Selasa, 03 Juni 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


Mengapa Jokowi Tak Balas Sapaan Prabowo?

Posted: 03 Jun 2014 08:43 AM PDT


JAKARTA - Hal-hal kecil terkadang menarik untuk diperhatikan dalam dinamika Pemilu Presiden 2014. Salah satunya yang terjadi pada Selasa (3/6/2014) malam, saat Deklarasi Pemilu Berintegritas dan Damai, yang digelar Komisi Pemilihan Umum, di Bidakara, Jakarta Selatan. Pada acara itu, dua calon presiden yang akan bertarung, Prabowo Subianto dan Joko Widodo, diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato dalam waktu 5 menit.

Membuka pidatonya, Prabowo menyapa para pejabat dan pimpinan lembaga negara yang hadir, berikut nama lengkapnya. Pesaingnya, Joko Widodo bersama pasangannya, Jusuf Kalla, juga turut disebut Prabowo. Namun, hal yang sama tak dilakukan Jokowi.

Prabowo memiliki kesempatan berpidato pertama karena disesuaikan dengan nomor urut pasangan calon. Selama sekitar delapan menit, Prabowo berpidato. Setelah itu, giliran Jokowi.

Saat dikonfirmasi setelah acara selesai, Jokowi tak memberikan penjelasan mengapa dia tak menyapa Prabowo. Ia hanya tersenyum sambil terus berlalu menuju kendaraannya. Kejadian ini bukan yang pertama kali. Saat berpidato di Gedung KPU, Jokowi juga tak menyebut nama Prabowo-Hatta. Padahal, sebelumnya, Prabowo menyebut nama Jokowi-JK, termasuk Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang hadir di acara tersebut.


Video Pidato Prabowo-Jokowi Dalam Deklarasi Pilpres Damai

Posted: 03 Jun 2014 08:41 AM PDT


Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar deklarasi kampanye damai Pemilu Presiden (Pilpres) 2014, Selasa (3/6/2014), di Bidakara, Jakarta Selatan. Deklarasi ini dihadiri dua pasang calon presiden dan wakil presiden, Prabowo-Subianto dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Selain itu, turut hadir pula Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) dan pemerintah.

Pada deklarasi kampanye damai ini masing-masing Capres diberi kesempatan memberi sambutan (pidato singkat), berikut videonya:

LINK: http://www.youtube.com/watch?v=nZpv5G_5CoY



Usai Bertemu Mensos, Risma: Insya Allah 18 Juni ini Dolly Ditutup

Posted: 03 Jun 2014 04:28 AM PDT


JAKARTA –Niat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk menutup lokalisasi Dolly dan Jarak sudah bulat. Senin (2/6), Risma menemui Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al Jufri untuk membicarakan hal tersebut.

Risma yang mengenakan setelan batik cokelat yang dipadu dengan sedikit warna merah tiba di kantor Kemensos sekitar pukul 13.00 WIB. Kedatangan rombongan dari Surabaya itu disambut Direktur Rehabilitasi Sosial Tunasusila Kemensos Sonny W. Manalu dan Kabirohumas Benny Setya Nugraha yang langsung mengantarnya ke lantai 2 untuk menggelar pertemuan tertutup dengan Mensos.

Setelah beraudiensi, wali kota mengatakan, rencana penutupan Dolly yang dilakukan secara bertahap sejak 2010 tersebut dipastikan berlangsung pada 18 Juni 2014. Jadwal tersebut lebih cepat sehari daripada rencana awal, yakni 19 Juni 2014.

"Enggak bakal mundur. Malah dimajukan (insya Allah) tanggal 18 Juni karena Pak Menteri mau ikut hadir," kata Risma sesudah mengadakan audiensi dengan Mensos.

Risma menjelaskan, rencana tersebut telah diperhitungkan dengan matang. Tidak hanya menyangkut jadwal penutupan, pemkot dan pemerintah pusat juga mempertimbangkan kelangsungan hidup penghuni lokalisasi seusai Dolly ditutup. Sebab, para penghuni Dolly juga butuh makan dan penghidupan.

"Bukan penutupan Dolly sebenarnya, tetapi pengalihprofesian warga Dolly dengan kegiatan produktif. Misalnya, memberikan keterampilan membuat kue, telur asin, membatik, dan sebagainya," ujar Risma.

Menurut Risma, ribuan perempuan penyandang disabilitas sosial di Dolly dan Jarak tersebut termasuk kelompok tertindas. Selain berpenghasilan tak seberapa, mereka terlilit utang yang sangat memberatkan.

"Saya sebagai umara (pemerintah) harus bekerja untuk menyejahterakan warga tanpa terkecuali, termasuk warga Dolly," tandasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Mensos Salim Segaf mengutarakan bahwa penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Indonesia membutuhkan sinergisitas, termasuk dari pemerintah daerah (pemda). "Kemensos tidak bisa bekerja sendirian, tetapi membutuhkan sinergisitas lintas sektor dalam penanganan PMKS," tutur Salim.

Salah satu masalah PMKS, menurut dia, adalah penanganan perempuan penyandang disabilitas sosial. Mereka adalah kelompok rentan dan rawan dari segi ekonomi dan sosial. Karena itu, mereka butuh dientaskan dengan program-program pemberdayaan agar mandiri.

Dia lalu memaparkan data populasi orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) hingga Desember 2013 yang angkanya mencapai 107.660 orang. Paling tinggi DKI Jakarta dengan 25.016 orang, Jatim 14.548 orang, dan Papua 11.534 orang. (dod/c10/nw)

*sumber: http://www.jawapos.com/baca/artikel/1998/Tutup-Dolly-Sehari-Lebih-Cepat


Ridwan Kamil, Walikota Kolaborasi PKS Gerindra, Terpilih Jadi Walikota Terbaik Dunia

Posted: 03 Jun 2014 03:34 AM PDT


Wali Kota Bandung Ridwan Kamil terpilih menjadi salah satu wali kota terbaik di dunia. Ridwan terpilih bersama 11 wali kota lainnya dalam Forum Young Leader Sumposium World Cities Summit di Singapura yang digelar sejak 31 Mei hingga 5 Juni 2014.

Wali kota yang diusung Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mendapat kesempatan berpidato dan mempresentasikan sistem kepemimpinannya di hadapan 400 pemimpin muda dan wali kota se-dunia. Dia berharap terobosannya selama memimpin Kota Kembang itu bisa dijadikan inspirasi bagi wali kota lain di dunia.

Di hari pertama forum terbaik di dunia itu, Ridwan mempresentasikan terobosan baru selama delapan bulan dirinya memimpin Kota Bandung dengan sistem kolaborasi dengan warga, komunitas dan seluruh perangkat kota seperti kepolisian, TNI, dan kejaksaan.

Bukan hanya itu, Ridwan juga menularkan cara efektif melalui media sosial untuk berinteraksi langsung dengan warga Bandung dan aparat pemerintahan. Sehingga, menurut dia, rapat tidak perlu digelar setiap hari. Dengan melalui media sosial Twitter, pejabat pemerintahan bisa membicarakan masalah dan penanganan Kota Bandung.

Untuk menunjang itu semua, Pemerintah Kota Bandung menyediakan 4.000 lebih wifi yang tersebar di beberapa wilayah untuk memudahkan warga dan perangkat pemerintahan berinteraksi.

Meski demikian, Ridwan mengatakan, pemerintahannya tetap melaksanakan program jangka panjang seperti membuat monorel, up grade taman kota, membiasakan budaya bersepeda, memungut sampah, berpakaian daerah, hingga wajib berbahasa Sunda.

Program-program inilah yang dinilai Forum Walikota Se-Dunia merupakan gebrakan yang positif dari diri seorang Ridwan Kamil.

Dalam agenda tahunan forum pemimpin muda dunia ini turut diundang Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo, Wali Kota Medan Djulmi Elin, Wali Kota Binjai Idaham, dan Wali Kota Batam Ahmad Dahlan. (Jhon Hendra/tvOne/ita)

*sumber: http://nasional.news.viva.co.id/news/read/509346-ridwan-kamil-terpilih-jadi-wali-kota-terbaik-di-dunia


Prabowo yang Kian Santun dan Jokowi yang Makin Agresif

Posted: 03 Jun 2014 03:02 AM PDT


Ada perubahan pola sikap politik antara dua capres yang bertarung. Capres Prabowo Subianto yang agresif menyerang lawannya kini makin santun, sedangkan Jokowi sebaliknya.

Pada kampanye Pileg lalu, Prabowo Subianto memang gencar menyerang Jokowi. Bahkan beberapa pengamat menyebut serangan Prabowo brutal. Eks Danjen Kopassus itu memang berkali-kali menyindir Jokowi di berbagai kesempatan.

Serangan yang dilancarkan Prabowo di antaranya menyebut Jokowi sebagai capres boneka, pembohong, dan seorang yang ingkar janji. Tak hanya Prabowo, tim pendukung mantan Pangkostrad itu pun ikut menyerang Gubernur DKI itu.

Saat itu, Jokowi menanggapi berbagai serangan yang ditujukan kepadanya dengan kalem. Pria 52 tahun itu meminta kampanye dilakukan dengan saling menghormati lawan dan beradu ide, bukan dengan menyerang secara membabi buta.

Hasil Pileg 2014 seolah menunjukkan strategi agresif Prabowo berhasil. Gerindra duduk di peringkat tiga dengan perolehan suara 11,4%. Sedangkan PDIP, meski jadi pemenang pemilu, namun meleset jauh dari target 27% yang ditetapkan. PDIP hanya meraih 18,65%.

Waktu bergulir, menjelang Pilpres, pola tingkah laku politik keduanya berubah. Prabowo kini jadi lebih santun, sedangkan Jokowi sebaliknya, makin agresif.

Tengok saja, makin dekat ke gelaran Pilpres 2014, Prabowo hampir tak pernah melontarkan serangan lagi untuk Jokowi. Bahkan dalam beberapa pidatonya, Prabowo meminta pendukungnya tak melakukan kampanye hitam dan membalas serangan lawan dengan kebaikan.

"Kalau ada yang sebarkan black campaign, tak perlu dibalas dengan black campaign. Balas dengan kebaikan. Semakin jahat, balas dengan kebaikan. Tunjukkan bahwa kita satria pandawa supaya masyarakat lihat siapa kurawa," kata Prabowo di acara Silaturahmi Guu Besar, Ulama, Tokoh, dan Relawan Jabar di Gedung Sentral Bisnis Koperasi, Jl. Soekarno Hatta, Bandung, Rabu (28/5) lalu.

Tim Prabowo memang masih agresif menyerang Jokowi, namun Prabowo sendiri sudah lebih kalem. Bahkan, Prabowo yang selama ini tampak memiliki dendam ke Megawati terkait perjanjian Batutulis, menunjukkan sikap hormat untuk Ketum PDIP itu.


Di acara pengundian nomor urut capres cawapres di KPU, tak hanya mengulurkan tangan untuk bersalaman, Prabowo memberi hormat militer untuk Megawati. Dia juga menyalami, merangkul dan mengajak Jokowi berbincang dengan hangat. Tak tampak gurat-gurat dendam di wajahnya. Prabowo yang akhir-akhir ini tampil lebih santai dan sering melontarkan kelakar berbincang seperti tak pernah ada masalah dengan Gubernur DKI itu.

Prabowo yang tampil lebih kalem disambut Jokowi yang makin agresif. Eks Wali Kota Solo ini keluar lebih menyerang pasca Pileg 2014.

Seolah ingin menangkis semua serangan yang dialamatkan padanya, Jokowi mulai menjawab satu persatu isu negatif yang ditujukan untuknya. Salah satu yang mencolok adalah cara Jokowi menjawab ke-Islamannya, yang sempat dijadikan komoditi black campaign.

Jokowi menegaskan dirinya sudah dua kali haji. Begitu juga dengan keluarganya. Jokowi memberi jawaban ke-Islamannya tak perlu diragukan.

Gaya pidato ayah tiga anak itu juga berubah. Jokowi kini mengawali pidatonya dengan shalawat. Selain itu, pidatonya lebih lama, tak lagi terlalu singkat.

Jokowi juga lebih agresif menyerang lawan politiknya. Beberapa kali Jokowi menyindir soal parpol yang minta jatah menteri, yang diyakini ditujukan untuk parpol-parpol yang merapat ke Prabowo-Hatta. Sindiran ini dia lontarkan beberapa kali dan menjadi materi 'wajib' pidatonya di depan relawan.

Dia juga menyindir soal jabatan menteri utama yang dijanjikan Prabowo untuk Ketum Golkar Aburizal Bakrie. "Masa baru ketemu minta wapres, minta menteri, nggak usah. Apalagi minta menteri utama," kata Jokowi saat berkunjung ke markas Slank di Gang Potlot, Selasa (27/5) lalu.

Tak hanya itu, Jokowi juga menyindir soal gaya busana lawan politiknya. Dia menyebut kubu Prabowo-Hatta meniru gaya berpakaiannya dengan berpakaian kemeja putih. Kubu Prabowo-Hatta sudah menepis anggapan meniru ini.

Agresivitas Jokowi juga terlihat dalam hal mempromosikan diri. Salah satu contohnya adalah saat dia mengajak untuk memilih nomor dua dalam pidato setelah mengambil nomor urut di KPU. Pidato itu kemudian berbuntut panjang karena dianggap kampanye sebelum waktunya. Kubu Prabowo-Hatta melaporkan pidato itu ke Bawaslu.

Soal agresivitasnya ini, Jokowi menyatakan memang ingin lebih agresif. Jokowi ingin memperlihatkan perbedaan antara dirinya dengan kubu lawan.

"Harus agresif! Supaya publik bisa melihat bedanya," di Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (29/5) lalu.

Terlihat ada perubahan strategi di dua kubu yang berseberangan. Manakah yang lebih efektif? Kita lihat hasilnya pada Pilpres 9 Juli 2014.*

Semoga hasil Pilpres Happy Ending... sama-sama senang, Prabowo RI-1 dan Jokowi tetap Gubernur DKI :)


*sumber: http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/06/03/061438/2597882/1562/1/prabowo-yang-kian-santun-dan-jokowi-yang-makin-agresif


Naik Jet Pribadi, Jokowi Disindir Pencitraannya Naik Bajaj

Posted: 03 Jun 2014 02:44 AM PDT


JAKARTA -- Tudingan yang dialamatkan kepada capres Jokowi terkait gemar melakukan pencitraan, intensitasnya semakin meningkat. Apalagi, Jokowi memilih sepeda ontel ketika datang ke gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada beberapa hari lalu, untuk mendaftarkan diri. Gara-gara menggunakan sepeda kayuh tua, sementara capres rivalnya, Prabowo Subianto menggunakan mobil Lexus, Jokowi dianggap pendukungnya sebagai capres yang merakyat.

Namun, situasi kini berbalik. Itu setelah di dunia maya beredar foto gubernur DKI nonaktif itu duduk santai sambil membaca koran di dalam pesawat. Melihat interiornya, itu adalah pesawat sewaan yang biasa mengantarkan Jokowi dan tim suksesnya keliling Indonesia. Dalam foto itu, Jokowi duduk bersebelahan dengan Anies Baswedan.

Langsung saja, Jokowi panen kecaman di Twitter dan Facebook. Mantan wali kota Solo itu dinilai sudah terlalu berlebihan dalam pencitraan. Kalau naik sepeda kayuh ke KPU langsung digembar-gemborkan sebagai capres prorakyat, pilihannya menggunakan jet pribadi malah tidak dipubliksan. Meski begitu, hingga kini siapa pelaku yang menyebarkan foto itu ke publik tidak diketahui.

Hanya saja, beredarnya foto itu juga turut disebarkan akun Twitter, @Fahrihamzah. Dia merituit akun @z4likeren yang memention akun milik politikus PKS tersebut. "Hr gini msh pakai citra? Citra itu sama dengan tipu daya." (ROL)


Temui Risma, Mensos Dukung Penutupan Dolly

Posted: 03 Jun 2014 02:14 AM PDT


Menteri Sosial Salim Segaf al Jufri mendukung penuh kebijakan Pemko Surabaya yang akan menutup lokalisasi prostitusi Dolly. Hal itu dinyatakan Mensos saat menyambut kedatangan Walikota Tri Rismaharini, di kantor Kementerian Sosial, jalan Salemba Jakarta, Senin siang (2/6/2014).
  
"Kami dukung kebijakan itu sejak lama, bukan dadakan. Kami mengadakan workshop lintas pelaku di Surabaya pada tahun 2011. Saat itu semua pihak termasuk Kemsos, Pemprov Jatim, Pemko Surabaya dan organisasi sosial kemasyarakatan membagi habis tugas yang harus dituntaskan," ujar Mensos.
  
Mensos ditemani Dirjen Rehsos Samsudi, Staf Khusus Musholi dan Direktur Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial. Sementara Walikota Risma ditemani Kepala Dinsos dan Asisten Kesra. Pada tanggal 18 Juni, sehari lebih cepat dari yang direncanakan, Mensos ke Surabaya untuk menyaksikan penutupan Dolly.
  
Tak hanya dukungan formalitas, Kemsos memfasilitasi pemberdayaan mantan WTS yang siap beralih profesi. "Kami siapkan dana Usaha Ekonomi Produktif senilai Rp 3 juta per orang. Lalu jaminan hidup selama 3 bulan (Rp 1,8 juta) dan ongkos pemulangan (Rp 250.000) bagi mereka yang mau pulang kampung. Saat ini mereka sedang dilatih keterampilan dan pembinaan mental-spiritual agar siap menghadapi tantangan baru," jelas Mensos Salim.
  
Walikota Risma sangat berterima kasih dan mengapresiasi kerjasama dengan Kemsos. "Kami tidak sendirian dan punya banyak teman dalam menanggulangi masalah sosial di Surabaya. Dukungan Mensos sangat kongkrit dan penting dalam mengubah kondisi PSK. Selama ini mereka diperlakukan seperti budak seksual karena terlibat hutang yang tak terbayar. Saya lihat sendiri dan berdialog langsung. Banyak anak-anak yang menjadi korban," ungkap Risma.
  
Menurut pemetaan dan pemantauan Walikota ada 1.400 WTS harus dialihkan profesinya. Mereka sekarang ada yang sudah terampil membuat kerajinan atau kuliner  dan hasilnya cukup untuk melanjutkan hidup. Apalagi, ditambah modal usaha dari Mensos, tentu bertambah semangat.
  
"Kami bersungguh-sungguh untuk menyelesaikan masalah ini demi keselamatan kaum perempuan dan anak-anak. Lokalisasi itu akan diubah menjadi pusat kerajinan agar warga bisa berwirausaha. Selain itu dibangun taman, lapangan futsal, PAUD dan TPA. Setelah ditutup, kegiatan prostitusi akan dilarang dan menjadi urusan penegak hukum. Pemko sudah buat Perda soal itu," tegas Risma.
  
Tantangan yang dihadapi Risma sangat berat, bahkan sampau diancam mau dibunuh. Tapi, dukungan masyarakat juga lebih besar, termasuk dari Mensos.


Pengamat: Kesederhanaan Jokowi Hanya Pencitraan

Posted: 02 Jun 2014 10:00 PM PDT


Jakarta - Sistem marketing atau kampanye calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) kerap membuahkan hasil dalam setiap pesta demokrasi. Jokowi selalu dianggap merakyat.

Jika di Pilkada Solo Jokowi berpura-pura menjadi seorang tukang tambal ban dan penarik becak, berbeda halnya ketika Jokowi menghadapi Pilpres 2014. Jokowi lebih memilih mengendarai bajaj menuju Komisi Pemilihan Umum (KPU) ketika mengikuti undian pasangan capres-cawapres.

"Selama ini marketing populisme Jokowi memang sangat berhasil. Saat Pilkada Solo, lebih ekstrem lagi, Jokowi berpose jadi tukang tambal ban dan tukang penarik becak. Ia menang setelah itu," kata pengamat politik UIN Jakarta, Zaki Mubarak, kepada INILAHCOM, di Jakarta, Selasa (3/6/2014).

Hal itu menanggapi soal Jokowi-Jusuf Kalla yang mengendarai bajaj berbahan bakar gas mendatangi KPU guna mengikuti undian pasangan capres-cawapres. Sementara Prabowo-Hatta Rajasa dengan menggunakan mobil Lexus yang biasa dipakai Prabowo.

Menurutnya, sikap sederhana Jokowi tidak lebih sekadar pencitraan untuk menarik perhatian publik. "Itukan mau dikesankan Jokowi sangat merakyat," katanya.

Semestinya, kata Zaki, sistem demokrasi modern lebih mengedepankan kekuatan gagasan dan argument. Ruang itu yang harusnya dimanfaatkan secara optimal oleh para kandidat, bukan malah meningkatkan pencitraan di hadapan publik.

"Sehingga publik mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari visi dan program kandidat. Bukan tampilan luarnya saja," tegas Zaki. [mes/inilah]


Prabowo Sudah Punya "Istri"

Posted: 02 Jun 2014 09:43 PM PDT


Jakarta - Calon presiden (capres) dari Koalisi Merah Putih, Prabowo Subianto sudah mempunyai "istri". Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Hasjim Djojohadikusumo.

Istri tersebut bukan dalam artian sesungguhnya. Istri yang dimaksud Hasjim adalah Ibu Pertiwi (Tanah Air Indonesia).

"Ibu negara sudah ada namanya "Pertiwi". Bapak Prabowo dan "Ibu Pertiwi"," kata Hasjim dalam Diskusi Publik yang digelar Persekutan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) bertajuk "Gereja Mendengar Visi-Misi Capres 2014", di Jakarta, Senin (2/6).

Menurutnya, Prabowo akan mengabdi penuh kepada bangsa apabila terpilih sebagai presiden ketujuh. Karena itulah, dia berharap masalah istri Prabowo tidak diperdebatkan.

"Saya beri contoh. Presiden Korsel tidak pernah punya suami. Presiden Filipina, belum pernah menikah. Presiden Prancis juga demikian. Saya kira bukan itu tolak ukur seorang presiden. Esensinya presiden itu harus orang jujur dan bisa jalankan amanah rakyat," kata Hasjim.

Pada kesempatan itu, Hasjim juga meluruskan fitnah terhadap Prabowo.

"Prabowo tidak pernah usir dan benci etnis Tiongkok, tidak ada itu. Prabowo juga difitnah anti Kristen. Padahal adiknya Kristen, pengawal pribadi Prabowo sudah 15 tahun, etnisnya Tionghoa dan Kristen juga. Saya sudah capek dan jenuh baca fitnah. Prabowo korban fitnah," ujarnya.

*sumber: Suara Pembaruan


Pengamat: Prabowo Lebih Berpeluang Jadi Presiden

Posted: 02 Jun 2014 09:44 PM PDT


Pasangan Capres-Cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dinilai lebih berpeluang memenangi pemilihan presiden 9 Juli 2014. Sebab, berdasarkan tingkat elektabilitas, pasangan Prabowo-Hatta terus menunjukkan peningkatan.

"Ada kecenderungan Prabowo memenangkan pemilihan presiden 2014," kata pengamat ekonomi sosial Agus Sutisna, di Rangkasbitung, Selasa (3/6/2014).

Menurut Agus, saat ini, trend dukungan Prabowo-Hatta cukup besar melalui komunikasi jejaring sosial, relawan, dukungan lintas partai, akademisi, pengusaha dan berbagai elemen masyarakat. Selain itu, mesin politik koalisi Prabowo-Hatta berjalan dengan baik lantaran didukung enam partai politik antara lain PKS, Gerindra, Golkar, PPP dan PAN.

Sedangkan, koalisi partai pendukung pasangan Jokowi-JK, kata Agus, kurang mendapat dukungan dari Partai Islam. "Saat ini, koalisi Partai Islam Jokowi-JK tidak utuh, karena Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj memberikan dukungan terhadap Prabowo-Hatta. Bahkan, kader PKB Mahfud MD dan Rhoma Irama menjadi tim sukses kemenangan Prabowo-Hatta," katanya.

Di samping itu, masyarakat, lanjut Agus, menilai bahwa figur Prabowo yang juga purnawirawan tentara bersikap tegas dan memiliki integritas tinggi untuk membangun bangsa ini. "Saya kira jika mesin politik Prabowo-Hatta berjalan dengan baik maka dipastikan ada kecenderungan untuk memenangkan pilpres 9 Juli 2014," katanya. (ant/ugo/okezone)


Salah Pilih Presiden, Indonesia Bisa Jadi Bulan-bulanan

Posted: 02 Jun 2014 05:00 PM PDT


BUTUH PEMIMPIN YANG BISA MEMIMPIN

*oleh bang dw

Banyak pemimpin tetapi tak bisa memimpin

Tanya dulu ke ketua umum partai karena dirinya hanya petugas partai;

Bisa rumit urusannya kalau memimpin negara tapi pas mau ngambil keputusan strategik terkait negara ‪#‎eh‬ tanya dulu sama sang ketua umum partai...

Atau pemimpin yang hanya bisa menyuruh dan hanya bisa menjawab ‪#‎akurapopo‬

sementara itu...

INDONESIA menghadapi ASEAN ECONOMIC COMUNITY (AEC) 2015 atau pasar bebas asia tenggara

Dimana bea masuk barang dan jasa dihapus; dan dibutuhkan kemandirian kemampuan bertarung dari produk lokal Indonesia terhadap pasar asia tenggara

Kalau tidak mampu bersaing, maka Indonesia hanya menjadi bulan bulanan produk negara lain dari asia tenggara

Apakah hanya cukup dengan jawaban #akurapopo saja untuk menangani itu?

Atau hanya butuh pemimpin yang hanya menjadi kepanjangan tangan ketua umum partai (petugas partai)?

Kalau Indonesia tidak mampu bersaing, baik hasil produksi maupun tenaga kerja terampil maka jangan heran kita akan jadi negara bancakan bersama negara asia tenggara

Kita butuh pemimpin yang mampu menjadikan Indonesia Macan Asia

Yang mampu bertindak tegas dari intervensi pihak asing

Yang disegani oleh seluruh negara negara asia tenggara dan dunia

Kuncinya pemimpin yang bercita cita Indonesia mandiri, berdikari dan mampu bersaing dengan negara lain

Bukan pemimpin yang klemar klemer yang hanya bisa senyam senyum kebingungan

lalu akhirnya hanya bilang; ai don ting abot det

#akurapopo


Parlemen Jerman: Pemilu Presiden Di Mesir Hanya Sebuah Lelucon Belaka

Posted: 02 Jun 2014 04:39 PM PDT


Seorang anggota parlemen Jerman dari partai oposisi Greens menyatakan bahwa pilpres yang digelar pada 26-28 Mei lalu di Mesir hanya sebuah drama lelucon belaka.

Dalam pernyataannya, Francesca Brantinr mengatakan "pemilihan presiden di Mesir hanya sebagai lelucon belaka. Mereka nampak kehilangan legitimasinya setelah diperpanjangnya waktu penyoblosan untuk hari ketiga."

Brantinr menambahkan " walaupun mantan Menhan Abdel Fattah al Sisi telah memenangkan banyak suara dalam pilpres kemarin akan tetapi demokrasi tidak hanya dapat dicapai melalui mekanisme pemungutan suara saja. Karena demokrasi meliputi transparansi, supremasi hukum , kebebasan dan penghormatan terhadap hak manusia yang tidak dimiliki Sisi."

Di akhir steatmentnya mengatakan "tingkat kekerasan terhadap pihak oposisi di Mesir selama beberapa minggu terakhir telah menunjukkan kembalinya Mesir dibawah rezim diktator Hosni Mubarak." (Aljazeera/Ram)

http://www.eramuslim.com/berita/parlemen-jerman-pemilu-presiden-di-mesir-hanya-sebuah-drama-lelucon-belaka.htm#.U4xtv3beNc0


"Bedah IQ Capres" by @estiningsihdwi (Psikolog)

Posted: 03 Jun 2014 06:26 AM PDT



"IQ Presiden Rendah, maka....."


Oleh Rr. Dwi Estiningsih, S.Psi., M.Psi
(Psikolog)

***

Saya bahas tentang IQ. :)
   
Saya ingin mengklarifikasi hal yang penting.
   
Saya nge-tweet psikologi hanya salah satu sarana berbagi ilmu psikologi yg tidak seberapa saya kuasai.
   
Saya nge-tweet psikologi bukan untuk melakukan PENILAIAN atas individu tertentu.
   
Saya menganalisa berdasarkan data yang sudah diketahui secara umum oleh publik, bukan data KONFIDENSIAL / RAHASIA.
   
Saya yakin, setiap ilmuwan ingin berbagi dan berperan serta dalam memilih pemimpin, tentunya sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing.
   
Mari kita bahas tentang IQ Calon Presiden. :)
   
Ada kabar menyebutkan IQ salah satu Capres adalah 152. Sebetulnya, supaya adil, IQ Capres yg lain perlu dihembuskan juga.

Cc ke siapa ya :)
   
Kalau bicara negara-negara di luar sana. Saya ambil contoh Amerika Serikat. (Biar yg sebelah sini dan sebelah sana percaya :p )
   
Bicara tentang IQ presiden-nya merupakah hal yang jamak bagi rakyat Amerika. Tidak ada yg mengutuk sang penanya, sah-sah saja. :)
   
IQ Presiden menjadi hal yg sangat penting bg mereka karena di pundak presiden-lah seluruh rakyat menitipkan amanahnya.
   
Bukan main-main! Sudah selayaknya, presiden lebih unggul dalam banyak hal dari rakyat kebanyakan!
   
Klasifikasi IQ menurut Lewis Terman:


Pada psikologi politik, ada penelitian yang mengkaji tentang IQ Presiden.
   
Penelitian ini mengungkap hubungan antara IQ dari 42 orang Presiden AS dengan kepemimpinan, kecemerlangan intelektual, dan sifat keterbukaan
  
Fokus penelitian #IQ presiden AS:
    1. Kepemimpinan
    2. Kecemerlangan intelektual
    3. Sifat keterbukaan
   
IQ Presiden Amerika Serikat


Penelitian ini diilhami oleh pertanyaan rakyat Amerika tentang IQ Presiden George W. Bush.
   
Pertanyaannya ~> "Berapa IQ Presiden saya?"
   
Pertanyaan ini sering muncul karena Presiden George W. Bush banyak melakukan "VERBAL SLIPS".
   
"VERBAL SLIPS" alias ngomong kepleset, ketrucut atau kalau tetangga saya bilang "ngomong pating pecothot".
   
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa....
   
1. Kepemimpinan
   
Semakin tinggi IQ Presiden, maka kepemimpinan semakin efektif
   
Kepemimpinan berkaitan dengan beberapa aspek seperti...
   
Berpikir Strategis ~ Kombinasi visi dan skill manajemen
   
Kemampuan Berkomunikasi ~ Mendengarkan, berbicara, kemampuan menulis, komunikasi terbuka dan jujur.
   
Bekerjasama ~ Membangun hubungan yg kuat, perilaku yg etis, menghormati keberagaman & komitmen pd kesuksesan semua pihak.
   
Standar profesional ~ Standar dan praktek yg digunakan dalam semua kinerja adalah profesional.
   
INTELEGENSI merupakan komponen krusial dalam performansi seorang pemimpin.
   
INTELEGENSI berhubungan juga dengan keunggulan-keunggulan yg lain, seperti kharisma dan kreatifitas.
  
Intelegensi ~> Pengujian tingkat kecerdasan seseorang, terlepas dari pendidikannya.
   
2. Kecemerlangan Intelektual
   
Semakin tinggi IQ Presiden, maka pemikiran-pemikirannya cemerlang.
   
Kecemerlangan Intelektual mempunyai beberapa indikator seperti.....
(bisa kita cermati bersama di Indonesia :p)

Pemimpin mempunyai ide yang ORISINAL.
   
Pemimpin mempunyai "kedalaman" untuk memahami permasalahan dan solusinya.
   
Pemimpin mempunyai dorongan dan aktivitas berpikir yg KONSISTEN.
   
Pemimpin mempunyai fleksibilitas intelektual ~ Memahami segala sesuatu secara objektif dan menyeluruh.
   
Dengan KECEMERLANGAN INTELEKTUAL maka...
   
Memiliki wawasan yg luas, rasa ingin tahu yang tinggi, berpikiran jauh ke depan dan canggih....
   
...Sanggup mencari solusi atas hal yg rumit, dan memiliki pengetahuan yg dalam
   
3. Sifat Keterbukaan
   
Semakin tinggi IQ Presiden, maka semakin terbuka terhadap banyak aspek.
   
Keterbukaan berhubungan dengan beberapa aspek seperti....
(yuk kita cermati capres di Indonesia :p)
   
Keterbukaan pada mimpi dan harapan ~ Pemimpin memiliki mimpi dan harapan yg besar.
   
Keterbukaan pada hal estetik ~ Pemimpin memiliki apresiasi yg mendalam pada seni, musik, puisi, keindahan.
   
Keterbukaan pada perasaan ~ Menerima perasaan dan emosi-emosinya, kemudian memaknai emosinya tersebut.
   
Keterbukaan pada ACTION ~ Mencoba aktivitas-aktivitas baru, melakukan hal-hal yg "beda", ketertarikan yg luas pada petualangan.
   
Keterbukaan pada ide-ide ~ Punya rasa ingin tahu pd hal2 intelektual, bersedia pertimbangkan ide2 baru, suka pada penemuan2.
   
Keterbukaan pada Nilai ~ Kesadaran akan nilai-nilai yg dianutnya; sosial, politik, agama
   
***
   
Jadi tadi penelitian #IQ pada presiden AS, fokusnya yg berhubungan dgn:
    1. Kepemimpinan
    2. Kecemerlangan intelektual
    3. Sifat keterbukaan
   
Seperti saya tweet tadi, penelitian ini mengungkap #IQ 42 orang Presiden AS. Kemudian dihubungkan dengan 3 hal yg saya tweet tadi.
   
Penelitian ini bisa dibilang "gara-gara" presiden George W. Bush yg dianggap (.... isi sendiri) oleh rakyat Amerika Serikat. Rakyatnya!
   
Berbicara tentang George W. Bush, IQnya 111 (rata-rata). Terbukti dalam ketiga hipotesis diatas tadi, Ia TIDAK MEMENUHI ketiganya.
   
Bush dianggap tidak dapat membedakan perspektif suatu permasalahan.
   
Bush tidak dapat mengintegrasikan suatu pandangan dan hanya melihat dari satu perspektif yaitu perspektifnya sendiri.
   
Bush dianggap tidak dapat membahas pemecahan masalah dengan disertai titik pandang alternatif yg signifikan.
   
Bush dianggap tidak dapat mempertimbangkan dengan serius suatu solusi.
   
Coba panjenengan semua bayangkan presiden-presiden kita. Dan jangan lupa bayangkan juga capres-capres kita. :p
   
Saya lanjut cerita si bush :)
   
Kenyataannya #IQ Bush termasuk di bawah rata2 #Presiden AS lainnya. Bahkan IQ Bush paling rendah dibandingkan Senator2 AS dan Hakim Agung.
   
Impikasinya apa?
   
Mudah sekali "disetir' oleh segelintir kekuatan yang mempunyai kepentingan di negaranya.
   
Silahkan dicermati kebijakan Bush terkait dengan Umat Islam. Saya yakin sahabat semua langsung paham. :)
   
Implikasi yang lain... Bush tidak dapat mengambil alternatif penyelesaian masalah.
   
Solusi PERANG untuk krisis energi, PERANG utk ..., PERANG utk ....
   
*Pokoknya perang!
   
Beginilah kalau memaksakan orang dengan IQ rata-rata untuk jadi pemimpin Negara
   
Bukan OTAK tapi OTOT yg bicara.
   
Bukan satu dua orang yg terkena imbasnya, tapi bermiliar orang di seluruh dunia ikut kena getahnya.

Itu tadi penilaian tentang Bush. Presiden perang Amerika Serikat. Si jago Otot. :(
   
Bagaimana dengan negara kita?
   
Anda semua yang menentukan seperti apa presidennya.... Demikian.
   
#IQ #Presiden


*sumber: http://chirpstory.com/li/210489
(@estiningsihdwi)



Menuntaskan Transisi Demokrasi | Oleh Anis Matta

Posted: 02 Jun 2014 04:28 PM PDT


PEMILIHAN umum 2014 harus menjadi tonggak sejarah penting tuntasnya transisi menuju demokrasi yang kita mulai sejak 1998. Karena itu, pemilihan presiden yang akan segera berlangsung bukan saja merupakan momentum politik biasa–dalam konteks siklus demokrasi– melainkan momentum sejarah untuk Indonesia naik kelas menjadi negara demokrasi yang lebih stabil dan fundamental.

Hasil pemilu legislatif menunjukkan fenomena yang mengejutkan bagi sebagian kalangan. Riuh rendah hasil survei menjelang pelaksanaan kampanye pileg memang sempat memberi kesan bahwa perlombaan sudah berakhir bahkan sebelum pemilu dimulai. Elektabilitas partai dan figur seolah sudah dipatok oleh jawaban responden survei.

Belum lagi elemen baru yang makin ikut berperan meramaikan ranah politik: media sosial. Seolah-olah pemilihan umum sudah usai dan presiden sudah terpilih. Ternyata belum. Hasil hitung cepat (quick count) berbagai lembaga menunjukkan pembagian suara yang relatif merata, datar (flat) dan terfragmentasi.

Hitungan ini dikonfirmasi oleh hasil penghitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kita menyaksikan bahkan pemenang pemilu legislatif belum bisa melenggang mencalonkan kandidat presidennya sendiri. Hal-hal yang selama ini taken for granted sebagai rumus kemenangan, ternyata tidak terjadi.

Misalnya efek figur terhadap partai, atau pimpinan partai yang juga pemilik media sehingga lebih mudah melakukan "serangan udara", pencitraan lewat orkestrasi pemberitaan di media, dan belanja iklan yang fantastis, ternyata tidak otomatis berbuah perolehan suara yang luar biasa pada saat pemungutan suara.

Bisa dibilang tidak ada hal luar biasa pada Pemilu 2014 ini. Tidak ada kemenangan mudah dalam pertandingan ini. Pada 2004, kita masih melihat ke-luarbiasaan, Partai Demokrat yang meraih 7% berhasil mengegolkan Susilo Bambang Yudhoyono. Pada 2009, giliran figur Yudhoyono yang mengerek perolehan suara Demokrat.

Pada 1999, Golkar yang dihujat oleh gerakan Reformasi ternyata masih survive, bahkan meraih suara nomor dua tepat di bawah PDI Perjuangan yang dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap Orde Baru, bahkan Golkar kemudian meraih suara terbanyak pada Pemilu 2004. Hal-hal luar biasa tidak terjadi di Pemilu Legislatif 2014. Tidak ada partai yang meraih suara sangat dominan, tidak ada figur yang fenomenal hingga mampu mengerek perolehan suara partainya. Apa yang terjadi?

Ekosistem Politik yang Lebih Stabil

Pemilu Legislatif 2014 menunjukkan ekosistem politik yang lebih stabil dan publik pemilih yang tidak "kaget-kagetan" dengan segala manuver berbagai partai politik. Publikasi hasil survei tidak mampu menghasilkan "bandwagon effect" (efek menarik suara) karena pemilih sudah mampu membedakan antara pemilu legislatif dan pemilihan presiden.

Bisa dibilang, ekosistem politik kita sudah mampu melakukan "containment" (kemampuan membendung ledakan pengaruh) dan mendistribusi guncangan ledakan itu merata ke seluruh sendi-sendi ekosistem tersebut.

Itu yang tampak dari publik yang tidak kagetan dan mampu melakukan penyaringan informasi di tengah bombardir iklan dan berita. Efek figur yang populer, pencitraan media, belanja iklan, semua itu menjadi faktor yang kontribusinya proporsional saja dari sekian banyak faktor yang dibutuhkan dalam memenangkan pemilu.

Memiliki satu atau dua dari sejumlah faktor itu tidak serta-merta menghasilkan kemenangan yang mudah. Dari sini kita belajar bahwa mesin partai, kader, figur, belanja iklan, dan kekuatan finansial, serta faktor-faktor lain adalah bahan mentah yang perlu diracik oleh seorang koki andal untuk membuahkan hasil yang optimal.

Kita menyaksikan masyarakat sipil semakin independen dan berdaya. Tidak ada lagi "politik grosiran", di mana dukungan diraih dengan hanya memengaruhi pemimpinpemimpin kelompok sosial. Individu semakin menunjukkan jati dirinya. Mereka ingin berpartisipasi tetapi juga tidak ingin pesta demokrasi ini dibajak oleh oligarki elite.

Itu yang bisa kita baca dari maraknya partisipasi masyarakat kelas menengah dalam ajakan untuk tidak golput, sambil tetap "dengan galak" meminta pertanggungjawaban dan akuntabilitas dari partai politik dan calon anggota legislatif. Inilah fenomena masyarakat dalam gelombang ketiga sejarah Indonesia.

Setelah sebelumnya dalam gelombang pertama, kita menjadi Indonesia dengan puncaknya pada Proklamasi Kemerdekaan 1945, dan gelombang kedua kita menjadi negara-bangsa modern yang ditandai dengan Reformasi 1998 dan transisi demokrasi, maka pada 2014 ini kita memasuki gelombang ketiga dengan agenda utama memantapkan budaya demokrasi.

Memantapkan Budaya Demokrasi

Reformasi 1998 dapat disimpulkan sebagai sintesis dari dialektika antara tesis Orde Lama yang dilawan oleh antitesis Orde Baru. Perdebatan dalam relasi antara negara dan agama, polemik kebebasan vs kesejahteraan dan integrasi nasional vs otonomi daerah, telah mengerucut pada kesimpulankesimpulan yang kita dapat selama transisi dari 1998 hingga Pemilu 2014 ini.

Dalam perspektif sejarah, Pemilu 2014 ini merupakan tonggak di mana kita menjalankan satu set penuh prosedur demokrasi: pemilihan umum langsung, dan presiden yang berkuasa secara maksimal dalam kerangka waktu konstitusional (dua periode) tanpa ancaman tindakan nondemokratis, dan–mudah-mudahan– serah terima jabatan presiden yang berlangsung secara damai dengan transisi pemerintahan yang mulus.

Demokrasi prosedural baru dapat memastikan kepatuhan terhadap proses dengan harapan prosedur yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula. Prosedur demokrasi baru bicara pada basis legitimasi. Kini saatnya kita melangkah pada substansi demokrasi, yaitu berbicara kemanfaatan sebuah proses dan sistem demokrasi bagi manusia.

Demokrasi sebagai budaya artinya nilai-nilai demokratis dijadikan rujukan dalam kita bertindak dan bertingkah laku. Demokrasi bukan sekadar sistem yang mekanistik, melainkan juga menjadi cara menyelesaikan masalah, alat untuk menavigasi kehidupan, yang kita anggap tepat dan karenanya perlu dipertahankan.

Memantapkan budaya demokrasi berarti menggali lebih dalam substansi nilai-nilai sejati demokrasi sambil tetap menjaga sikap terbuka untuk mengkritik dan memperbaikinya. Tidak ada sistem yang sempurna, yang ada adalah sistem yang dirasa tepat untuk menyelesaikan masalah dalam jangka waktu tertentu. Revisi dan koreksi terhadap praktek demokrasi akan semakin memantapkannya. Semoga Pemilu 2014 ini benar-benar merupakan tonggak dituntaskannya transisi demokrasi yang sudah berjalan 16 tahun.

Pemilihan presiden harus menjadi perdebatan gagasan tentang bagaimana kita membangun demokrasi yang mampu menghasilkan faedah bagi rakyat, bukan sekadar pesta pencitraan dan kontes figur penghibur yang menyenangkan tapi melenakan rakyat dari masalah sebenarnya. Semoga kita dapat melangkah ke masa depan dengan demokrasi yang lebih mantap, lebih mampu menghasilkan keadilan dan kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia.[]

ANIS MATTA
Presiden Partai Keadilan Sejahtera       

*sumber: http://nasional.sindonews.com/read/2014/06/02/18/869110/menuntaskan-transisi-demokrasi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar