


Hari Ini, Mensos Habib Salim Segaf Mengisi Ceramah Maulid Akbar di Bireuen Aceh

Posted: 05 Mar 2014 12:56 AM PST


BIREUEN - Menteri Sosial (Mensos) RI Salim Segaf Aljufri, menjadi penceramah pada maulid akbar di kantor Bupati Bireuen, Rabu (5/3/2014).

Dalam tausiahnya, Salim Segaf mengatakan, islam itu damai dan masyarakatnya hidup dalam perdamaian. Beliau mengajak seluruh umat muslim untuk mengikuti ketauladanan Nabi Muhammad SAW. "Mari kita hidup rukun dan damai," ajak Salim Segaf.

Mensos mengaku sangat bangga bisa berkunjung ke Bireuen. Dirinya mendapat ilmu dan pelajaran yang sangat berharga dari Ulama Kharismatik Aceh.

"Saya mendapat ilmu dan pelajaran berharga dari ulama kharismatik Aceh, Abu Tumin dan Waled Nu," kata Salim Segaf. (aceh-tribunnews)

Hasil Quick Count Pilkada Padang, Calon dari PKS Unggul

Posted: 05 Mar 2014 05:14 AM PST


Putaran kedua pilkada kota Padang berlangsung hari ini, Rabu (5/3/2014). Dari hasil quick count yang disiarkan Padang TV sampai pukul 15.10 (suara masuk 20%) pasangan Mahyeldi-Emzalmi yang diusung PKS dan PPP unggul dengan perolehan suara 54%, sedang pasangan Desri Ayunda-James Helyward dari jalur perseorangan memperoleh suara 46%.

DPT Pilkada Padang sebanyak 560.723 pemilih, terdiri dari 276.729 pemilih laki-laki dan 283.994 pemilih perempuan dengan jumlah TPS 1.532 se-Kota Padang.

Putaran kedua pilkada ini digelar karena pada putaran pertama beberapa waktu lalu, dari sepuluh pasangan tidak ada satu pasangan pun yang meraih suara 30%. Dua pasangan yang terbanyak meraih suara berhak mengikuti putaran kedua.

Dalam putaran pertama, pasangan Mahyeldi-Emzalmi meraih 92.218 suara (29,46%), sementara Desri Ayunda-James Helyward memperoleh 59.845 suara (19,11%).

UPDATE 100% :

Hasil akhir (100% suara masuk) Quick Count yang dilakukan MIKA Consultant Politic yang disiarkan Padang TV, pasangan Mahyeldi-Emzalmi menang dengan perolehan suara 50,77%, sedang Desri Ayunda-James Helyward 49,23%, sampling error 1%.



___
Info tambahan dari Medi Kumara Dani (status Fb): Pasangan no 3 (Desri Ayunda-James Helyward) awal-awalnya independen tapi sebenarnya PDIP dibelakangnya.. dan putaran kedua PAN, DEMOKRAT, PKPI, GOLKAR, HANURA MENDUKUNG pasangan no 3.


Pelajari Manajemen PKS, Mahasiswa STISIPOL Terkagum

Posted: 04 Mar 2014 11:35 PM PST


TANJUNGPINANG - Pengurus Badan Legislatif Mahasiswa (BLM Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (Stisipol) Raja Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau melakukan silaturahim ke Kantor DPD PKS Tanjungpinang pada Selasa (4/3). Kehadiran mereka untuk mempelajari manajemen PKS dalam mengelola partai.

Rombongan diterima langsung oleh Ketua DPD PKS Tanjungpinang, Alfin, S.TP, M.H yang juga merupakan caleg no 1 dapil Tanjungpinang Barat dan Kota.

"Kita menyambut baik kehadiran rekan-rekan dari BLM STISIPOL Raja Haji karena kita memang menganggap selama ini PKS adalah organisasi pembelajaran bagi siapapun dan ini juga sekaligus membuktikan bahwa PKS merupakan partai politik yang merupakan labor untuk kepemimpinan bangsa Indonesia masa depan," ujar Alfin, S.TP, M.H.

Dalam kegiatan tersebut, Afrizal salah seorang perwakilan mengatakan juga bahwa kegiatan kunjungan partai politik ini sangat terkesan dengan kerapian kerja PKS dan PKS dianggap partai politik yang punya jenjang kader yang sangat jelas.

Sementara Selly Salindry berminat untuk mempelajari PKS dalam mengelola partainya.

*keprisatu.com


PKS 'Pede' Menang di Dapil Jabar

Posted: 04 Mar 2014 10:16 PM PST


Partai Keadilan Sejahtera (PKS) optimis menyambut pemilu tahun depan. PKS memastikan konsolidasi secara internal sudah dilakukan, dan mesin partai pun telah berjalan.

Ketua DPP PKS, Shohibul Iman mengatakan sejak tahun lalu, telah dilakukan konsolidasi kader di lapangan. Hasilnya, suhu dan semangat kader masih luar biasa. Tentu, belakangan  ada berbagai kejadian yang berhubungan langsung dengan PKS memiliki pengaruh.

"Soal pengaruh itu, kita terus mengupayakan tidak menggerus kesolidan dan semangat kader. Kami yakin, semua kader tetap bertahan," kata dia ketika berbincang dengan ROL, Senin (3/3).

Menurut Wakil Ketua DPR RI ini, kekuatan partai yang ada saat ini akan terus dipertahankan dan diperkuat. Ada harapan, ini akan memperluas kekuatan PKS di lapangan. "Insya Allah," kata dia.

Bicara soal target, Shohibul mengatakan dengan berbagai kejadian yang dialami PKS tentu  ada takaran soal itu. Target dua digit akan dibidik. Uuntuk mencapai angka itu, PKS akan menargetkan masyarakat umum. "Kami tidak mungkin mengandalkan kader saja," kata dia.

Memang, kata dia, meski masyarakat yang menjadi target, tetap saja capaian itu tidak  terlepas dari peran kader. "Secara jumlah, yang dominan jelas masyarakat umum, tapi agar  mereka tertarik, ya butuh kader kan," kata dia.

Melihat dari peta kekuatan yang ada, PKS berharap dapil Jawa Barat akan menjadi  pendongkrak suara PKS. Memang, banyak partai yang mengincar Jawa Barat tapi dari data yang ada, PKS terlihat kuat di provinsi di Barat Jawa ini.

"Secara tradisi, PKS menguasai 11 dapil, dimana setiap dapil terdapat satu perwakilan PKS,  bahkan ada juga dua wakil. Kita sudah membuktikan kepada derah, Pak Aher (Ahmad  Heryawan) misalnya sudah membuktikannya. Ini yang membuat kami percaya diri," kata dia.

Itu sebabnya, lanjut dia, sebagai penguatan posisi PKS, berbagai roadshow pimpinan PKS  dilangsungkan. Harapannya, semangat masyarakat terus menguat. Untuk segmen pemula,  PKS beri perhatian khusus.

"Yang kami pahami, pemilu pemula memang rentan golput. Jadi, kita harus menjaga tetap  agar tidak golput. Untuk itu, dari dulu kita dorong Generasi Muda dan Profesional (GMPRO) PKS dioptimalkan," kata dia. (ROL)

Dulu Golput, Sekarang PKS

Posted: 04 Mar 2014 09:32 PM PST


Lita namanya. Di antara puluhan bahkan ratusan muda-mudi yang berstatus mahasiswa, dia adalah salah satu yang sangat enggan berbicara tentang politik. Baginya, politik itu sama saja seperti angin yang ada, tapi tidak ada. Karena dia tak ingin melihatnya, tidak ingin membahasnya, apalagi terlibat di dalamnya. Ini lebih haluslah ketimbang mengibaratkan politik seperti sampah yang kotor dan penuh kebusukan, begitu ujarnya.

Pun sampai pada akhirnya dia masuk ke dunia kerja. Bertemu lebih banyak orang lagi dengan berbagai rupa dan warna pada kepribadiannya. Orang orang yang sebagian serupa dengannya dalam memandang kata politik bahkan orang orang yang terlibat di dalamnya. Namun sayang, kenyataan yang dia temui justru membuatmya semakin ngeri melihat kata politik. Semakin "jijik", ungkapnya.

Beberapa fakta yang sangat mencengangkan dan sudah tentu dibalik fakta itu ada lebih dari milyaran uang yang ternyata milik rakyat tapi digunakan untuk kepentingan pribadi. Kekuasaan dijadikan tameng untuk meraup sebanyak-banyaknya keuntungan sendiri. Bahkan, kekuasaan dijadikan alat untuk menutup mulut orang-orang yang tahu akan kekejaman tingkah lakunya pada warga. Melihat dan menemui sendiri fakta fakta seperti itu, bagaimana tidak, pemudi bernama Lita ini bisa menjatuhkan kepercayaannya pada partai politik.

"Dulu, saya golput. Anti partai, krisis kepercayaan dengan para pemimpin busuk negeri ini. Golput bagi saya adalah pilihan, pilihan untuk tidak memlih," jelasnya.

Itulah sebuah pilihan baginya. Pilihan untuk tidak memilih, karena memang baginya tidak ada yang layak dan pantas untuk dipilih. Setelah menemui fakta fakta yang sangat berlawanan dengan pemberitaan media yang cantik dan mengatasnamakan wibawa.

Seiring berjalannya waktu, pindah lokasi kerja, bertemu kawan kawan baru. Akhirnya Lita bertemu dengan orang-orang yang katanya, "luar biasa". Kedekatan, rasa saling berbagi dan kepedulian mereka menjadi begitu indah di matanya. Orang-orang yang aktif menjalankan kebaikan dan tetap menegakkan kedekatannya pada Sang Pencipta.

Beberapa kali, ia juga mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh sebuah partai. Partai yang belum ia temui fakta mencengangkan sebelumnya.

"Mengenal lebih dekat dengan para kadernya dan beberapa kali ikut kegiatannya membuat saya yakin bahwa PKS adalah partai terbaik," jelasnya.

Lita memang beberapa kali sempat ikut serta dalam kegiatan sosial yang diadakan oleh PKS. Atas tawaran dari seorang kawannya, yang sebenarnya juga awalnya sedikit canggung untuk mengajaknya turut serta. Tapi, melihat kesungguhan dan tekad Lita dalam sebuah pencariannya terhadap komunitas-komunitas kebaikan, akhirnya kawannya memberanikan diri untuk mengajaknya. Dan seketika itu pun Lita menyanggupi dan membuat kaget kawannya yang mengajak itu.

"PKS itu hebat, karena sudah bisa mengambil kepercayaan saya, yang "suer" parah banget krisis kepercayaannya. Bukan hanya kader-kadernya yang luar biasa, pemimpinnya juga luar biasa."

Selain keikutsertaannya dalam kegiatan sosial yang diadakan PKS, Lita bahkan tidak tanggung-tanggung memberikan keloyalitasannya pada partai dakwah ini. Sejumlah dana yang tak sedikit berani dia salurkan untuk membantu berjalannya kegiatan sosial PKS yang notabene ditujukan untuk warga.

Sekarang, bahkan Lita menjadi salah satu fansnya pak Anis Matta, salah satu calon Presiden yang diusung oleh PKS.

"Maap kate, baru beberapa kali liat di youtube, Kang Anis Matta wes menarik hati. Jawabannya cerdas, lugas, rendah hati, solid. Intinya kok bisa ya langsung terpaut ??? Hahahaha…Bukan hatinya aja, pikirannya juga," terangnya ketika saya tanya kenapa suka dengan pak Anis Matta.

Sedikit bingung Lita pada dirinya sendiri, kenapa kemudian bisa jatuh hati dengan pemimpin bernama Anis Matta. Tapi, hati terkadang memang tidak perlu logika. Jadi, beginilah akhirnya, Anis Matta menjadi sosok dambaan yang dia inginkan bisa menjadi pemimpin Indonesia, bisa menjadikan negeri ini menjadi Indonesia bukan Endonesa.

Di sepeda motor kesayangannya pun sekarang sudah ditempelinya stiker PKS. Sepeda motor yang menemaninya setiap hari pulang pergi ke kantornya. Dan dia tidak sungkan sungkan mempublikasikannya di depan karyawan lain serta boss nya.

Pernah suatu hari, kisahnya, ada yang berkomentar setelah melihat stiker itu.

"Behhhhh..PKS !!!"

"Woooo yaaa donk. Kan memilih pemimpin kudu Islam, bagus akhlaknya, bagus imannya, cerdas intelegensinya dan punya kecerdasan emosional yg baik. Mangnya kamu ada liat lagi partai yg arahnya ke sono?" timpalnya.

Di akhir percakapan kami, dia berkomentar lagi. "PKS mungkin bukan yg terbaik bagi setiap masing-masing orang. Tapi udah yakin dah, PKS udah berusaha melakukan yang terbaik, yang penting usahanya. Semoga partai-partai lain bisa meniru PKS. Hidup PKS!! Hidup Indonesia Raya.". (Hms-4/pkskaltim)


15 Tahun PKS "Menari di Tengah Badai"

Posted: 04 Mar 2014 09:23 PM PST


Oleh: Afrianto Daud
Mahasiswa Doktoral di Monash University, Australia

Suka atau tidak, semenjak kelahirannya partai yang sebelumnya bernama PK (Partai Keadilan) ini terus saja menjadi sorotan publik, menjadi buah bibir dan mungkin juga sering 'dipergunjingkan'. PKS seperti tidak pernah kehabisan energi dan ide untuk tetap bisa membuat berita.

Setiap aksi, kebijakan, perilaku dan ucapan para politisinya tak jarang menimbulkan pro dan kontra, melahirkan sejuta cerita dengan nada warna warni; mulai dari puja puji pecinta sejatinya sampai caci maki para pembencinya. Terlalu banyak list untuk dibuat di sini terkait isu pro kontra dari partai yang lahir di era reformasi ini. Jika anda mengikuti berita politik Indonesia 15 tahun terakhir, anda pasti bisa menemukan sendiri contoh pro kontra yang saya maksud.

Sekali lagi, berjuta pasang mata terus memperhatikan aksi dan liukan tarian mereka di panggung politik Indonesia selama lima belas tahun itu. Jutaan jemari mungkin juga telah menari menuliskan namanya pada keyboard komputer, laptop, tablet dan sejenisnya. Karenanya, tak heran hasil riset Independent Research Institute (IRI) yang melakukan penelitian dan survey perbincangan tentang partai politik di sosial media periode Januari-Februari 2014 menyimpulkan bahwa PKS adalah salah satu partai populer yang banyak diperbincangkan di media sosial. Jika anda ketikkan kata kunci "PKS AND Partai" pada mesin pencari google, sedikitnya anda akan menemukan 9,000,000 entry dengan kata kunci ini.

Menariknya, partai ini tidak hanya dibahas dan menjadi perhatian banyak orang di dalam negeri, namun juga oleh banyak pengamat dan pemerhati politik Indonesia di luar negeri. Sebutlah diantaranya Dr. Karen Brook (Dosen di Cornel University-USA), Ellen Nakashima (jurnalis Washington Post), Sydney Jones (peneliti di International Crisis Group/ICG), atau Greg Barton (professor di Monash University, Australia). Mereka adalah para Indonesianis yang cukup sering membahas PKS.

Di dunia akademik, fenomena PKS juga telah mengilhami banyak sarjana untuk meneliti dan menganalisa fenomenanya secara ilmiah. Ratusan sarjana, dari S1 sampai S3 telah meneliti partai ini. Yang paling banyak dikutip adalah thesis doktoral Yon Machmudi (The Rise of Jemaah Tarbiyah and the Prosperous Justice Party/PKS), di Australian National University (ANU), dan juga thesis master pengamat politik terkenal, Burhanuddin Muhtadi, dari universitas yang sama. Analisa tentang fenomena PKS juga datang dari Najwa Shihab (presenter Metro TV), ketika dia bersekolah di Fakultas Hukum, Melbourne University.

PKS itu Beda

Populer di media atau di mesin pencari semisal google tentu tidak serta merta berarti bahwa partai ini adalah partai yang hebat. Karena bisa saja orang terkenal karena jeleknya ^^. Poin saya adalah, adalah fakta bahwa partai ini adalah 'unik' dan karenanya selalu menarik untuk dibicarakan. PKS adalah anak kandung reformasi, karena mayoritas aktivisnya adalah mereka para pelaku gerakan mahasiswa saat menumbangkan Suharto tahun 1998. Tidak hanya itu, terlahir dari rahim pergerakan adalah salah satu yang membuat partai ini berbeda dengan yang lain. Mereka membesar bukan karena bertumpu pada satu dua sosok yang dominan, namun pada sistem dan ideologi yang kuat. Inilah diantara alasan yang membuat mereka bisa bertahan dari pemilu ke pemilu, bisa selamat dari 'tsunami SBY' pada pemilu 2009, tetap eksis bahkan di tengah amuk badai - serangan dari 'tujuh penjuru mata angin' saat kasus LHI mencuat.

Ya, pengkaden yang sistemik dan ideologi keIslaman yang kental adalah kekuatan partai ini. Sebagaimana diakui oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Tjahjo Kumolo kepada media baru-baru ini, bahwa PKS dan PDIP adalah diantara sedikit partai dengan pola kaderisasi dan ideologi yang relatif baik. Di dua partai ini, sangat jarang ditemukan ada seseorang yang bisa 'tiba-tiba' menjadi petinggi struktural partai. Dari sisi ideologi, Anis Matta mengatkan bahwa PKS memiliki kader dengan mentalitas 'pemburu surga'. Dari pilihan kata ini, anda bisa eksplor sendiri seberapa kuat dan dalamnya ideologi kader partai berlambang padi emas ini.

Dari aspek pengkaderan ini, PKS beruntung karena mereka behasil masuk dan diterima oleh kalangan menengah terdidik di masa-masa awal pendiriannya. Sebagaimana diungkap oleh Burhanuddin Muhtadi dan kemudian menjadi pengetahuan publik bahwa sejarah PKS tidak bisa dipisahkan dari gerakan tarbiyah yang booming di kampus-kampus besar (sekuler) Indonesia pada akhir 80-an atau awal 90an. Karenanya, mayoritas kader PKS itu dari dulu sampai sekarang adalah para mahasiswa. Anda yang kuliah pada tahuan 90-an (dan juga sekarang), mungkin pernah 'bersentuhan' dengan aktifitas tarbiyah mereka atau minimal berinteraksi dengan aktivis mereka. Sebagian anda bahkan mungkin pernah jadi kader, bertemu jodoh melalyu komunitas PKS, walau sekarang mungkin sudah gak lagi aktif (karena berbagai alasan) ^^. Sebagian lagi tentu masih banyak yang setia dengan manhaj dan cita-cita perjuangannya.

Para pelaku politik persis paham bahwa PKS adalah partai dengan kader mahasiswa dan sarjana terbanyak dibanding partai lain. Saya melihat para mahasiswa inilah kemudian yang berjasa besar membesarkan PKS sampai ke sudut-sudut kampung. Karena ketika mereka menjadi sarjana, sebagian mereka pulang, dan kemudian menyebarkan dakwah dan pemikiran mereka di kampung mereka. Dalam struktur ekonomi dan sosial kita, seringkali para sarjana inilah yang kemudian menjadi informal leader di kampung mereka. Pada saat yang sama, PKS pun kemudian dikenal dan menjadi pilihan di kampung-kampung itu. Inilah diantara faktor yang menjelaskan mengapa suara PKS pada pemilu 2009 tidak hanya relatif signifikan di perkotaan (sebagaimana pemilu 1999 dan 2004), tetapi juga menyebar ke berbagai pelosok kampung/desa.

Dari sisi ideologi,terobosan ideologi politik mereka (baca: ijtihad politik) yang memadukan antara dakwah yang suci dengan politik yang (biasanya dipersepsi) kotor adalah keunikan yang lain. Bahwa perjuangan mereka di panggung politik jauh melampaui tujuan-tujuan politik singkat, seperti sekedar meraih kekuasaan an sich. Karenanya inilah satu-satunya partai yang kadernya sering menolak jika ditawari (baca: dicalonkan) menjadi penguasa atau menjadi caleg saat pemilu. Inilah juga partai yang dengan mudah melakukan pergantian ketua umumnya, tanpa intrik dan atau kegaduhan seperti di partai lain.

Komunitas PKS adalah mereka yang sedang berusaha mempraktekkan nilai-nilai Islam yang syumul (komprehensif) di lembaga negara. Islam yang tidak hanya bicara masalah aqidah dan ibadah mahdah, namun juga bicara tentang aspek politik, ekonomi, pendidikan, dan sosial budaya. Mereka sedang dan terus belajar bagaimana menjadi pribadi muslim yang baik di level individu, namun juga terampil dalam mengelola negara dan pemerintahan, memakmurkan rakyat, dan sekaligus memperkenalkan Islam sebagai rahmatan lil 'alamin.

Tidak hanya di panggung politik, jauh sebelum mendeklarasikan partai, parak aktifis dakwah tarbiyah itu juga menjadi bagian penting dalam gerakan islamisasi banyak aspek kehidupan di tanah air sejak awal tahun 80-an. Jika ditelesik, di bidang pendidikan, misalnya, kader mereka adalah diantara individu yang menjadi trend setter munculnya lembaga pendidikan Islam semisal Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) yang sekarang menjamur. Mereka juga bagian dari tumbuhnya semangat ekonomi Islam di tanah air, dengan munculnya Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dan juga bank syariah. Belum lagi gerakan jilbab yang massif di kalangan muslimah dan alternatif seni serta literasi Islam pada tahun-tahun itu. Pelajarilah sejarahnya, saya yakin anda akan bertemu dengan cerita para kader gerakan dakwah tarbiyah ini di balik semua itu.

Doktrin untuk menjadikan dunia politik sebagai ladang dakwah di satu sisi adalah suatu hal yang ideal, namun di sisi lain dia juga menjadi 'lubang semut' yang kapan saja bisa menjadi bumerang bagi PKS. Terutama ketika partai ini dianggap 'gagal' menjalani misinya. Di titik inilah kita bisa memahami 'kemarahan publik' saat PKS juga terbawa-bawa kasus korupsi pada kasus LHI (walaupun saat ini kasusnya masih belum memiliki kekuatan hukum tetap).

Walau saya tentu juga setuju agar PKS jauh dari isu korupsi, namun alasan terakhir bagi saya adalah misleading. Orang beragama bisa saja salah atau khilaf. Sebagaimana orang yang berpuasa dan sholat juga kadang melakukan kesalahan (walau ideal teksnya tidak seharusnya begitu).

Statemen pemakluman terhadap kesalahan partai berbasis non agama juga bisa salah dipahami; bahwa seakan-akan partai dengan ideologi non agama (misal, kebangsaan dan nasionalis) boleh dan wajar jika korupsi, dan karenanya gak perlu dipelototi dan dimaki. Apa memang ideologi kebangsaan dan nasionalis serendah itu?

Menari di tengah badai

Proses membesarnya PKS tentu tidaklah mulus. Panggung politik adalah medan perang. Sejarah pertumbuhan PKS juga diwarnai berbagai serangan, demarketting, black campaign, dan fitnah. Baik yang datang dari kekuatan asing, rival sesama parpol, maupun dari kelompok yang secara ideologis berseberangan dengan ideologi Islam yang dibawa PKS. Parpol Golkar misalnya sudah lama memberi warning para fungsionarisnya tentang potensi ancaman dari PKS terhadap esksistensi mereka sebagai partai tua. Gesekan juga terjadi sesama aktivis ormas dan partai Islam, karena PKS dianggap 'merebut' lahan yang sama dengan mereka. Serangan yang paling kuat dan konstan biasanya datang dari aktivis liberal dan sekularis yang menganggap ideologi yang dibawa PKS mengancam eksistensi ideologi mereka.

Aktivis liberal dan kaum sekuler di Indonesia sepertinya tak pernah berhenti melancarkan serangan kepada partai ini. Isu yang paling banyak dilemparkan adalah bahwa PKS adalah partai yang eksklusif, Islam yang dibawa PKS adalah Islam yang tidak toleran dan tidak inklusif, atau menuduh PKS sebagai partai yang tidak memiliki jiwa Indonesia dan nasionalisme. Adalagi serangan dengan praktik pologami segelintir elit PKS, ataupun isu bahwa PKS membawa hidden agenda akan menjadikan Indonesia negara Islam.

Biasanya kader PKS menjawab segala tuduhan ini dengan kerja dan kerja. Bahwa di lapangan para aktivis mereka bisa bergaul dengan siapa saja, termasuk dengan mereka yang beda agama sekalipun – tentu dengan tidak harus menggadaikan aqidah. Tentang nasionalisme, saya yakin darah mereka dan cinta mereka terhadap Indonesia sama kuat dan merahnya dengan mereka para nasionalis sejati. Jika Indonesia hari ini diserang oleh asing misalnya, saya haqqul yakin, para kader PKSlah diantara mereka yang pertama angkat senjata jika diperintahkan negara untuk membela tanah air, sebagaimana dulu kemerdekaan Indonesia juga direbut dan diperjuangkan oleh pekikan Allah Akbar oleh para santri.

Terkait hidden agenda, para elit PKS semisal HNW dalam beberapa kesempatan sudah sering mengatkan bahwa bentuk negara bangsa dan Pancasila itu adalah final. Sydney Jones sendiri selain menyebut PKS sebagai partai paling cerdas, juga mengatakan bahwa PKS bukanlah partai radikal. Dia percaya bahwa PKS adalah partai yang commited menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Beberapa ceramah dan tulisan Anis Matta pada beberapa waktu terakhir yang membahas gelombang ketiga Indonesia juga menyiratkan bahwa bagi PKS pembahasan dan debat tentang sistem pemerintahan, pertanyaan tentang relasi agama dan negara itu sudah tidak relevan. Saatnya kita sebagai bangsa memasuki gelombang baru dimana semua kekuatan bangsa bersatu untuk peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup di bawah sistem demokrasi yang makin mapan.

Kalangan liberal juga menghantam ideologi transnasionalisme yang dibawa PKS, dimana kadang mereka seperti lebih peduli dengan saudara-saudara muslim yang jauh, seperti Palestina, dan mengabaikan saudara dekat yang juga butuh bantuan. Saya yakin tuduhan seperti ini lebih didasari sentimen ideologi, karena membantu saudara yang jauh tidak berarti melupkan saudara dekat. Jika pengkritik ini benar-benar paham PKS, maka seharusnya mereka tahu bahwa kader PKS adalah diantara kelompok yang hampir selalu ada bersama susah senangnya masyarakat. Para kader mereka selalu siaga dalam setiap aksi bantuan pasca bencana, misalnya. Anda bisa tanya kepada rakyat Aceh saat tsunami, siapa diantara kelompok pertama dan terakhir (yang paling lama bertahan) dalam membantu korban saat tragedi tsunami tahun 2004 lalu. Belum lagi banyak kader mereka yang menjadi relawan di lembaga-lembaga sosial seperti Dompet Dhuafa, Post Keadilan Peduli Ummat (PKPU), MERC, ataupun Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Kembali pada serangan tadi, pasca kasus LHI, banyak sekali suara sumbang yang meragukan eksistensi dan keberlangsungan PKS di masa datang, terutama (kembali) datang dari aktivis liberal dan beberapa kalangan kritis rasional yang menguasai sosial media. Bentuk sentimen dan sinisme para oposan ini bisa dengan mudah anda lacak di berbagai jaring socmed atau di situs berita online. Jika kelompok pertama membenci PKS karena alasan ideologis, kelompok kedua adalah mereka yang kecewa dengan beberapa fakta media terkait PKS yang mungkin masih bisa diperdebatkan.

Namun, ijinkan saya menyampaikan di sini bahwa mesin PKS terus saja bekerja dalam diam. Dengan cara mereka, PKS tetap bisa meliuk dan menari di tengah badai. Para oposan PKS mungkin bisa saja berteriak sampai ke langit di media sosial agar PKS mati, namun jantung kaderisasi PKS terus berdenyut. Jutaan kader mereka terus bekerja dan berkhidmat untuk negeri. Kader mereka yang diamanahkan di lembaga eksekutif terus membuat prestasi demi prestasi (Anda bisa telusuri sendiri deret panjang penghargaan yang diterime Aher dan Irwan Prayitno, misalnya). Gemuruh PKS, sekali lagi tidak hanya di media sosial, di perkotaan, namun juga melintas sungai dan pulau, lembah dan gunung, melewati samudera (sedikit lebbay ya :D). Jika eksistensi parpol itu dilihat dari pemerolehan suara pemilu dan pilkada, saat ini kader PKS dipercaya menjadi gubernur di empat propinsi: Sumbar, Jabar, Sumut, dan yang terbaru Maluku Utara.

Saya tentu tidak sedang mengatakan bahwa PKS sama sekali adalah zero masalah. Saya menyadari bahwa PKS bukanlah partai malaikat. Karenanya sangat mungkin melakukan kekeliruan dan kesalahan., baik di level individu maupun komunitas. Saya berharap nurani PKS bisa mendengar segala kebisingan masyarakat yang kritis terhadap PKS belakangan. Bahwa tidak semua mereka yang mengkritik itu karena benci, saya yakin juga karena cinta. Perbanyaklah mendengar, berefleksi, meresapi, dan membalas semuanya dengan perbaikan dan amal yang lebih baik.

Bagimana dengan adanya fakta bahwa sebagian kecil kader yang keluar (atau dikeluarkan)? Bagi saya sendiri hal itu bukanlah sesuatu yang luar biasa. Jangankan keluar dari PKS sebagai parpol, sejarah Islam justru juga diwarnai sebagian sahabat rasul yang keluar (murtad) dari Islam. Mereka yang murtad itu justru generasi yang pernah bertemu dan berinteraksi lansung dengan rasulullah SAW. Jika bahkan dari agamapun ada orang yang memutuskan keluar, apalagi hanya dari parpol semisal PKS. It is not a big deal sekali lagi. Saya tahu ada satu dua ustadz mantan pendiri PK yang 'berijtihad' untuk say good bye pada partai ini, namun pada saat yang sama ada ratusan atau mungkin ribuan ustadz yang tetap setia dan Insyallah terus 'menjaga' kapal dakwah bernama PKS ini agar tetap on the right track.Asumsi sederhananya, tidak mungkin 99 orang majlis syuro atau para asaatidz di dewan syariat yang memiliki pemahaman syariat yang baik akan membiarkan atau malah bersepakat berbuat maksiat atau melakukan sesuatu yang menabrak prinsip-prinsip syariat.

Memimpin Indonesia

Melihat karakter PKS yang unik, saya optimis bahwa partai ini akan terus membesar. Bukan tak mungkin, para kader partai inilah yang akan dominan mewarnai dinamika kepemimpinan nasional kita pada masa yang akan datang. Formula sederhananya, jika ingin melihat kepemimpinan Indonesia sepuluh tahun yang akan datang, maka lihatlah kepemimpinan lembaga kemahasiswaan di berbagai kampus hari ini.

Dulu kita bisa melihat bagaimana para kader HMI menguasai banyak lembaga kemahasiswaan di kampus pada era 80-an dan 90an awal. Sekitar sepuluh tahun kemudiaan, merekalah yang dominan mewarnai kepemimpinan nasional kita 10 tahun belakangan (anda bisa melihat fenomena ini dengan memperhatikan beragam tokoh yang mengunjungi Anas Urbaningrum dulu setelah menjadi tersangka, atau ketika Anas membuat PPI setelah itu - mereka adalah para kader HMI yang tersebar di banyak posisi).

Dan jika kita kembali ke kampus dan melihat fenomena kepemimpinan lembaga mahasiswa hari ini, suka atau tidak, anda akan menemukan bahwa mayoritas lembaga kemahasiswaan kampus itu, baik yang di Jawa maupun di luar Jawa, cukup banyak 'dikuasai' oleh para mahasiswa yang berideologi kanan, seperti PKS. Sejak pertengahan tahun 1990an, para mahasiswa yang secara ideologi berafiliasi dengan PKS ini berhasil menggeser dominasi aktivis HMI. Karenanya, sekali lagi, bukan tak mungkin, merekalah yang akan menjadi pemimpinan nasional lima atau sepuluh tahun yang akan datang.

Banyak memang yang meragukan bahwa cita-cita PKS untuk masuk tiga besar pada pemilu 2014 hanyalah impian belaka. Tapi seperti saya katakan, jutaan kader mereka terus bekerja dalam senyap. Ada yang dengan sinis bilang, ini tidak zamannya lagi memilih partai, tapi memilih tokoh. Iya, saya setuju. Saya bicara PKS di sini tidaklah dalam konteks PKS sebagai kardus kosong yang berisi 'hantu blau', tapi PKS sebagai kumpulan manusia dengan semua prestasi dan keunikan jutaan kadernya.

Tentu kita berharap bahwa jika memang PKS ditakdirkan menjadi pemimpin nasional, mereka bisa menjadi pemimpin yang amanah, yang membawa Indonesia menjadi lebih baik. Kita juga berharap bahwa PKS bisa memahami Indonesia yang plural. Jati diri Indonesia adalah keberagaman itu senidri. Karenanya, dalam mengelola negara dan pemerintahan PKS harus bisa menjalin kerjasama dengan semua golongan, termasuk dengan kelompok sekuler dan nasionalis. Indonesia yang majemuk tidak bisa dikelola oleh salah satu kelompok saja. Sekali lagi, PKS harus bisa bekerjasama dengan semua kekuatan bangsa dan bekerja untuk kepentingan semua golongan, tidak untuk kepentingan sempit kelompok tertentu, apalagi hanya untuk golongan PKS. Waktunya bagi PKS untuk memperkenalkan praktek Islam sebagai rahmatan lil alamin itu di lapangan, tidak hanya dikhutbahkan dari mimbar kajian para ustadz selama ini. Wallahu'alam.

__
sumber: Kompasiana





Golongan Putih atau Hitam

Posted: 04 Mar 2014 04:28 PM PST


Oleh Asma Nadia

Menjelang pemilu mulai banyak yang menyebarkan ide untuk menjadi golput atau secara terbuka menyatakan diri akan golput. Golput atau golongan putih dikenal sebagai sebutan untuk warga negara yang sengaja menolak memilih dalam pemilu, sekalipun mempunyai hak pilih.

Ada yang menggelitik saya ketika mendengar lagi kata golput terutama mengacu pada singkatannya. Jika mereka yang menolak menggunakan hak pilih dalam pemilihan umum disebut golongan putih, apakah berarti mereka yang memilih dalam pemilihan umum kemudian menjadi golongan hitam? Bukankah putih sering dianggap sebagai kebalikan hitam? Bukankah putih selalu identik dengan kesucian, kebaikan, dan kebenaran? Lalu mengapa yang tidak memilih malah dianggap kelompok putih? Kalau mau tetap menggunakan warna, menurut saya, putih bukan warna yang tepat.

Saya pribadi selalu berusaha untuk memilih dalam pemilihan umum yang merupakan bentuk partisipasi minimal bagi warga negara dalam perubahan negeri. Jika setiap pemilih disebut sebagai golongan hitam, saya keberatan. Kadang terpikir, mengapa tidak kita sebut saja mereka yang tidak memilih dengan golongan hitam? Beri singkatan baru, golhit atau goltam. Tapi kalau kategori warna tidak cocok, ada beberapa usulan.

Pertama golmal atau golas kependekan dari golongan malas karena orang yang memilih untuk tidak memilih dalam pemilu sebenarnya malas. Bukan malas datang ke tempat pemilihan umum (TPU), tapi malas untuk meluangkan waktu mencari tahu siapa di antara semua kandidat yang ada yang bisa benar-benar atau lebih baik dalam memperjuangkan aspirasi rakyat. Mereka mengambil langkah mudah menyamaratakan semua kandidat tak layak.

Saya percaya masih ada politisi yang baik, yang masuk ke politik untuk berjuang bukan memperkaya diri dan ego. Untuk mengetahui mana yang baik mana yang busuk, kita harus mencari tahu, pelajari, bukannya malas mencari tahu dan memilih abstain.

Atau bisa juga mereka kita sebut golpra alias golongan prasangka. Sengaja tidak memilih sebab beranggapan atau memukul rata semua politisi adalah busuk. Prasangka atau sikap menghakimi yang dikombinasikan dengan malas tentu saja merupakan komposisi yang buruk.

Bagaimana dengan sebutan golau? Golongan galau. Mereka tidak suka politisi dan perkembangan politik, tetapi memutuskan tidak memiliki andil untuk memperbaikinya. Hanya bisa sumpah serapah, mengeluh resah, tapi tidak bersedia terlibat bahkan sekadar memilih. Saya bukan tidak menyadari, situasi politik saat ini yang semrawut dan penuh kebusukan. Namun, selamanya tidak akan terjadi perubahan ke arah kebaikan jika kita memutuskan tidak melakukan apa-apa. Bangsa ini perlu solusi untuk memperbaikinya dan solusinya tentu saja bukan berlari atau menghilang seperti pengecut.

Salah satu solusinya, orang baik harus masuk politik. Kalaupun tidak mau, maka orang baik harus memilih orang baik lain yang mau berkorban masuk ke dalam politik. Yang membuat saya terusik adalah sebagian besar mereka yang dengan kesadaran memutuskan tidak memilih justru para intelektual, orang cerdas yang berpendirian dan berpihak pada kebenaran serta pro perubahan.

Apa jadinya jika warga negara berkualitas memilih tidak berperan dalam pemilu? Indonesia tercinta justru akan kehilangan banyak suara orang yang peduli dan berilmu. Mereka yang peduli harus bersatu hingga suara pro kebaikan lebih banyak, mengalahkan suara mereka yang plin plan, pemilih baru yang lugu, atau pemilih yang asal-asalan yang bisa dibayar.

Jika tidak, pemilu hanya menghasilkan kandidat abal-abal: tidak berkualitas, sibuk memperkaya diri, dan ujung-ujungnya tersangkut korupsi atau pasif dan keberadaannya tidak memberikan angin positif bagi negeri.

Satu hal, sekalipun golongan yang tidak memilih banyak jumlahnya, pemilu tetap berjalan dan hasilnya tetap sah. Jadi kalau kandidat abal-abal tadi yang terpilih, masyarakat yang tidak memilih jelas ikut bertanggung jawab.

Mumpung masih ada waktu, mari luangkan untuk mencari kandidat terbaik yang ada. Jangan sia-siakan kesempatan hanya karena prasangka, malas, dan galau. Jangan jadikan diri golongan hitam, golongan malas, golongan prasangka atau golongan galau. Pun jika akhirnya memutuskan tidak memilih, jangan lupa tetap mendaftar dan mengisi data agar nama sendiri tidak dimanipulasi atau dipakai untuk kepentingan politik busuk. Pemilihan umum adalah pilihan, pilih dengan hati dan wawasan.[]

*ROL

Anis Matta: Denyut Kemenangan Itu Makin Terasa!

Posted: 04 Mar 2014 03:30 PM PST


Anis Matta mengungkap optimismenya di hadapan 1500 kader dan simpatisan yang menghadiri Apel Siaga Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Bogor, Sabtu (1/3), di SKI Katalumpa, Bogor.

"Saya telah keliling Indonesia, dan di seluruh DPW PKS yang saya kunjungi, saya mencium aroma kemenangan. Ketika bergerak di lapangan, kita juga merasakan bahwa denyut kemenangan itu semakin terasa. Tanda kemenangan itu semakin jelas karena selama setahun ini kita telah membuat tonggak-tonggak kemenangan di beberapa wilayah," ungkapnya.

Tonggak-tonggak kemenangan itu, menurut Anis, berupa capaian-capaian positif di beberapa pilkada di Indonesia. Selain merebut kursi gubernur di beberapa provinsi besar di Indonesia, PKS juga memenangi banyak pilkada di tingkat kabupaten dan kota.

"Selama setahun ini, kita mendapat tiga tambahan gubernur. Tiga minggu setelah musibah yang menimpa PKS, kita memenangi pilkada Jawa Barat. Selang lima minggu setelah musibah itu, kita menang di pilkada Sumatera Utara. Baru-baru ini juga kita menang di pilkada Sulawesi Utara. Kita juga mencetak kemenangan di banyak pilkada tingkat kota dan kabupaten. Kemenangan-kemenangan inilah yang kelak dalam sejarah Indonesia akan dicatat sebagai tonggak kemenangan PKS," rincinya.

Dengan kemenangan-kemenangan itu, Anis menyemangati kader dan simpatisan PKS untuk mencetak kemenangan yang lebih besar. "Jika dalam waktu lima minggu dari musibah itu PKS bisa menang di dua pilkada, maka setelah setahun musibah itu berlalu, PKS akan memiliki persiapan yang lebih baik dari sebelumnya untuk memenangi pemilu legislatif," katanya.

Dalam acara yang berlangsung sekitar tiga jam ini, Anis juga memastikan bahwa mesin PKS bekerja dengan baik. Salah satu tandanya adalah terciptanya harmoni antara masyarakat dan kader-kader PKS di seluruh Indonesia.

"Apel Siaga ini untuk memastikan bahwa seluruh kader, aleg, dan struktur PKS bekerja secara maksimal. Sejauh ini mesin PKS bekerja dengan sangat bagus. Kita juga diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Mudah-mudahan, insya Allah, target tiga besar pada pemilu legislatif akan kita capai," pungkasnya, optimis. (DLS/MFS/anismatta.net)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar