Selasa, 04 Maret 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


"Yang Lebih Menakjubkan dari Mukjizat" | Oleh Salim A. Fillah

Posted: 04 Mar 2014 03:00 PM PST


Pada hari-hari itu, sebagaimana diceritakan oleh Jabir ibn 'Abdillah Radhiyallahu 'Anh, jatah makan untuk setiap penggali Khandaq di kota Madinah adalah sebutir kurma, seteguk air, dan tepung yang diadoni minyak panas. Seberapa banyak tepung itu? "Jika tangan kami terbasuh air kemudian dimasukkan ke dalam kantung persediaan tepung", ujar Jabir, "Maka tepung yang menempel di telapak yang basah itulah jatah makan sehari kami."

Tentu saja, sebab terbayangkan bahwa pengepungan pasukan Quraisy dan sekutunya akan berlangsung lama.

Dan para sahabat kian merasa malu ketika Sang Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang turut bekerja bersama mereka sejak di hari pertama mengangkat beliungnya untuk menghantam batu terkeras yang mereka temukan. "Allahu Akbar", beliau bertakbir, mengabarkan akan sampainya Islam dan kaum muslimin ke Syam, Persia, dan Yaman. Selain iman yang semakin terukir lagi berkibar, di benak para sahabat tersisa rasa getir yang menggeletar.

Ada dua batu di sana. Terselempit di sela sabuk celana Rasulullah yang mengganjal perutnya. Aduhai, bagaimana tak terbit airmata. Kekasih Allah yang paling mulia, lebih lapar dibandingkan seluruh sahabatnya. Dia ada bersama, dalam suka dan duka. Dia turut bekerja, tak ingin istimewa. "Seandainya kami duduk saja sementara Sang Rasul bekerja", demikian senandung orang-orang Anshar yang lalu dinasyidkan semua, "Jadilah ia bagi kami hal yang membawa sesat selamanya."

Tibalah hari itu, ketika Jabir ibn 'Abdillah pulang dengan air mata menggenangi pelupuk dan dada sesak. "Wahai istriku", panggilnya, "Demi Allah, apakah yang masih engkau miliki? Demi Allah, aku tak tega melihat rasa lapar yang menyiksa Rasulullah. Andai selain beliau, pasti sudah tak sanggup menahannya!"

"Hanya ada seekor anak kambing", jawab sang istri gugup, "Dan segenggam tepung kasar di persediaan kita".

"Keluarkanlah semua. Aku akan menyembelih dan menguliti anak kambing itu. Kau adonilah tepungnya menjadi roti."

Ketika akhirnya masakan itu siap, Jabir pun mendatangi Sang Nabi dengan mengendap-endap. "Ya Rasulallah", bisiknya kemudian, "Ada sekedar roti dan sedikit daging di rumah kami. Berkenanlah untuk sejenak datang dan menyantapnya."

Beliau tersenyum dan mengangguk. Dipanggillah seseorang dan diperintahkan untuk mengumumkan kepada semua penggali parit, "Semuanya, datanglah ke rumah Jabir untuk makan bersama!" Betapa gugupnya Jabir melihat itu. "Aduhai celaka", batinnya panik, "Aku hanya meminta beliau untuk bersantap tapi beliau mengajak seluruh Muhajirin dan Anshar!" Tapi Rasulullah tersenyum padanya, menepuk bahunya, dan menggamit lengannya. Tak bisa tidak Jabir hanya bergumam, "Demikian inilah Rasulullah!"

"Jangan kalian buka penutup wadahnya", ujar Sang Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau juga meminta kedua suami istri yang saling berpandangan dengan khawatir itu untuk sejenak menyingkir. Kemudian beliaupun berdoa dan memohon berkah atas hidangan itu. "Masuklah rombongan berrombongan dan jangan berdesakan", perintah beliau kepada seluruh hadirin.

Kelompok demi kelompok mereka masuk, sedangkan Nabi mengambilkan roti dan menuangkan masakan daging ke atasnya. Beliau berkhidmah pada semua sahabatnya, satu demi satu, hingga yang terakhir. Padahal penggali parit dalam Perang Ahzab, kira-kira 3000 jumlahnya. Semuanya makan, semua merasa kenyang, dan puas. Tiba giliran Jabir dan istrinya, dan Rasulullah masih melayani mereka, baru sesudahnya beliau makan dengan penuh kesyukuran. Beliau mengucap terimakasih pada keduanya dan mendoakan kebaikan, lalu beranjak.

"Demi Allah", ujar Jabir, "Ketika kuperiksa wadah makanan kami, roti maupun dagingnya masih utuh seperti semula."

Mu'jizat ini mengagumkan. Tapi apa yang dilakukan Rasulullah dengan menjaga kebersamaan dalam suka dan duka, terlebih lagi bagaimana beliau melayani para sahabat dengan tangannya sendiri adalah lebih menakjubkan. Inilah Nabi, penghulu alam semesta. Maka beliaupun menjadi pelayan yang paling rendah hati bagi sesama.

Hatta kelak di akhirat, di perjalanan seluruh manusia antara kebangkitan dan penghimpunan, beliau akan bersiaga di tepi sebuah telaga yang lebih harum dari kasturi. Beliau menyambut ummatnya, melayani mereka minum dari airnya yang lembut dari susu, lebih manis dari madu, dan lebih sejuk dari salju. Tapi wajahnya mendung tiap kali beberapa manusia dihalau dari Al Kautsar. "Ya Rabbi", serunya sendu, "Mereka bagian dariku! Mereka ummatku!"

Ada suara menjawab, "Engkau tak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu!"

Telaga itu sebentang Ailah di Syam hingga Shan'a di Yaman. Di sisinya ada gelas kemilau sebanyak bilangan gemintang. Dan inilah Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, sang pelayan yang paling menakjubkan.


*by Salim A. Fillah

___
termuat dalam UMMI, Februari 2014


"Jangan Pilih PKS !" Ketika Haters Jadi Lovers

Posted: 04 Mar 2014 04:10 AM PST


Oleh: Mustofa B. Nahrawardaya

Jangan Pilih PKS !

AJAKAN ini sudah saya dengar dari tetangga, kerabat, teman kerja, hingga tukang ojek, sejak 2004 silam. Alhasil, saya pun akhirnya menjadi orang yang paling benci dengan PKS (Partai Keadilan Sejahtera).

Pada tahun itu, kesibukan kerja saya hanya berkutat antara Surabaya-Jakarta, dan sesekali ke Klaten -- menengok orangtua dan tiga kakak saya yang memang ada di kota tanah kelahiran saya itu.

Apalagi kalau sedang di Klaten, maka ajakan menghindari Partai yang logonya didominasi warna putih, hitam dan kuning ini semakin kencang. Bahkan nyaris tidak saya lihat bendera PKS selama saya di pedalaman Klaten.

Sepanjang perjalanan dan perkampungan, pada setiap menjelang Pemilu, yang banyak saya lihat adalah bendera berwarna merah, khas dengan kepala bantengnya.

Ajakan semacam itu, bertambah santer ketika di pojok-pojok kampung saya banyak anak-anak muda pengangguran nongkrong sambil main kartu.

Merekalah  penyambung ajakan yang paling dahsyat yang menyebar luaskan ajakan tersebut kepada anak-anak muda lainnya. Anak muda yang tidak tahu menahu seperti saya, banyak yang ikut-ikutan. Siapa anak-anak muda ini?

Anak-anak muda ini adalah lulusan SD hingga SMA yang tidak bisa bekerja, dan menunggu "kode" dari saudara-saudaranya di Jakarta yang rata-rata bekerja secara turun temurun sebagai penjual es puter dan tukang bangunan.

Gerombolan ini sudah ada sejak saya kecil. Biasanya, setelah Idul Fitri atau setelah Lebaran, mereka akan diajak ke Jakarta untuk menjadi penjual es puter dan juga tukang bangunan seperti senior-senior mereka.

Yang sering terjadi, para pemuda ini jika pulang ke kampung saat menjelang Lebaran, bukannya menjadi teladan yang baik, namun sebagian dari mereka malah mengajarkan kepada para pengangguran di kampung untuk nongkrong dan main kartu.

Bahkan sebagian lagi tidak punya rasa malu melakukan aksi mabuk-mabukan semalaman di dekat masjid. Botol-botol miras bergelimpangan saat pagi harinya. Kegiatan ini sudah saya lihat sejak saya kecil.

Untungnya, kata orang kampung saya agak  berbeda dengan remaja kebanyakan. Sejak SD saya memang merasa  tidak nyaman berkelompok dengan mereka. Saya lebih suka angon wedhus (memelihara kambing) di ladang, atau ikut orangtua menggarap tanam-tanaman ladang serta mengurusi kebun kelapa serta menjualnya hasilnya di pasar kota. Bersama kakak-kakak serta Bapak, biasanya sehabis subuh kami bersama berangkat ke pasar kota untuk mengantar kelapa-kelapa dan hasil ladang setiap harinya mengggunakan sepeda ontel tua. Keluarga kami adalah petani kelapa.

Botol Miras Bergelimpangan di Dekat Masjid

Saya tidak tahu. Apakah mungkin ada kesengajaan dari orangtua kami untuk menghabiskan waktu-waktu bersama mereka agar tidak bertemu dengan teman-teman yang suka nongkrong di dekat masjid kampung tersebut.

Saya sendiri tahu adanya botol miras bergelimpangan di dekat masjid, juga karena aktifitas orangtua yang kebanyakan di masjid, maka mau tidak mau saya juga terbawa kebiasaannya dengan mengikutinya ke masjid setiap masuk waktu shalat.

Kebetulan kebun-kebun milik keluarga berada di sekitaran masjid sehingga saat panen kelapa dan istirahat dan shalat menuju masjid, selalu melewati tumpukan botol-botol yang sudah kosong isinya itu.

Saya tidak ingat, apakah orangtua memasukkan saya di SMP Muhammadiyah 1 setelah lulus SD, juga karena adanya rasa khawatir orangtua akan bertemunya saya dengan anak-anak kampung  tersebut.

Yang jelas setelah lulus SD, saya dimasukkan ke Sekolah Muhammadiyah favorit di Klaten, dan saya tidak berani bertanya. Saat saya kecil, memang masih banyak yang meyakini bahwa sekolah tinggi juga susah mencari pekerjaan.

Oleh karena itu,  kata mereka, daripada percuma sekolah biasanya para tetangga memilih "menyekolahkan" anak-anak mereka ke Jakarta sebagai penjual es puter dan tukang bangunan.  Jarang yang sekolah tinggi. Kalaupun ada, kebanyakan hanya sampai SMP. Kalau beruntung, ada yang sekolah di SMA/STM/SMEA.

Dari ratusan keluarga, hanya beberapa yang mau menyekolahkan anaknya hingga ke Perguruan Tinggi. Salahsatunya keluarga saya.  Setelah SMP Muhammadiyah 1 Klaten, saya pun akhirnya meneruskan "ngaji" ke SMA Muhammadiyah 1 Klaten.

Di sekolah ini, selain menjadi Ketua OSIS, saya juga terpilih sebagai Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Klaten dalam Musyda (Musyawarah Daerah) IPM Klaten.

Sayangnya, saya harus meninggalkan kota kelahiran saya ini, karena harus meneruskan kuliah
dan bekerja Surabaya-Jakarta lebih dari 20 tahun lamanya sampai saat ini.

Tahun 2006, saya bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah dan belasan tokoh lain ikut membidani lahirnya pengajian terbatas berlokasi di samping rumah dinas Gubernur DKI, yang hanya diikuti oleh kalangan wartawan, artis, pengusaha, serta profesi unik lainnya misalnya pelawak, budayawan, dan lain sebagainya. Dari komunitas ini, tanpa diduga, saya akhirnya justru lebih banyak bertemu tokoh-tokoh yang ngefans PKS. Diam-diam, sebagian artis-artis yang ikut pengajian ternyata banyak ngefans ke PKS. Hebatnya, mereka tidak terganggu oleh propaganda anti PKS yang tetap ada di mana-mana. Termasuk dari saya.

Akan tetapi jika melihat kehidupan para artis yang ngefans ke PKS, saya akhirnya jadi penasaran, kenapa mereka mau saja aktif dan membantu aktifitas parpol itu, bahkan mau menjadi ikon beberapa programnya? Di beberapa televisi, saat itu memang banyak iklan sosial dari PKS, dan sebagian artis yang nongol di TV tersebut adalah kawan-kawan saya di pengajian. Meski begitu, saya tetap saja membenci.

Rancu, Sok Kerja dan Terlalu Percaya Diri

Partai ini menurut saya, banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang rancu, sok kerja, dan terlalu percaya diri. Boleh saya bilang, overacting, Bagaimana tidak? Di mana-mana mereka sok bangga mengenakan atribut PKS. Shalat pakai kaos PKS. Orang ngaji, kaos PKS. Orang gotong-royong, kaos PKS.

Bahkan sepakbola juga pakai kaos PKS. Anehnya, para PKS lovers itu tampaknya tidak risih mengenakan kaosnya meski tidak dalam masa kampanye. Kondisi itu jelas berbeda jauh misalnya, ketika saya tanyakan kepada warga yang katanya hanya mengenakan kaos pemberian Partai lain, sekedar kalau hanya mendekati kampanye saja. Kondisi itu jelas menambah kebencian saja. Saya pikir, PKS lovers ini terlalu fanatik.

"Sialnya", beberapa kali kegiatan sosial yang saya lakukan di pinggiran Jakarta serta beberapa kota kecil di daerah bersama komunitas, malah saya selalu bertemu dengan relawan PKS di lokasi. Setiap penyerahan bantuan, di sana banyak relawan PKS bersama warga.

Pemandangan ini jelas menjengkelkan. Karena saya pikir kegiatan sosial ini jadi mirip ditunggangi Parpol, maka kemudian saya mencoba mencari lokasi lain yang tidak ada relawan PKS-nya. Sayang, tak pernah menemukan. Dalam hati saya, kenapa semua tujuan kegiatan sosial saya, selalu bertemu dengan relawan PKS?

Bahkan para artis yang ikut kegiatan sosial juga heran, kenapa lokasi-lokasi yang saya sendiri memilihnya--dipilih oleh pembenci PKS, ternyata akhirnya juga di sanalah berkumpul para relawan PKS. Saya menyerah. Saya menyerah.  Pokoknya menyerahkan bantuan ya diserahkan saja. Gak peduli mau ada PKS atau tidak. Saya akui, nyaris saya tak bisa menghindari dari para relawan PKS yang bangga dengan kaos lengan panjangnya itu.

Benci Jadi Cinta

Tahun 2007, ketika banjir besar melanda Jakarta, titik kebencian saya kepada PKS mencapai titik kulminasinya. Maaf, lebih tepatnya, mulai surut. Saat itu, rumah keluarga kami di Jakarta Barat tenggelam. Lagi-lagi, relawan PKS memenuhi sudut perumahan. Perahu karet, perahu darurat, baju bekas dan bantuan makanan, banyak disuplai oleh mereka.

Yang membedakan dari yang lain, relawan-relawan ini begitu santun dan cepat dalam mengambil tindakan, dan tahu harus melakukan apa ketika melihat korban bergelantungan di teras-teras rumah, ketika korban ingin menyelamatkan harta bendanya. Persis apa yang dilakukan petugas penyelamat di film Titanic, para relawan itu berteriak-teriak ke semua rumah, memastikan apakah ada korban yang perlu ditolong...

Ajakan itu, malah membalik kebencian saya menjadi cinta. Betapa hebatnya...

*) Mustofa B. Nahrawardaya, saat ini menjadi Caleg PKS DPR RI Jateng V

___
sumber: http://www.tribunnews.com/tribunners/2014/03/04/jangan-pilih-pks


Trailer Super Keren Apel Siaga PKS Bandung Bersama Kang Ridwan Kamil

Posted: 04 Mar 2014 04:04 AM PST


Ini video super keren dan backsoundnya super asyik. "Kobarkan Semangat Indonesia" by Shoutul Harakah. Suwer! lagunya asli keren banget. T-O-P-B-G-T.



LINK VIDEO: http://www.youtube.com/watch?v=qmMmS7J2VWU&feature=youtu.be

LINK MP3 Soundtrack:


LBH Adil Sejahtera Dampingi TKW Korban Trafficking

Posted: 03 Mar 2014 11:13 PM PST


Jakarta - Lembaga Bantuan Hukum Adil Sejahtera (LBH AS) didatangi keluarga korban trafficking (perdagangan orang), korban berinisial N yang saat ini usianya 21 tahun dimana ayahnya telah meninggal dunia, Senin (3/3) di Kemayoran Jakarta Pusat.

Paman korban yang mewakilinya datang ke Kantor LBH Adil Sejahtera disertakan dengan bukti-bukti yang berkaitan dengan korban. Kasus ini berawal saat korban ditawarkan pekerjaan di salah satu perusahaan di Malaysia dengan gaji yang besar oleh salah seorang wanita yang biasa di panggil 'Tante' (belum diketahui identitas sesungguhnya) yang bertempat tinggal dekat dengan nenek korban. Demikian disampaikan Sekretaris LBH Adil Sejahtera Arah Madani saat menemui paman korban.

Lebih jauh Arah menyampaikan, saat itu korban masih tinggal serumah dengan neneknya, karena iming-iming dari Tante tersebutlah maka korban difasilitasi untuk membuat paspor dan berangkat ke Malaysia, "Di Malaysia korban tidak ditempatkan di Perusahaan sebagaimana janji Tante ketika di Indonesia, justru saat ini korban ditempatkan disalah satu tempat hiburan malam di Malaysia," ungkapnya.

Hal ini diketahui keluarga dari telpon korban dari Malaysia, yang mana setiap hari korban diintimidasi dan selalu menangis, paspor ditahan dan memiliki hutang yang sangat besar dimana korban tidak pernah tahu bagaimana hutang itu bisa ada, "Saat keluarga korban berkonsultasi dengan salah satu Advokat LBH Adil Sejahtera dan berusaha menghubungi korban yang masih berada di Malaysia, terdengar dalam percakapan tersebut korban menangis tidak henti-hentinya dan meminta agar bisa segera bisa pulang ke Indonesia," tutur Arah.

Dalam penerimaan perkara perdagangan orang ini keluarga menaruh harapan besar kepada LBH Adil Sejahtera agar dapat membantu keluarga dalam melakukan Advokasi kepada korban, yang mana keluarga sudah berusaha untuk melaporkan permasalahannya kepada Pemerintah namun tidak ada kejelasan bahkan terkesan diabaikan, "Besar harapan saya, agar keponakan saya dapat segera di bawa pulang oleh LBH Adil Sejahtera dengan selamat, karena kepada siapa lagi kami harus mengadu permasalahan kami ini kalau bukan kepada LBH Adil Sejahtera," ungkap Paman korban lirih.

Dari bukti yang ada sudah jelas dan terang, menurut Arah, korban adalah korban Perdagangan Orang dan LBH AS sebagai sebuah Lembaga Bantuan Hukum sudah barang tentu akan memberikan bantuan hukum yang optimal dan maksimal, "Bahkan apabila tidak ada halangan LBH Adil Sejahtera akan langsung menjemput korban ke Malaysia dalam waktu dekat ini," pungkasnya.


*Kontak :
Sekretaris LBH Adil Sejahtera
Arah Madani, SH – 0858 83376011


Warga Karangmoncol Inginkan PKS Menang

Posted: 03 Mar 2014 07:11 PM PST


"Saya sangat senang sekali dengan acara pengobatan gratis ini, terima kasih kepada PKS. Keinginan saya semoga PKS menang pada Pemilu 2014 ini," ujar Sutarso.

PURBALINGGA - Ratusan warga Desa Rajawana Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga antusias mendatangi kediaman bapak Syafrin untuk mengikuti pengobatan Gratis yang diadakan Dewan Pengurus Daerah Partai Keadilan Sejahtera (DPD PKS) Kabupaten Purbalingga, Minggu (2/3/2014).

Pengobatan gratis ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu. "PKS ingin membantu masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik," ujar Epi Astuti selaku ketua pelaksana kegiatan.
               
"Acara pengobatan gratis ini juga dimeriahkan dengan pembagian door prize untuk warga yang hadir, sehingga kegiatannya lebih meriah,"  imbuh Epi Astuti yang juga merupakan Calon  Anggota Legislatif dari PKS untuk DPRD Kabupaten Purbalingga Daerah Pemilihan 1.

Menurut Ketua RT 18B RW 6 Desa Rajawana, bapak Sutarto pengobatan gratis seperti ini sangat dinantikan oleh warga, sehingga warga sangat antusias untuk datang.
               
"Terimaksih pada PKS terutama Ibu Epi yang telah mengadakan pengobatan gratis ini, saya berharap kegiatan ini bisa dilaksanakan secara rutin, tidak hanya saat-saat pemilu saja," tambah Sutarto.

Pengobatan gratis diawali dengan pendaftaran warga. Selanjutnya warga  diperiksa tensi darahnya. Setelah itu warga menunggu panggilan untuk pemeriksaan oleh dokter yang bertugas. Terakhir, warga diberikan resep obat yang bisa diambil di meja petugas lainnya.
               
Warga terlihat sangat antusias, terlihat dari jumlah peserta yang datang. Selain itu warga yang datang bukan hanya dari RT 18B RW 6 namun juga dari wilayah desa Rajawana yang lain.

"Saya sangat senang sekali dengan acara pengobatan gratis ini, terima kasih kepada PKS. Keinginan saya semoga PKS menang pada Pemilu 2014 ini," ujar Sutarso, salah seorang warga yang ikut dalam pengobatan gratis  tersebut. (ef-13)


Ledia Hanifa: Biaya Haji tahun 2014 Turun

Posted: 03 Mar 2014 06:10 PM PST


Komisi VIII DPR RI menyepakati bahwa Biaya Penyelenggaraan Ibadah haji (BPIH) tahun 1435 atau tahun 2014 ini turun sekitar 300 USD.  Penurunan BPIH ini disebutkan oleh Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ledia Hanifa karena beberapa komponen BPIH bisa diefisienkan.

"Dalam setiap rapat pembahasan BPIH, kami selalu menekankan kepada pemerintah bagaimana caranya bisa membuat efisiensi biaya haji ini tanpa mengurangi kualitas pelayanan kepada jamaah. Itu sebabnya kami juga selalu mendorong pemerintah untuk lebih kuat dalam melakukan negosiasi soal biaya-biaya terkait pihak ketiga seperti biaya penerbangan, sewa pemondokan juga catering," ujar politisi PKS ini dalam rilis-nya ke redaksi hidayatullah.com.

Sebelumnya, pemerintah sempat mengusulkan kenaikan Biaya Penyelenggaraan Ibadah haji (BPIH) tahun 2014 menjadi 50 juta rupiah dan berencana menaikkan biaya awal setoran haji, pada akhirnya pembahasan BPIH tahun 2014 antara pemerintah dengan

Bila  tahun lalu BPIH ditetapkan pada angka USD3,527 (asumsi 1 USD=9600 rupiah) maka pada tahun ini BPIH ditetapkan menjadi  3219 USD dengan asumsi 1 USD= Rp. 10.500 yang akan digunakan untuk alokasi biaya tiket penerbangan, pemondokan di Makkah dan living allowance selama berhaji bagi jamaah.

Selain itu, masih ada kabar baik berikutnya bagi jamaah haji Indonesia. Mulai tahun ini biaya Dam  bagi pelaku haji tamattu (yang selama ini dipilih sebagian besar jamaah haji asal Indonesia) kini termasuk dalam biaya yang dicover komponen biaya indirect cost.

"Dana bagi hasil uang setoran jamaah yang terkumpul selama ini kan sangat besar. Karena bersumber dari kumpulan uang jamaah sudah semestinya pemanfaatan bagi hasil uang setoran jamaah ini juga harus dimaksimalkan untuk kembali sebesar-besarnya kepada jamaah lagi. Maka kami juga menyepakati bahwa mulai tahun ini, bagi hasil uang setoran jamaah yang biasa kita sebut sebagai komponen indirect cost, dipergunakan diantaranya untuk transportasi, pemondokan di madinah, konsumsi di madinah dan armina serta untuk bayar dam haji tamattu," jelas Ledia.

Dengan demikian kini jamaah haji tak perlu lagi mengeluarkan uang tambahan untuk membayar Dam yang kisarannya bisa mencapai angka SAR 475 atau sekitar 1juta 400 ribu rupiah.

Pengelolaannya pun berbeda. Bila pada tahun-tahun lalu jamaah mengeluarkan uang sendiri dan mencari hewan sendiri maka kini, biaya Dam diserahkan secara kolektif kepada Islamic Development Bank untuk kemudian pemotongan hewannya dikelola pula secara kolektif.

"Tentu saja jamaah diuntungkan karena selain tidak harus keluar biaya tambahan, tidak pusing mencari hewan sendiri sistem ini juga akan menghindari jamaah dari kemungkinan dikelabui oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang selama ini kerap menimpa jamaah Indonesia. Misalnya mendapat hewan sembelihan yang tak cukup syarat atau bahkan uang diterima tapi hewan tak disembelih," kata Ledia lagi. (hidayatullah)


PKS: The media darlings

Posted: 03 Mar 2014 05:05 PM PST


Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh sebuah perusahaan media monitoring Awesometric menunjukkan bahwa Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) adalah partai politik yang paling disebutkan (the most mentioned) di berbagai media antara 27 Januari sampai 26 Februari 2014.

Berdasarkan rilis yang diterima The Jakarta Post, PKS disebutkan lebih dari 213.000 kali pada arus utama dan media sosial selama periode satu bulan. Tempat kedua adalah Partai Demokrat dengan 203.247, disusul oleh Partai Golkar, Gerindra dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI - P).

Namun, dalam hal media mainstream, Partai Demokrat adalah yang paling dilaporkan dengan 25.500 menyebutkan dalam artikel, dibuntuti oleh Golkar dengan 13.500 menyebutkan, PDI - P ( 9.400 ), PKS ( 9.043 ) dan Gerindra ( 7.000 ).

Pada media sosial , termasuk Twitter dan Facebook , PKS adalah partai yang paling disebutkan dengan 206.600 menyebutkan di Twitter dan 3.200 di Facebook.

Partai Demokrat menduduki posisi kedua dengan 175.600 menyebutkan di Twitter dan 2.100 di Facebook. Sementara itu, dari lima partai lain yang termasuk dalam survei, Gerindra memiliki paling menyebutkan di Facebook dengan 4.200 menyebutkan .

Survei tersebut juga menunjukkan bahwa situs berita nasional.kompas.com memiliki paling artikel menyebutkan PDI - P dengan 873 menyebutkan , sementara Partai Demokrat disebut-sebut yang paling oleh tribunnews.com ( Tribun Berita ) dan rmol.co ( Rakyat Merdeka ) dengan 1.448 dan 1.173 menyebutkan masing-masing.

***
(Artikel diatas versi Google Translate dari versi English artikel di The Jakarta Post dengan judul "PKS: The media darlings". Berikut ini artikel aslinya....)


PKS: The media darlings

A recent survey conducted by a media monitoring company Awesometric shows that the Prosperous Justice Party (PKS) was the most mentioned political party in various media between January 27 and February 26.

Based on a release made available to The Jakarta Post the PKS was mentioned more than 213,000 times on mainstream and social media during the one-month period. Second place is the Democratic Party with 203,247, followed by the Golkar Party, Gerindra and the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P).

However, in terms of mainstream media, the Democratic Party was the most reported with 25,500 mentions in articles, tailed by Golkar with 13,500 mentions, PDI-P (9,400), PKS (9,043) and Gerindra (7,000).

On social media, including Twitter and Facebook, the PKS was the most mentioned party with 206,600 mentions on Twitter and 3,200 on Facebook.

The Democratic Party came second with 175,600 mentions on Twitter and 2,100 on Facebook. Meanwhile, of the other five parties included in the survey, Gerindra had the most mentions on Facebook with 4,200 mentions.

The survey also showed that news site nasional.kompas.com had the most articles mentioning the PDI-P with 873 mentions, while the Democratic Party was mentioned the most by tribunnews.com (Tribun News) and rmol.co (Rakyat Merdeka) with 1,448 and 1,173 mentions respectively. (idb)

*http://www.thejakartapost.com/news/2014/02/27/pks-the-media-darlings.html


Anis Matta: PKS Tembus 2 Besar

Posted: 03 Mar 2014 04:00 PM PST

Anis Matta saat diwanwancarai wartawan di acara Apel Siaga PKS Kota Bandung (2/3/2014)

Bandung - Hari Minggu, 2 Maret 2014, Bandung kedatangan Pemimpin Muda Indonesia , Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta, dalam kegiatan apel siaga PKS. Dalam kegiatan tersebut, peserta yang hadir mencapai lima ribu orang sehingga gedung olahraga Bikasoga menjadi penuh sesak hingga keluar ruangan.

Mengambil tema Bandung Juara, PKS menargetkan posisi pertama dalam pemilu 9 April 2014 di Kota Bandung. Turut hadir Sekretaris Jenderal  PKS, Taufik Ridho, Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, Walikota Bandung, Ridwan Kamil, Wakil Walikota Bandung, Oded M. Danial, Ketua DPW PKS Jawa Barat, Tate Qomaruddin, serta sederetan Calon Anggota Legislatif untuk DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kota dari daerah pemilihan Bandung dan sekitarnya.

Pada kesempatan tersebut, Anis Matta menyampaikan pidato khasnya, pidato yang dinilai sangat motivatif bagi kader dan relawan PKS. Dalam pidatonya, beliau menuturkan bahwa kurang lebih satu pekan yang lalu, beliau bermimpi. Mimpi yang baik dan beliau suka menceritakannya. Oleh sebab itu, dengan penuh keyakinan beliau mengutarakan mimpinya di hadapan seluruh peserta apel siaga.

Beliau bermimpi mengenai hasil pemilu 2014 dimana PKS menempati posisi ke-2 terbesar di Indonesia, dengan perolehan suara sebesar 19 %, meskipun beliau tidak menyebutkan siapa posisi pertama, karena hanya berbeda 1 %. Lanjut beliau, dua hari yang lalu, beliau menerima hasil survey dari daerah pemilihan (dapil) 4 di Jawa Tengah, yang menyatakan bahwa PKS menduduki posisi ke-2 di sana. Spontan peserta mengucap takbir.

Anis Matta mengemukakan alasan beliau menceritakan mimpinya adalah dikarenakan semua hasil survey PKS di berbagai daerah menyatakan bahwa dengan menggabungkan pemilih yang belum menetapkan pilihan dan pemilih yang memiliki pilihan namun mungkin berubah, PKS akan mungkin memperoleh suara hingga 40 % bahkan 60 %. Dan akan sangat mungkin, akan ada kejutan besar di Pemilu 2014 mendatang.

Selain itu, Anis Matta juga bercerita mengenai peristiwa Nabi Nuh dan banjir bandang. Beliau mengibaratkan PKS layaknya bahtera (kapal) Nabi Nuh, yang akan siap menampung suara masyarakat dalam banjir bandang pemilu 2014, yaitu suara dari masyarakat yang belum menetapkan pilihan dan masyarakat yang telah memiliki pilihan namun masih mungkin berubah-ubah. [DF/anismatta.net]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar