Selasa, 10 Juni 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


Tanggung Jawab Atasan Prabowo Saat Menjabat Dipertanyakan

Posted: 10 Jun 2014 05:00 PM PDT


JAKARTA -- Mantan wakasad Letjen TNI Purn Suryo Prabowo mempertanyakan tanggung jawab atasan Prabowo Subianto dalam kasus penculikan yang dilakukan Kopassus pada 1998.

"Mengapa Jenderal Feisal Tanjung, Jenderal Wiranto, Jenderal Subagio HS dan Jenderal Fachrul Rozi yang merupakan atasan Langsung Letjen Prabowo kok seluruhnya melarikan diri dari tanggung jawab?" katanya dalam keterangan resmi yang diterima ROL, Selasa (10/6).

Menurutnya, Prabowo sudah bersikap ksatria dengan bertanggung jawab pada sidang DKP (Dewan Kehormatan Perwira) atas kesalahan yang dilakukan anak buahnya. Bahkan, ia sempat menyampaikan adagium yang menyatakan, 'tidak ada prajurit yang salah, yang salah adalah komandannya'.

"Seharusnya komandan atau atasan Prabowo juga ikut bertanggungjawab. Ini koq malah melarikan diri dari tanggung jawab. Bahkan dengan keji dalam DKP mereka menyampaikan 11 tuduhan," tambah dia.

Tuduhan itu antara lain, Prabowo telah menyalahgunakan wewenang dan pelanggaran prosedur. Seperti pengabaian sistem operasi dan disiplin hukum di lingkungan ABRI.

Kemudian, katanya, mereka malah menyebarkan fitnah bahwa Prabowo dipecat karena telah melakukan pelanggaran HAM berat terkait dengan tuduhan sebagai dalang peristiwa kerusuhan Mei 1998.

"Apa-apaan jenderal seperti ini? Inikan contoh tidak baik buat junior mereka di TNI karena mengajarkan untuk jadi pengecut dan penakut," ungkapnya.

Dalam pandangan Suryo, Prabowo merupakan tentara yang langka di TNI. Yaitu seorang purnawirawan yang berintegritas dan masih tetap memegang teguh Sapta Marga.

Antara lain, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan Prajurit. Prabowo juga dinilai tidak pernah mengingkari sumpah prajurit. Yakni, taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan dan memegang segala rahasia tentara sekeras-kerasnya.

Sebagai purnawirawan jenderal bintang tiga, Suryo merasakan tekanan psikis yang dahsyat terhadap Prabowo oleh para seniornya. Khususnya pada Senin (9/6) malam saat debat capres yang diselenggarakan KPU.

"Saya sangat sedih dan malu melihat para purnawirawan yang hadir dalam acara debat itu, yang tanpa malu menunjukkan kesombongannya dengan menggunakan pet bintang 4 untuk mengintimidasi Prabowo secara psikis. Saya akui bahwa mereka berhasil membuat Prabowo geram, sehingga terlihat konsentrasi Prabowo sempat terganggu saat berdebat, karena dia berupaya menahan emosinya yang dipermainkan secara visual oleh para seniornya," ungkapnya.

Suryo pun menyampaikan pesan terbuka kepada para atasan Prabowo. "Kebenaran boleh saja kalah jenderal, tetapi kebenaran tidak pernah salah," tuturnya.

*http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/06/10/n6ylcb-tanggung-jawab-atasan-prabowo-saat-menjabat-dipertanyakan

ICW: PKS Partai Paling Terbuka soal Pendanaan

Posted: 10 Jun 2014 04:30 PM PDT


Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dianggap sebagai partai politik yang masih transparan dalam hal pelaporan dana keuangan.

"Dari tahun 2011, kami masih mencatat kalau PKS masih menjadi partai yang transparan diantara 9 parpol lainnya yang ada di legislatif," kata peneliti ICW, Donald Faris di kantor ICW, Jl. Kalibata Timur IV, Jakarta Selatan, Selasa (10/6/2014).

Dalam pemilu tahun ini pun, lanjut Donald, PKS masih transparan ketika dimintai laporan keuangan oleh LSM. "Makanya kami masih mengapresiasi tindakan PKS ini," kata Donald.

Transparansi yang dilakukan PKS tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat daerah. Seperti yang terjadi di Aceh dan Nusa Tenggara Barat, dimana PKS merupakan satu-satunya parpol yang mau melaporkan pendanaannya ke LSM.

"PKS merupakan partai yang masih terbuka. Meskipun kalau acara-acara besar terkadang mereka tidak menyebutkan sumber pendanaannya. Tetapi kami apresiasi itu," kata Abdullah peneliti Fitra dari Aceh. (ahm)

*sumber: http://pemilu.okezone.com/read/2014/06/10/568/996765/pks-partai-paling-terbuka-soal-pendanaan

"Kenapa Prabowo Tidak Menyerang, Padahal Peluru Banyak?" by @Fahrihamzah

Posted: 10 Jun 2014 04:20 PM PDT


Twit @Fahrihamzah
(10/6/2014)

Debat kemarin adalah bukti...ia tidak menyerang...padahal peluru ditangan-nya banyak..

Kita tahu pikirannya, melampaui individu...melampaui benci...dia tahu mau orang...dia tahu...dia harus bertahan.

Rasanya @Prabowo08 jauh lebih tahu diri dan tahu menempatkan diri. Untuk itu dia lebih pantas.

Dia mengucapkan terima kasih lebih dahulu kepada orang yang paling banyak memakan jasanya.

Dia menghormati Jokowi karena bagaimana pun dia telah menjadi lawan tanding. Ini ksatria.

Dalam demokrasi, kita tak boleh mengambil personal semua hal. Ini urusan publik sekarang.

Orang2 meragukan kebaikan hatinya dari wajah yang jarang tersenyum.

Orang lupa, bahwa dia alumni pasukan elite yang tugasnya bukan tertawa tetapi menyerang lawan.

Tapi, dibalik keraguan orang itu, ia menunjukkan sesuatu yang datang dari dalam bahwa bersikap adil itu Standard.

Orang2 melihatnya memberi hormat kepada orang yang mengkhianatinya dan juga memusuhinya.

Dia secara spontan memberikan pujian kepada lawannya. Meski ia tahu bahwa ada yang tidak jujur.

Prabowo mengajarkan kita sikap ksatria. Menghormati pertandingan sebagai pertandingan.

Dia telah bersumpah di depan publik bahwa dia akan menghormati keputusan rakyat.

"Jika Pak jokowi-JK dipilih rakyat, maka kami akan menghormati dan setia kepada bangsa dan negara", janjinya.

Maka apa lagi yang kalian takuti dari Prabowo? kebaikan hatinya yang spontan karena keluar dari dalam.

Saya mencemaskan soal lain..Karena @Prabowo08 terlalu mengerti apa yang akan ia lakukan bagi negara ini.

Pesta pora akan dihentikan. Jual murah dan percaloan sumber daya alam akan dihentikan.

Dan apa boleh buat...dominasi asing dalam ekonomi akan sedikit banyak berkurang..

Aku tidak kiri...aku bisa mengerti kalau Prabowo kiri karena bapaknya pendiri PSI...

Tapi lebih baik kiri yang cerdas daripada yang sok kiri tapi menjual aset negara dengan harga murah..

Prabowo mudah sekali ditarik ke tengah karena dia moderat dan akalnya cerdas....

Prabowo telah membuktikan... Kariernya yang cepat.. Militer - Bisnis - lalu.. Politik yang semuanya sukses...

Dibalik sukses-suksesnya ada akal sehat.. Militer memerlukan kedisiplinan.. Bisnis memerlukan pragmatisme.. Akhirnya.. Politik

Masa Prabowo akan membawa kita.. Pada masa renaisans.... Indonesia yang dinamis..


Perang Uhud & Guilty Feeling

Posted: 10 Jun 2014 03:30 PM PDT


Perang Uhud adalah perang yang kaum muslimin mengalami kekalahan. Yang menarik adalah situasi sebelum terjadinya perperangan. Kita semua tahu kalau perang uhud merupakan ajang balas dendam kaum musyrikin.

Pada saat mendapat khabar berperang dari kaum musyrikin, sebenarnya Rasulullah menginginkan bertahan saja di Madinah. Namun bukanlah seorang leader bila keputusan yang diambil bukan keputusan dengan musyawarah. Pada saat disampaikan kepada sahabat lainnya ternyata mereka lebih memilih menyerang keluar dari kota Madinah. Memang semangat para sahabat luar biasa untuk berperang karena kebanyakan mereka adalah anak muda yang bukan alumni Badar. Mereka ingin merasakan pertempuran perang Badr. Dikarenakan banyak yang menginginkan keluar berperang akhirnya Rasulullah SAW menyutujui untuk keluar kota Madinah untuk bertempur.  Keputusan sudah diambil akhirnya terjadilah pertempuran.

Kita semua tahu bagaimana kesudahannya. Kaum Muslimin mengalami kekalahan.  Kalah menang dalam sebuah pertempuran adalah hal yang biasa. Yang luar biasa adalah bagaimana sikap Rasulullah menghadapi situasi yang terjadi. Rasulullah saat itu tidak mengungkit-ungkit bagaimana pendapatnya yang tidak disetujui oleh para sahabat. Bahasa pasarnya sering kita dengar bila pendapatnya tidak diikuti dengan ungkapan "apa gue bilang mestinya bertahan saja coba kalau tidak maju berperang nggak bakalan seperti  ini jadinya". Ini kalimat yang keluar bagi orang-orang yang melempar kesalahan pada orang lain. Ini kalimat yang biasa keluar dari mulut-mulut orang munafik.

Rasulullah SAW sebagai orang yang dididik dengan kejujuran dan disiapkan Allah SWT sebagai seorang Leader bagi makhluk di bumi ini pantang bersikap seperti cuci tangan begitu. Dia tunjukkan ke-leader-annya dengan memberi support dan motivasi kepada sahabat agar tetap bertahan dan berjuang.

Kisah ini memberikan pelajaran dan hikmah kepada kita dalam hidup ini. Sikap yang tidak pantas dilakukan dengan mengatakan bahwa "makanya apa saya bilang, mestinya begini......begitu......., coba kalau mengikuti apa kata saya kan tidak akan seperti ini jadinya................." sering kita dengar bagi sebagian orang yang kurang mengerti kejiwaan manusia. Bahkan tidak sedikit orang yang merasa punya ilmu kejiwaan tapi tidak mampu menghiasinya dalam perilaku sehari-harinya. Seolah-olah ilmu psikologi itu hanya buat orang lain tidak untuk dirinya.

Mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu akan membuat seseorang akan merasa "Guilty Feeling". Selalu merasa bersalah. Puaskah kita pada saat orang yang kita tuding-tuding berbuat kesalahan tersebut akhirnya merasa bersalah sehingga dengan kepala tertunduk meminta maaf dan bahkan tidak kuat menatap wajah kita. Inilah yang harus dijadikan pelajaran.

Sebagai sarana muhasabah mungkin kita perlu menjawab peertanyaan ini didalam hati. "Sudah berapa kali-kah kita membuat bawahan kita di kantor merasa "Guilty Feeling" di saat hasil pekerjaannya kurang memuaskan. Seberapa sering kah kita melontarkan kalimat kepada anak kita "Makanya belajar yang rajin". "Coba kamu ikuti apa kata Bapak/Ibu, tentu kamu tidak mendapatkan nilai yang jelek itu. "Coba kamu pilih jurusan yang Bapak/Ibu bilang tentu kamu ........., seolah – olah apa yang dikatakannya benar dan benar terjadi.

Puaskah kita membuat bawahan atau anak-anak kita atau teman-teman merasa bersalah dengan apa yang kita lakukan? Kalau ya jawabannya berarti Anda termasuk orang yang sakit jiwa. 

Wallahua'lam

Halley - Psikolog


Terdakwa: Dana Hambalang Juga Mengalir ke PDIP

Posted: 10 Jun 2014 06:08 AM PDT


JAKARTA— Sidang kasus Hambalang dengan terdakwa eks Direktur Operasional PT Adhi Karya Teuku Bagus Noor menyatakan pernah ada aliran dana ke Bendahara Umum PDI Perjuangan Olly Dondokambey sebesar Rp 2,5 miliar.

Namun, dalam kwintansi pengeluaran PT Adhi Karya, jumlah itu digelontorkan kepada Olly sebagai hutang. Dikatakannya, ada sejumlah pihak yang langsung meminjam uang ke perusahaan tersebut ketika mengetahui PT Adhi Karya akan terlibat dalam proyek Hambalang.

"Olly Rp 2,5 miliar dan manajer pemasaran PT Adhi Karya saat itu M Arief Taufiqurahman kasbon Rp 300 juta, semua saya yang setujui," ujar dia di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Selasa (10/6).

Di dalam dakwaan, Bagus disebut Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK sudah memperkaya diri sendiri atas proyek Hambalang. Diketahui, sebelum mendapatkan proyek pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) itu, dikatakan JPU KPK PT Adhi Karya sempat menyogok sejumlah pihak.

Seperti,  Anas Rp 2,2 miliar, Mahyuddin Rp 500 juta, Adirusman Dault Rp 500 juta, Wafid Muharam Rp 6,55 miliar, Deddy Kusdinar Rp 1,1 miliar, dan Olly Rp 2,5 miliar. Olly sendiri, hingga saat ini masih belum dianggap terlibat dalam kasus tersebut dengan statusnya yang masih sebagai saksi. Meskipun sejak tahun lalu ia sudah berkutat dalam sejumlah acara pemeriksaan yang digelar oleh KPK.

*sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/06/10/n6ydce-terdakwa-dana-hambalang-juga-mengalir-ke-pdip


Materi Debat Capres Dibocorkan ke Kubu Jokowi?

Posted: 10 Jun 2014 07:34 AM PDT


ASATUNEWS - Pertemuan antara anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hadar Nafis Gumay dengan Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan dan Ketua DPP PDI Perjuangan yang dipergoki oleh Arif Puyono aktifis Serikat Pekerja BUMN pada hari Minggu (8/6/2014) malam sekitar pukul 23.00 Wib di restoran Satay House Senayan, Menteng Jakarta Pusat, dilaporkan memiliki agenda atau tujuan membocorkan materi pertanyaan yang akan diajukan oleh moderator Zaenal Arifin Muchtar pada acara "Debat Capres" pada Senin (9/6/2014) malam pukul 19.30 Wib sampai selesai .

"Pertemuan itu untuk menyampaikan bocoran materi debat capres, khususnya yang akan ditanyakan pada Pak Jokowi," ujar seorang pejabat KPU Pusat melalui telpon kepada Asatunews, Selasa (10/6/2014) sore tadi.

Pejabat KPU Pusat yang minta indentitasnya dirahasiakan itu menjelaskan bahwa pembocoran materi debat capres itu disampaikan oleh Hadar Nafis Gumay Komisioner KPU Pusat kepada Trimedya Panjaitan dan Budi Gunawan. Penyampaian bocoran materi debat capres itu dilakukan Hadar atas permintaan dari Komjen Pol Budi Gunawan, yang sangat khawatir bilamana capres Jokowi tidak dapat menjawab pertanyaan - pertanyaan yang diajukan oleh moderator debat. Kekhawatiran ini sempat membuat kubu Jokowi - Jusuf Kalla panik dan mencari solusinya, yakni melalui permintaan bocoran materi debat capres via Hadar Nafis Gumay pada saat pertemuan di restoran Satay House Senayan, Menteng, Jakarta Pusat (8/6/2014).

Pada acara debat capres Senin (9/6/2014) malam yang disiarkan langsung oleh beberapa stasiun TV nasional, memang jelas terlihat capres Jokowi sangat percaya diri dan terindikasi sudah mengetahui materi pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Pihak KPU, PDIP dan Komjen Pol Budi Gunawan hingga berita ini belum berhasil diminta konfirmasi. (BA/017)

*sumber: http://asatunews.com/politik/2014/06/10/pertemuan-gumay-budi-dan-trimedya-terkait-materi-debat-capres#sthash.MXAKRVwa.dpuf

BACA JUGA: Petinggi Polri Kepergok Bertemu Timses Jokowi di Sate Senayan Menteng

Foto pertemuan tim sukses pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan petinggi Polri berinisial BG di Restoran Sate Khas Senayan, Menteng, Jakarta Pusat, (8/6/2014) -Tribunnews


***

Wakapolri: Hadar Gumay, Budi Gunawan dan Trimedya Tidak Sengaja Bertemu

Para petinggi Polri membela tindakan Kepala Lemdikpol, Komjen Budi Gunawan, yang melakukan pertemuan "terlarang" dengan anggota Tim Sukses capres-cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla, Trimedya Panjaitan, pada Sabtu malam (7/6).

Wakil Kepala Polri, Komjen Badrodin Haiti, menegaskan pertemuan Budi dengan Trimedya di restoran Sate House Senayan, Menteng, Jakarta Pusat, bukan hal yang disengaja. Badrodin mengatakan, pertemuan itu juga hanya sesaat karena kebetulan sama-sama makan di tempat itu. Bahkan, makan pun di meja berlainan dan tidak membicarakan politik.

Badrodin pun yakin tak mungkin Budi dan Trimedya membicarakan hal rahasia di tempat terbuka. Apalagi, ada pula anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hadar Gumay, juga sedang makan di restoran yang sama. Menurut Badrodin, Komisioner KPU itu tidak mengenal Budi. Namun, Budi tahu Hadar gumay merupakan anggota KPU.

"Tidak kenal sama Pak Budi. Tapi dia (Budi) melihat ada anggota KPU, inisial HG," kata Badrodin kepada wartawan di ruang Komisi III DPR RI, Selasa (10/6), dikutip dari JPNN.

Badrodin juga mengatakan, Hadar makan di meja yang terpisah dari Budi maupun Trimedya.

Sebelumnya, Ketua Serikat Pekerja BUMN Bersatu, FX Arief Poyuono menyebut Trimedya dan Budi melakukan pertemuan politik. Arief yang mengaku melihat keduanya makan bersama di restoran di Menteng, lantas mengabadikan momen itu dengan kamera di ponselnya. [ald]

*http://politik.rmol.co/read/2014/06/10/158969/1/Wakapolri:-Hadar-Gumay,-Budi-Gunawan-dan-Trimedya-Tidak-Sengaja-Bertemu


gak sengaja kok.. cuma kebetulan... kebetulan pas ada pilpres... hehehe :)



"Kutatap tulus cinta di matanya"

Posted: 10 Jun 2014 03:32 AM PDT


Reaksi jenderal yang dahulu kusangka agresif dan kejam, sungguh diluar dugaan. Tak sekalipun dia menyerang memojokkan lawannya. Tak pula dia menyindir atau menatap sinis lawan debatnya. Bahkan tak segan dia memuji, menghormati pendapat rivalnya.

Saat dipojokkan kembali dengan isu HAM yang menderanya dan membunuh karirnya 16 tahun lalu, dia bisa saja memojokkan kembali dengan menjawab: "Tanya kepada bu Megawati, mantan presiden yang pernah mengangkat saya sebagai Cawapres 2009"? Atau bertanya kembali, "Kenapa Pak JK sendiri tidak adili saya waktu Bapak menjabat Wakil Presiden?"

Tapi tidak. Memojokkan bukan sifatnya, tidak ada dalam jernih pikirannya. Mungkin karena begitulah sifat ksatria. Sifat seorang negarawan. Maka dia hanya berkata: "Tanyalah kepada atasan saya".

Atasan yang kita semua tahu persis berada justru di kubu Pak JK sendiri.

Usai debat, beliau bukan hanya hangat menyambut memeluk rivalnya. Juga saat ditanya wartawan, dengan ringan dia menjawab: "Saya harus mau diserang".

Dia juga tidak keberatan pesaingnya berbangga hati menunjukkan prestasi terpilih menjadi kepala daerah. Padahal kita semua tahu bahwa dialah orang yang pertama mengusungnya.

Sejujurnya, tak banyak saya melihat pribadi dengan karakter yang seikhlas dirinya, saat ini. Bathin saya seolah menangkap kilau kepribadiannya. Kepribadian yang akan mampu menyatukan elemen-elemen yang terserak di negeri ini.

Sejarah telah mencatat pengorbanannya untuk bangsanya. Mempertahankan keutuhan NKRI dengan darah dan nyawanya. Dan itu terjadi berulang kali. Di pertempuran Timor-Timur, dalam misi impossible pembebasan sandera sipil di Mapenduma Papua, penangkapan 2 agen berkulit putih tahun 1984, yang menyulut disintegrasi Papua, dan dalam berbagai operasi tempur berat lainnya. Dia tak tonjolkan semua bakti yang telah ditorehkan untuk ibu pertiwi yang dicintainya, dengan sepenuh jiwa raganya.

Karena itulah, keteguhan kata-katanya memberi makna yang dalam bagi yang memahami bersih nuraninya. "Saya sekian tahun adalah abdi negara, yang membela HAM. Mencegah kelompok radikal mengancam hidup orang-orang yang tidak bersalah."

Lalu dimana kita? Dimana nurani?

Kenapa kita rakyat sipil, yang katanya lebih beradab, dan yang telah dijaga hak hidup dan keleluasaan menjalankan berbagai jenis usaha, masih tetap terdorong memojokkannya. Tidak cukupkah kita menyaksikan betapa para jenderal-jenderal senior yang semestinya berjiwa korsa itu terus menuduhnya sebagai psikopat, gila, pelaku bom natal dan membebankan dosa satu institusi TNI tahun 1998 dipundaknya, seorang sendiri.

Tidakkah hati kita tergerak, untuk sekedar menghargai lelaki yang teguh ini? Mudah-mudahan nurani kita pada akhirnya bisa memaknai semua ini.

*by Prayudhi Azwar

Perth, 10 Juni 2014
Ditulis dikeheningan winter, 1:27 AM dinihari


Beda Level Prabowo vs Jokowi

Posted: 09 Jun 2014 06:07 PM PDT


Oleh Fachim Harharah

- Semalam Jokowi bilang "kontrol dan manajemen, kerja kerja kerja.. Kita sudah melakukan bukan sekedar konsep."

Hasilnya seperti ini pak: Dobel anggaran APBD DKI, beli busway kok yang karatan, ada markup harga berlipat-lipat (beli kualitas kopaja, harga bus eropa). Kontrolnya mana? Tanah abang yang juga disebut, sekarang macet lagi, kontrolnya mana?

Bilang sudah melakukan, tapi gak ada yang beres, ya jelas, gak ada konsep mau ngapain, yang penting kerja kerja kerja, hasilnya nol.

- Sebagai orang dewasa saya bisa liat kualitas dari kedua kubu. Kubu 1 negarawan dengan konsep dan kematangan berfikir yang jelas, patriot dan ekonom dengan visi misi yang jelas, menghadapi pertanyaan secara relevan, walaupun soal HAM itu diluar topik.

Kubu 2, yang satu bicara ngalor ngidul, puji diri sendiri, ngomong nggak terstruktur, pasti kerjanya nggak terstruktur (pengalaman pribadi, mempekerjakan orang), yang satu lagi kakek yang melakukan pelanggaran, pertanyaan diluar topik, dan itu justru bunuh diri, menjelekkan diri sendiri, dan mendapat jawaban yang membuka aib kubunya sendiri.

- Keberhasilan era reformasi menghilangkan politik anggaran dengan otonomi daerah, eh ini mau diadakan kembali, jelas kemunduran, ini taktik bagi pemimpin otoriter, mengikat pimpinan daerah dengan anggaran, untuk menjalankan kolusi dan politik praktisnya, sangat melukai rakyat.

Politik anggaran (yang diusulkan Jokowi) menyengsarakn rakyat yang ga tau apa apa. Bayangkan kalau kepala daerahnya tak sejalan pusat maka anggaran untuk pembangunan ditahan.... rakyat juga yang menahan derita itu. Jika rakyat jeli konsep Prabowo lebih ke pro rakyat.

- Level Presiden, nggak di negara ataupun perusahaan sudah tidak menyentuh management praktis, yang ada managemen SDM, yang disesuaikan dengan visi misi negara atau perusahaan, kalau masih bicara operasional, dll, itu hanya se-level manager operasional. Dalam lingkup negara, ini lebih ke badan kementrian atau dinas. Jokowi tidak tau posisi presiden itu yang dilakuin apa, sangat naif jika debat capres yang dibicarakan managerial, argumen debatnya hanya di level kementrian/dinas.


Prabowo Bertekad Selamatkan Kekayaan Negara

Posted: 09 Jun 2014 05:00 PM PDT


JAKARTA - Calon Presiden Prabowo Subianto menutup debat capres dan cawapres dengan banyak menyinggung soal kesejahteraan masyarakat.

Menurut dia, tujuan berdirinya negara adalah untuk kesejahteraan rakyat. "Tujuan kita bernegara adalah untuk hidup sebagai bangsa yang makmur, tapi kalau kekayaan kita bocor, kita akan sulit mewujudkan itu," kata Prabowo di Balai Sarbini, Jakarta Pusat, Senin (9/6/2014).

Prabowo bersama Hatta Rajasa berjanji jika diberikan mandat dari masyarakat akan menjalankan sebaik-baiknya. Dia menegaskan fungsi negara dalam memakmurkan masyarakat harus dilalui dengan penyelamatan kekayaan sumber daya alam.

Menurut dia, kekayaan alam tersebut sudah saatnya diselamatkan untuk membiayai kebutuhan masyarakat. Baginya, pengorbanan menjadi hal paling utama dilakukan dari pemerintah secara bersama. "Dengan menyelamatkan kekayaan kita, kita bisa menyelamtakan masa depan yang layak," ujarnya.

Terakhir dia berharap, hukum tetap menjadi panglima dalam menegakkan keadilan. Katanya, pembangunan demokrasi tidak akan seimbang tanpa proses hukum yang merata.

"Ujungnya akan tercipta kepastian hukum yg mantap. Kita tak mau perempuan kita jadi pembantu, anak-anak kita kurang makan, terusan-terusan jadi budak bangsa lain, kita tidak mau itu terus terjadi," tuturnya. (sindonews)


Pengamat: Visi Pemberantasan Korupsi Jokowi Kontradiktif dengan Kasus Transjakarta

Posted: 09 Jun 2014 04:32 PM PDT


JAKARTA - Salah satu bahasan dalam debat perdana dua pasang capres-cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla menyinggung upaya pencegahan korupsi.

Pada kesempatan tersebut, Jokowi mengatakan bahwa korupsi terjadi karena pengawasan pembangunan yang lemah.

Pengamat ekonomi politik, Bobby Maengkom, menilai pemaparan Jokowi tersebut bertolak belakang dengan kasus bus Transjakarta. Kasus tersebut, kata dia, merupakan bukti ketidakmampuan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam melakukan pengawasan, sehingga kasus korupsi senilai Rp2,3 triliun itu terjadi.

"Angka ini bukan angka kecil dan membuktikan bahwa Jokowi tidak mampu melakukan pengawasan terhadap pembangunan yang langsung berada di bawah kewenangannya," tutur Bobby, Senin 9 Juni 2014.

Mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.

Menurut dia, Jokowi terkesan lepas tanggung jawab dan menunjukkan sikap seolah tidak mengetahui kasus ini.

"Ketidakmengertian dan ketidakpahaman terjadinya korupsi bus Transjakarta justru menunjukkan bahwa Jokowi tidak memiliki pengawasan yang baik kepada aparatnya dan proses penggunaan anggaran di pemerintahan DKI," cetusnya.

Ia menilai, pandangan Jokowi dalam debat tersebut kontradiktif dengan kasus korupsi bus Transjakarta. (okezone)


Blunder JK Bikin 'Gol Bunuh Diri'

Posted: 09 Jun 2014 04:26 PM PDT


Kesalahan kubu Jusuf Kalla yang paling fatal adalah mempertanyakan tentang "tuduhan pelanggaran HAM '98".

Seharusnya konflik ini "dipelihara", minimal sampai akhir pemilu presiden, karena kan menyebabkan para galau-er tetap galau. Ini malah Jusuf Kalla memberikan kesempatan pada Prabowo untuk mengklarifikasi.

Akhirnya masalah menjadi clear: Betapa PINTARNYA Prabowo ketika diserang JK soal HAM tahun 1998. Prabowo menjawab "Anda tidak tahu apa-apa soal itu, kalo anda mau tahu... tanyakan kepada atasan saya waktu itu."

Maka JK pun MELONGO', cengar-cengir, dan malu ga berani ngomong lagi.

Kenapa bisa begitu? Karena atasan Prabowo saat itu (Wiranto) yang saat ini berada di kubu Jokowi-JK!

Klo dalam sepakbola pertanyaan JK ini namanya BLUNDER! Mau memojokkan namun malah menohok ke dirinya sendiri!

JK, seorang negarawan sebesar anda tidak seharusnya anda menanyakan hal yang seperti itu. Bukankah partai yang mengusung anda sekarang (PDIP) dulu juga pernah mesra dengan Prabowo? Anda sebagai seorang negarawan tapi anda sendiri yang terindikasi melakukan black campaign. Saya betul-betul kecewa dengan kenegarawanan anda. Pertanyaan anda betul-betul menepuk air di dulang. 5 tahun anda jadi wakil presiden tapi tidak mengerti juga bagaimana garis komando di TNI. Anda jadi kelihatan kecil di mata saya.

Pemimpin harus bisa mengelola konflik dan menyelesaikan konflik untuk kepentingan rakyat.

*by Ma'un Umar Sidiq


Prabowo: Tak Ada Pengikut Jelek, Adanya Pemimpin yang Jelek

Posted: 09 Jun 2014 04:20 PM PDT


JAKARTA -- Pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menilai pemimpin harus tegas agar tidak dirongrong partai politik. Meskipun untuk maju sebagai pemimpin negara harus mendapat dukungan dari partai politik tersebut.

Prabowo-Hatta menjawab pertanyaan moderator dalam debat capres-cawapres mengenai adanya indikasi parpol dan pengurus partai yang cenderung koruptif. Prabowo mengatakan, hal itu memang masih menjadi permasalahan bangsa Indonesia.

"Saya percaya adagium bahwa tidak ada pengikut yang jelek, hanya ada pemimpin-pemimpin yang jelek," kata dia dalam agenda debat di Balai Sarbini, Jakarta, Senin (9/6).

Karena itu, Prabowo mengatakan, harus menjadi pemimpin yang tegas. Ia mengatakan, sudah meyakinkan pada para mitra koalisi ketika bergabung dengan syarat tertentu. Syarat itu, menurut dia, agar tidak merongrong anggaran.

"Tidak akan merongrong anggaran negara APBN, APBD satu sen pun. Ini adalah syarat saya pada mitra saya," kata dia.

Prabowo pun menilai masih banyak kader yang baik dalam tubuh parpol. Ia mengatakan, masih banyak yang ingin bekerja untuk bangsa dan negara.

Menurut dia, hal tersebut membuat partai koalisi pendukungnya bergabung. "Kita sepakat saat memimpin hanya pengabdian pada rakyat dan bangsa yang menjadi motif utama," ujar Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu.

Mengenai kebutuhan parpol akan dana dalam menghadapi proses demokrasi, Prabowo mengusulkan adanya urunan dana. Ia mengatakan, urunan dana itu berasal dari anggota parpol itu sendiri. Ia meyakini itu bisa terwujud dalam masyarakat modern.

"Masyarakat harus merasa ingin menyumbang pada partai. Ini strategi harus diterapkan. Minta anggota kita berkorban mendukung perjuangan partai. Itu salah satu strategi," kata dia. (ROL)


Pengamat: Debat "Beda Kelas", Prabowo Lebih Unggul

Posted: 09 Jun 2014 04:33 PM PDT


JAKARTA - Pengamat Politik Taufik Bahaudin mengatakan bahwa dalam debat capres yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) kandidat presiden Prabowo Subianto terlihat jauh lebih strategis dan konseptual. Sedangkan untuk Joko Widodo lebih pada managerial.

"Sehingga kelas keduanya berbeda," kata Taufik, Senin (9/6/2014) malam.

Sekjen Partai Golkar, Idrus Marham menyebut dalam debat capres Prabowo jauh lebih pro rakyat. "Jokowi mengunakan politik anggaran. Nantinya yang dirugikan adalah rakyat, karena jika kelak ada ketidaksepahaman antara pusat dan daerah maka tidak akan ada pembangunan," kata Idrus.

Sedangkan Prabowo, menurut Idrus, berangkat dari programnya dulu yang memang dibutuhkan untuk rakyat. Dalam debat kandidat presiden, sinergi antara pusat dan daerah adalah salah satu permasalahan dalam pembangunan bangsa. Masing-masing Calon Presiden (Capres) memiliki cara penyelesaian yang berbeda untuk hal itu.

Prabowo mengatakan, untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah program pembangunan harus memprioritaskan kebutuhan rakyat. Maka pembangunan itu dipastikan akan berjalan. "Bangun infrastruktur jalan-jalan desa, bangun jalan raya, ketersediaan air bersih. Saya kok yakin kalau itu untuk rakyat maka semua akan berjalan," kata Prabowo Subianto.

Prabowo mengatakan, dengan begitu maka kepala daerah pasti akan menyetujui program pembangunan dari pusat.

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu mengatakan, pembangunan ke depan harus bisa memberikan jaminan pada rakyat tentang kebutuhan sandang, papan, dan pangan. Untuk pangan misalnya bagaimana menciptakan pangan yang murah.

Kemandirian pangan, kata Prabowo akan membawa efek berkelanjutan. Sebab devisa akan menjadi bertambah kuat. Selama ini devisa tergerus impor pangan cukup besar. Dengan menghemat devisa, investasi bisa lebih besar, roda perekonomian berputar dan pertahanan negara bisa menjadi kuat.

"Kami ingin membuat rakyat sejahtera yang cukup pangan, sandang dan papan, berdiri di atas kaki sendiri. Rakyat yang tenang menghadapi masa depan," kata Prabowo.

Untuk mengejar ke arah tersebut Prabowo mengatakan ada prioritas pembangunan. Yaitu ketahanan pangan, ketersedian energi, infrastruktur dan reformasi birokrasi. Dengan manajemen berorientasi sasaran.

Sementara Joko Widodo dalam upaya mensinergikan pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah dengan mengguakan politik anggaran. "Gampang sekali itu, pakai saja politik anggaran. Dengan begitu daerah pasti akan menurut dengan pusat saya jamin 100 persen," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, hal tersebut akan efektif dengan menggunakan sistem IT. "Tinggal panggil programer kita bisa lihat bagiamana anggaran di sana, bagaimana angaran di sini, serahkan saja pada programer," kata Jokowi. (tribunnews)


Mahfud MD: Secara Keseluruhan Prabowo-Hatta Menang, 1-0!

Posted: 09 Jun 2014 04:00 PM PDT


Mahfud MD, Ketua Tim Kampanye Nasional Calon Presiden-Wakil Presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pemilu Presiden 2014, mengaku cukup puas dengan acara Debat Kandidat Calon Presiden-Calon Wakil Presiden yang digelar di Balai Sarbini, Jakarta, Senin (9/6/2014) malam.

Mahfud berpendapat Prabowo-Hatta tampil baik dan mampu mengungguli penampilan pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut dua, Joko Widodo-Jusuf Kalla. "Secara keseluruhan kami menang. 1-0," kata Mahfud ditemui seusai acara.

Menurut Mahfud, Prabowo-Hatta mampu menjawab semua pertanyaan dengan lugas dan tuntas. Dia pun berpendapat jawaban Prabowo tetap lugas dan tuntas saat menjawab pertanyaan Jusuf Kalla yang cukup menyudutkan soal pelanggaran hak asasi manusia pada masa lalu.

Sebaliknya, kata Mahfud, Prabowo-Hatta sejak awal berkomitmen hanya akan menggali isu mengenai kebijakan pembangunan bangsa. (KOMPAS)


Diserang JK, Prabowo Dapat Simpati Publik

Posted: 09 Jun 2014 04:38 PM PDT


Debat Capres-Cawapres perdana yang digelar tadi malam (9/6) sedikit panas ketika cawapres Jusuf Kalla "menyerang" Prabowo Subianto mengenai isu HAM, isu yang memang sejak awal selalu digunakan kubu Jokowi-JK untuk menyudutkan Prabowo.

Prabowo arif dengan apa yang disasar JK. "Saya paham kemana arah pertanyaan ini," ujar Prabowo.

"Saya adalah orang yang paling keras berjuang soal HAM di negeri ini. Saya sekian puluh tahun adalah abdi Negara yang membela hak asasi manusia. Kami melawan kelompok radikal yang mengancam keselamatan nega­ra," imbuh Prabowo.

Prabowo menjelaskan, dulu sebagai prajurit, dirinya sudah berupaya menjalankan tugas sebaik-baiknya. Untuk selanjutnya, kata Prabowo, terserah bagaimana pimpinan mem­berikan penilaian.

Walau mendapat serangan, Prabowo tidak melakukan serangan balik pada hal-hal masa lalu capres-cawapres lain tapi fokus pada visi masa depan Indonesia.

"Kita tidak menyerang, tidak merendahkan orang," ujar Mahfud MD, Ketua Timses Prabowo-Hatta, usai acara debat.

Menurutnya, Prabowo tidak ingin membalas dengan pertanyaan yang juga menyerang masa lalu seseorang. Hal ini menunjukkan sikap seorang negarawan.

Memang, serangan JK malah dinilai oleh pengamat politik justru menjadi 'bumerang' dan menguntungkan Prabowo.

"Prabowo malah bisa dapat simpati ketika terlalu dicecar seperti tadi..," kata pengamat politik Yunarto Wijaya lewat akun twitternya.


Publik juga lebih memuji sikap Prabowo-Hatta dan menilai kurang simpatik pada Jokowi-JK.

"Bangga saya dengan jawaban prabowo soal HAM, Semoga niat JK untuk menyudutkan lawan tak di ulangi lagi," ujar akun @Suara_Demokrasi.

"Prabowo-Hatta konsisten berdebat konsep & substansi. Jokowi-JK tidak bisa bersabar dan lakukan personal attack pada Prabowo," tulis pengguna twitter @BamzTeHa

"Ini debat visi dan misi. Bukan nyerang sisi pribadi," komentar lain akun @bangganagara.

"Pertanyaan @Pak_JK yg menyerang pribadi pak @Prabowo08 membuktikan kubu mana yg suka melakukan black campaign," ujar pemilik akun @giofedi.

"Emang pemimpin yg tegas itu ngebela kebenaran, ga ada waktu buat ngejatohin yg laen," tulis @ojaaaaann.

"Beda dgn pasangan Jokowi- JK terlihat kali berniat menyerang pasangan prabowo- hatta. Salut buat sikap santun prabowo- hatta," demikian komentar @bang_delvin.

"Seorang Pemimpin yg benar, tidak akan menyerang lawan. Bahkan menghormati lawan. Menyerang lawan, adlh tindakkan org yg berjiwa "kerdil"," ujar @AbimanyuAbiputr.

"Serangan JK dan @jokowi_do2 nilai plus buat Prabowo, orang sekampung langsung mencibir dan tahu siapa JK," komen @tohir7.

Akun @haikal_hassan berkomentar cukup panjang:

"HAM bisa diselesaikan dengan pendidikan. Tepat! @Prabowo08 Cerdas! Elegant! Walau diserang sm mr.oportunis kala."

"Kala sdh menyerang. Tdk etis dan berniat bernafsu menjatuhkan. Untung @Prabowo08 tdk terpancing. Sudahlah kala, jualan barang basi!"

"Kala harusnya ditanya @Prabowo08 : dulu bilang kalo jokowi mimpin, hancurlah negara ini, kok skrg dukung? Beda tipis strategi & munafik"

"Orang tua bahkan kakek spt kala, tidak pantas berbuat dmkn. Menyerang dihadapan ratusan juta rakyat. Semoga @Prabowo08 tetap bijak wibawa"

"Bandingkan 2 pertnyaan ttg [pemekaran wilayah -yg ditanyakan Prabowo] dgn [isu pelanggaran ham] yg 1 isu kenegaraan yg 1ny lg isu menjurus subjektif," tulis @pa2nkOz.

"Selain serangan dari jk, saya eneg bget lht jokowi yg selalu membanggakan dirinya, menyindir pak prabowo, dan menyudutkan pak prabowo. tidak sesuai dgn tema yg di usung. seprti anak kecil." (Sukma Rudin -fb)

"BISA saja Prabowo nanya janji 5 tahun Jokowi spt halnya JK nanya soal HAM. Tapi Prabowo paham bhw dirinya bukan pembully yg santun," ujar @MustofaNahra.

"Dgn pertanyaan pak Jk soal HAM, pak Prabowo memanfaatkan kesempatan untuk menjelaskan hal peristiwa yg sebenarnya. Masyarakat jadi paham dan bersimpati for number 1." (Torik Imanurdin -fb)
 

*dari berbagai sumber, dihimpun oleh admin @pkspiyungan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar