Kamis, 12 Juni 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


Ahmad Dhani Ciptakan Lagu Prabowo RI-1

Posted: 12 Jun 2014 05:01 PM PDT


Sudah saatnya untuk kita bangkit
Terpuruk tak boleh terlalu lama
Janganlah ulang kesalahan
Belajar dari pengalaman

Kita butuh pemimpin yang kuat
Kita butuh pemimpin yang tegas
Yang bisa bawa bangsa ini
Menjadi bangsa nomor 1

Sekarang atau tidak sama sekali

Inilah satu-satunya
Kesempatan kita untuk jadi
Bangsa yang besar dan ditakuti
Bangsa yang disegani, dihormati

LINK video: http://www.youtube.com/watch?v=Oswlt_0cFP4&feature=youtu.be


Ini Penyebab Elektabilitas Prabowo-Hatta Salip Jokowi-JK

Posted: 12 Jun 2014 04:22 PM PDT


JAKARTA -- Rilis Lembaga Survei Nasional (LSN) menyatakan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa unggul dengan prosentase 46,3 persen. Angka itu mengalahkan elektabilitas Joko Widodo-Jusuf Kalla yang hanya meraih 38,8 persen.

Namun masih ada sebanyak 14,9 persen pemilih yang menyatakan belum menetapkan pilihan.

Peneliti Utama LSN, Dipa Pradita mengatakan, elektabilitas Jokowi-JK tersendat dan mampu dikejar oleh Prabowo-Hatta. Setidaknya, karena beberapa faktor.

Antara lain, publik sudah mulai jenuh terhadap pemberitaan tentang Jokowi di media. Mesin partai pendukung Prabowo-Hatta juga dianggap lebih memberikan hasil signifikan ketimbang Jokowi-JK.

Selain itu, menurutnya, publik meragukan Jokowi dari penampilannya yang kurang mengesankan. Misalnya, ketika ia muncul di acara pengundian nomor urut di KPU dan acara deklarasi damai di Bidakara.

Direktur Eksekutif LSN, Umar S Bakry mengatakan, hasil survei yang dilakukan berbeda dengan hasil survei lembaga lain. Seperti LSI dan Cyrus Network yang menyatakan Jokowi-JK unggul di atas Prabowo-Hatta.

Namun, Umar menuturkan, hasil survei dilakukan LSN setelah adanya dua kegiatan capres-cawapres. Yaitu pengundian nomor urut di KPU dan Deklarasi Damai di Bidakara akhir Mei lalu. (survei LSI dan Cyrus dilakukan Mei -ed).

"Terjadi perubahan konstelasi politik pemilihan presiden," tuturnya di Jakarta Pusat, Kamis (12/6).

*http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/06/12/n71x1g-ini-alasan-elektabilitas-prabowohatta-salip-jokowijk


IMF Akan Pinjam Dana dari Turki AS$ 5 Miliar

Posted: 12 Jun 2014 04:18 PM PDT


ANKARA – Deputi PM Turki Bidang Ekonomi, Ali Babacan mengatakan, Dana Moneter Internasional (IMF) sampai saat ini belum mengambil pilihan untuk meminjam AS$ 5 miliar dari Turki

Babacan, yang bertanggung jawab untuk urusan ekonomi Turki, Jumat (6/6) datang ke parlemen untuk menanggapi pertanyaan wakil ketua partai oposisi, Sezgin Tanrikulu dari Partai Republik Rakyat (CHP), tentang apakah IMF akan meminta jumlah tersebut.

"Jika IMF akan menggunakan pinjaman secara sebagian atau seluruhnya, jangka waktu pengembalian maksimum 10 tahun," kata  Babacan.

Ja juga menambahkan, jika IMF membutuhkan dana pinjaman tambahan, jangka waktu pengembalian dapat diperpanjang sampai 15 tahun jika dikonfirmasi oleh Bank Sentral Turki.

Turki sendiri telah melunasi utang AS$ 23,5 miliar ke IMF pada April 2013, dan sepakat menawarkan pinjaman AS$ 5 miliar kepada IMF jika lembaga donor itu memerlukan untuk mengatasi krisis .

Berdasarkan perjanjian, IMF akan segera membayar kembali dana pinjaman tersebut, jika Turki membutuhkan untuk memenuhi neraca pembayaran. (MAF)

*http://tajuk.co/news/imf-akan-pinjam-dana-dari-turki-as-5-miliar

Di Mata Kiai NU, Prabowo Tegas dan Ikhlas

Posted: 12 Jun 2014 03:20 AM PDT


Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Maimun Zubair menyatakan bahwa Pemilu Presiden 9 Juli 2014 merupakan peristiwa politik nasional yang terasa istimewa karena berlangsung dalam suasana Bulan Ramadhan.

"Sama dengan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, dan peristiwa Nuzulul Quran yang diperingati tiap 17 Ramadhan," kata Mbah Moen, panggilan akrabnya, dalam keterangan dari MMD Initiative di Jakarta, Kamis (12/6).

Mbah Moen yang juga pemimpin Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Kabupaten Rembang, Jateng itu berharap, Pilpres 9 Juli 2014 berjalan lancar dan rakyat Indonesia bisa memilih presiden dan wakil presiden sesuai dengan yang mereka idamkan.

Dia mengakui,banyak mendapat telepon dari ulama-ulama NU yang mengatakan mendukung capres dan cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. "Di mata para kiai NU, Prabowo adalah figur yang ikhlas dan tegas, serta mampu membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, makmur dan aman sebagaimana yang diperjuangkan selama ini oleh NU," ujarnya. (ROL)


Elektabilitas Prabowo-Hatta Melesat, Para Dubes Merapat

Posted: 12 Jun 2014 03:09 AM PDT


JAKARTA - Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Mahfud MD menilai pendekatan yang dilakukan oleh sejumlah kedutaan besar terhadap pasangan nomor urut satu adalah hal yang positif. Ia menganggap pendekatan itu adalah hal yang wajar.

"Ya enggak apa-apa, saya pikir itu wajar saja," katanya di rumah tim pemenangan Prabowo-Hatta di Rumah Polonia Cipinang Cempedak Jakakarta Timur, Rabu (11/6).

Menurutnya, dalam momentum kampanye pemilihan presiden semua bebas untuk menjalin komunikasi dengan siapapun. Termasuk dengan pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta.

Sebelumnya, Wakil Ketua Bidang Strategi Tim Pemenangan Nasional Prabowo-Hatta, M Romahurmuziy mengatakan, beberapa kedutaan besar memberi sinyal dan mengaku ingin bertemu dengan Prabowo.

"Kedutaan-kedutaan hari ini sudah memberikan sinyal-sinyal yang memang tidak disampaikan sebelumnya. Saya tidak menyebutkan nama kedutaannya yah. Kedutaan-kedutaan yang mungkin cukup sensitif yang semula tidak ingin menggelar pertemuan khusus dengan Pak Prabowo," katanya, Selasa (10/6).

Romy mengatakan, kedutaan-kedutaan besar itu melihat elektabilitas capres nomor urut 2 Joko Widodo (Jokowi) yang hampir tidak terkalahkan pada akhir tahun lalu dan awal tahun ini. Sehingga tidak terlalu terbuka dengan Prabowo. Tetapi, kata dia, sekarang para duta besar mulai meminta waktu untuk bertemu dengan Prabowo.

Bahkan dalam waktu dekat ini, menurut dia, para duta besar akan menggelar pertemuan resmi untuk mendengar pandangan capres dari koalisi Merah Putih itu.

Politikus PPP ini memaknai hal tersebut sebagai bahasa halus dari pengakuan mereka bahwa elektabilitas capres yang diusung Koalisi Merah Putih itu meningkat dan sangat mungkin menjadi pemenang dalam pilpres Juli mendatang. (rol)


LSN: Elektabilitas Prabowo-Hatta Salip Jokowi-JK

Posted: 12 Jun 2014 03:06 AM PDT


JAKARTA - Peneliti Utama Lembaga Survei Nasional (LSN) Gema Nusantara mengatakan, elektabilitas pasangan Jokowi-JK terkejar oleh Prabowo-Hatta kurang dari sebulan jelang pelaksanaan Pilpres 9 Juli mendatang.

Menurut dia, berdasarkan temuan LSN, elektabilitas pasangan Jokowi-JK mulai tersendat. Dibandingkan dengan masa sebelum Pileg 2014, tingkat keterpilihan Jokowi cenderung mandek. Pasangan Prabowo-Hatta justru memperlihatkan kinerja yang semakin membaik.

"Ketika LSN menanyakan kepada responden, pasangan mana yang akan dipilih jika Pilpres dilaksanakan hari ini (saat survei dilakukan), sebanyak 46,3 persen mengaku akan memilih Prabowo-Hatta. Hanya 38,8 persen yang mengaku akan memilih pasangan Jokowi-JK dan sebanyak 14,9 persen menyatakan belum punya pilihan," katanya.

Dia mengutarakan, hasil survei dilaksanakan sejak 1 sampai dengan 8 Juni 2014. Survei dilakukan di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Populasi dari survei ini adalah seluruh penduduk Indonesia yang sudah memiliki hak pilih dan tercantum dalam DPT.

Jumlah sampel sebanyak 1.070 responden yang diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara rambang berjenjang (multistage random sampling). Margin of error sebesar 3 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dengan responden berpedoman kuisioner. Survei ini dilengkapi dengan analisis media dan wawancara mendalam dengan sejumlah narasumber.

Dia mengatakan, meredupnya elektabilitas Jokowi-JK terjadi hampir di semua daerah battle ground, yaitu sembilan provinsi yang memiliki jumlah pemilih besar. Pasangan Jokowi-JK hanya unggul dari Prabowo-Hatta di Provinsi Jawa Tengah.

"Di daerah yang selama ini dikenal menjadi pangsa pasar tradisional dari PDI Perjuangan tersebut elektabilitas Jokowi-JK sebesar 47,5 persen dan Prabowo-Hatta 43,3 persen, sementara yang belum menyatakan pilihan sebesar 9,2 persen," kata Gema.

*http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/06/12/n71msb-lsn-elektabilitas-prabowohatta-salip-jokowijk

"Perbawa Prabowo" | catatan wartawan

Posted: 11 Jun 2014 10:59 PM PDT


Oleh: Kafil Yamin

MESKI saya wartawan, saya tak pernah berjumpa langsung dengan Prabowo. Dengan sejumlah jenderal lain pernah. Karena itu, pengetahuan saya tentang Prabowo Subianto – saya kira pengetahuan kebanyakan orang – berasal dari sumber-sumber kedua atau ketiga. Misalnya dari media yang mengutip beberapa pernyataannya. Dan media itu mengutip pula dari media lain. Atau dari cerita sesama wartawan. Kebanyakan menjelaskan salah satu sisi pribadinya. Dan sisi itu yang itu-itu juga: Jenderal pelanggar HAM, anti asing, penculik aktivis.

Maka, yang tergambar di kepala saya adalah seorang yang otoriter, menakutkan, tinggi hati.

Sejak lama, Prabowo memang bukan figur kesayangan media, seperti sejumlah tokoh lain. Lelaki yang suka berkebun ini hampir tak pernah menjadi narasumber wartawan untuk berita-berita politik, sosial atau budaya. Iya hanya dimintai komentar untuk isu-isu yang menyangkut citra kelabu dirinya.

Dan memang, Prabowo sendiri tak suka melayani wartawan. Ia bukan seorang pencitra diri. Ini pernah dikatakannya kepada seorang wartawan asing: "One of my weaknesses is dealing with the media, with the people like you [Salah satu kelemahan saya adalah berhadapan dengan media, dengan orang seperti anda]."

Saya bisa bayangkan, betapa tidak nyaman wartawan silih berganti datang kepadanya hanya untuk mengulang-ulang pertanyaan: "Apakah anda bertanggung jawab atas penculikan aktivis? Kenapa anda merencanakan kudeta? Kenapa anda dipecat?"

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sudah dia jawab berulangkali, dengan logika bersahaja, dengan bahasa yang sangat lugas. "Saya memimpin tiga puluh empat battalion waktu itu. Jika saya mau ambil alih kekuasaan, apakah ada yang bisa mencegah saya? Dan cukup banyak yang mendorong saya untuk itu. Tapi itu tidak saya lakukan. Kenapa? Karena saya prajurit. Dan prajurit itu penjunjung dan penjaga konsititusi," tegasnya suatu saat kepada seorang wartawan asing, dalam bahasa Inggris yang sangat bagus.

Tapi berita yang menyebar tetap saja citra-citra yang tadi: Pelanggar HAM, penanggung jawab Tragedi Semanggi. Prabowo tak pernah menggugat media, tak pernah mengkanter. Ia terus menjawab pertanyaan, meskipun jawaban-jawabannya menguap dalam sentiment negatif massa anti Soeharto.

Dan setiap musim pilpres, saat namanya muncul sebagai calon presiden, isu-isu itu mengemuka lagi. Di luar 'musim' itu, saya beberapa kali menonton wawancaranya tentang ekonomi dan kewirausahaan. Saya tertarik pada minatnya yang kuat untuk membangun ekonomi rakyat. Dia berbicara sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia [HKTI]. Dia punya banyak data tentang ekonomi masyarakat, jumlah pasar tradisional yang tergusur mall, bank yang lebih berpihak kepada pengusaha besar, pertanian yang makin terpinggirkan, perairan-perairan Indonesia yang dimalingi nelayan asing, dsb.

Gaya bicaranya umum saja. Bukan gaya seorang orator. Tapi lugas dan jelas, dengan bahasa yang rapih, mencerminkan pikirannya yang runut dan tertib. Tidak meledak-ledak. Enak untuk disimak – bagi mereka yang mementingkan isi ketimbang gaya. Ia lebih tampak sebagai pemikir.

Ketika ia mencalonkan lagi di musim pilpres sekarang, dan peluangnya lebih besar dari waktu-waktu sebelumnya, saya sudah menduga serangan kepadanya soal HAM akan meningkat. Dan memang terjadi. Dari pengguna fesbuk sampai pengamat, dari intelektual abal-abal sampai jenderal, mulai 'nyanyi' lagi soal 'catatan masa lalu' sang Jenderal, soal istri, soal haji sampai soal ngaji. Saya khawatir dia tak akan kuat menghadapi gugatan, sinisme, hujatan yang begitu luas. Beberapa tokoh yang tadinya tak pernah berkonfrontasi dengan Prabowo, kini ikut menembaknya, demi mengambil hati konstituen politik. Prabowo mungkin akan menyerang balik. Akan meradang.

Tibalah acara pengumuman daftar nomor urut capres dan cawapres. Prabowo akan datang dengan penampilan jumawa di hadapan orang-orang, pikir saya. Dengan koalisi besar di belakangnya, dengan dukungan lebih besar, dia akan langsung duduk di tempatnya dan membiarkan perhatian orang tertuju kepadanya.

Tidak. Dia masuk, menghampiri semua tokoh yang hadir, dan para tokoh pun berdiri. Terasa sekali wibawa dan kharisma Prabowo di ruangan itu. Ia pun menghampiri pesaingnya Jokowi dan Jusuf Kalla, dan Megawati yang tidak ikut berdiri, memberi hormat. Menyalami mereka. Sungguh pemandangan seorang ksatria, setidaknya bagi saya.

Kemudian dia maju; menyampaikan pidato singkat. Dia menyampaikan penghargaan kepada seluruh yang hadir. Menyebut nama mereka satu persatu. Menyebut nama pesaingnya Jokowi dan Jusuf Kalla dengan hormat.

Tampil Jokowi, figur merakyat dan sederhana, dia malah kampanye. Dan tidak memberi salam kepada Prabowo-Hatta.

Tiba saat deklarasi pemilu damai. Lagi-lagi Prabowo berpidato dengan menyejukkan semua pihak; menyebut Jokowi dan Kalla sebagai "saudara saya juga". Meski Jokowi tak membalas keramahan Prabowo, tapi saya makin jatuh hati pada Prabowo. Orang-orang meramaikan sikap Jokowi yang kaku dan terlihat tegang.

Sampai menjelang debat capres 9 Juni kemarin, saya sudah berpikiran saya tidak akan melihat Prabowo beradu argumentasi ala debat. Saya sudah menduga dia akan berbicara seperti biasa, lebih memusatkan diri pada penyampaian pikiran ketimbang mengundang simpati.

Tapi bagaimana kalau dia dikorek-korek soal pelanggaran HAM di hadapan ratusan juta pasang mata melalui siaran langsung teve? Ingat para politisi kita yang mudah sekali meledak kalau tersinggung, terlihat di layar teve. Prabowo bisa begitu, saya kira.

Dan momen itu datanglah: Debat Capres. Orang-orang mungkin mengharapkan Prabowo akan tampil sebagai pendebat ulung, dan itu tidak susah baginya. Saya sudah orasi-orasi hebat. Itu hanya untuk kepuasaan sesaat. Obama hanya menarik saat kampanye karena kepiawaiannya berpidato, setelah jadi Presiden sama membosankannya dengan Bush.

Saya tidak perlu Prabowo yang berapi-api dan beragitasi. Dan saya senang karena ternyata dia tampil sangat 'biasa-biasa saja'. Namun yang di luar dugaan saya, dia seperti tidak punya keinginan untuk mengungguli Jokowi-JK, padahal saya tau dalam suatu wawancara dia 'menghabisi' wartawan Asia News Channel, dengan logika cerdas. Dan si wartawan bule itu pun mengkerut.

Ia tidak lakukan ini kepada Jokowi. Bahkan ketika diberi kesempatan bertanya kepada Jokowi, Prabowo 'hanya' menanyakan yang datar-datar saja, bagaimana cara Jokowi nanti menangani tuntutan tuntutan pemekaran wilayah dan pilkada yang berbiaya mahal. Ia tidak menanyakan soal kasus korupsi Trans-Jakarta, atau ingkar janjinya kepada masyarakat Jakarta. Dia tidak menyerang. Dia tidak tendensius. Dia tidak meninggikan diri.

Sebaliknya, Jokowi berkali-kali menyebut dirinya 'yang terbaik' di PDIP. Dan 'rekam jejak'. Dan ketika diberi kesempatan bertanya kepada Prabowo, yang sudah diduga itu muncul: Jusuf Kalla mempersoalkan pelanggaran HAM Prabowo di masa lalu.

Yang diluar dugaan saya, Prabowo cukup menjelaskan bahwa dia prajurit yang melaksanakan tugas. Dia tidak 'membongkar' atasannya. Hanya menyarankan Kalla untuk bertanya kepada atasannya waktu itu. Tentu dia bisa menambahkan kalimat: "Yang sekarang berada di kubu Bapak." Tapi tidak.

Inikah jenderal penculik itu? Jenderal kejam itu? Perencana makar itu? Kok begitu pengalah. Begitu santun. Begitu hormat. Gambaran tentang Prabowo berbahan 'informasi seken' di kepala mendadak berubah. Saya jatuh cinta padanya.

Bagi saya itu sudah cukup. Tak perlu ada debat Capres kedua, ketiga.

Apakah ia sedang ber-acting? Sedang mematut-matut diri? Untuk mendapat simpati publik? Alhamdulillah, berbekal 20 tahun lebih hidup sebagai wartawan, saya tau persis mana sikap yang dibuat-buat, mana polesan, dan mana yang asli dari dalam. Prabowo jelas tidak pandai ber-acting. Itu adalah perbawa Prabowo.

Tunggu. Tapi kenapa sejak lama ia dicitrakan sedemikian buram, bahkan oleh beberapa petinggi TNI? Oleh lingkaran kekuasaan? Jawabannya adalah kisah klasik tentang Pangeran pewaris tahta di antara para petinggi kerajaan yang mengincar kekuasaan sang raja yang tengah udzur. Sang Pangeran terlalu cemerlang, ia hambatan terbesar bagi para peminat kekuasaan. Dan kerena itu harus ada jalan untuk menyingkirkannya. Dan Prabowo pun tersingkir dari lingkaran kekuasaan sedemikian lama.

Prabowo pun berminat pada kekuasaan, tapi dengan dorongan untuk menjadikan negerinya terhormat, seperti yang saya dambakan. Dia ingin naik kepada kekuasaan atas kehendak rakyat yang dicintainya. Dia membangun partai. Dia pasang iklan. Semua yang ia lakukan dalam usaha itu berdasarkan konstitusi, aturan dan etika.

Bagi saya, Prabowo adalah obat 'herbal' bagi masyarakat politik Indonesia sekarang yang kehilangan keindonesiaannya: saling serang, saling hujat, saling sikut, mengabaikan rasa malu. Pelipur bagi mental gampangan para pemimpin negeri ini: memberi konsesi kepada penanam modal asing adalah 'prestasi'. Dan karena itu, di atas bumi yang kaya raya ini, manusianya miskin dan negaranya pengutang besar.

Prabowo ingin Indonesia berdaulat, terhormat dan bermartabat. Pesaingnya juga pasti menginginkan demikian. Kalau semua pihak berkeinginan dan berniat sama, tak perlu saling menjatuhkan. Saya yakin begitu pikiran Prabowo. Saya menaruh kepercayaan pada orang ini. []

*sumber: https://www.facebook.com/notes/10152250508429143/


Anis Matta: "Yang satu bicara negara, yang satu bicara kota"

Posted: 11 Jun 2014 04:55 PM PDT

Calon presiden Prabowo Subianto didampingi Presiden PKS Anis Matta (kiri) dan Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf (kanan) saat kampanye di Banda Aceh, Rabu 11 Juni 2014. (Zulfikar Husein/VIVAnews)

Banda Aceh - Presiden PKS Anis Matta membeberkan perbedaan capres yang ia usung, Prabowo Subianto dengan rivalnya, Joko Widodo saat debat antar kandidat. Anis menganggap Prabowo mampu bicara dalam skala yang lebih besar.

"Sudah nonton debat capres? Saya mau jelaskan apa bedanya. Ada satu yang sangat mendasar dalam debat itu. Yang satu bicara negara, yang satu bicara kota," kata Anis saat berkampanye bersama Prabowo di pelataran parkir Stadion H Dirmutala, Banda Aceh, Rabu (11/6/2014).

Anis menekankan beda negara dan kota. Prabowo yang menjawab pertanyaan moderator dinilai bicara dalam skala luas dibanding Jokowi yang memberi contoh-contoh saat ia menjabat sebagai Walikota dan Gubernur.

"Bedanya pada skala. Yang satu pada skala luas, yang satu dalam skala sempit. Dan kata orang pintar, perbedaannya bukan pada kata negara dan kota tapi pada tingkat pengetahuan mengelolanya," ujar Anis.

Ia juga memuji-muji ketampanan Prabowo yang saat itu berdiri di sebelahnya. Di hadapan ribuan pendukung, Anis memuji Prabowo tampan.

"Lihat perbedaan penampilan keduanya? Rasulullah mengatakan 'Kalau kalian mengirim utusan padaku kirimlah yang tampan wajahnya," ucap Anis.

Ribuan pendukung menyambut pernyataan Anis dengan tepuk tangan. Prabowo yang sejak awal memakai kaca mata hitam lalu melepasnya dan tersenyum.

"Coba tatap wajah capres kita. Sudah lihat? Ada aura presidennya? Sekarang saya tanya. Apakah Anda lihat ada aura kemenangan?" lanjut Anis.

"Ada!!" teriak para simpatisan.


*sumber: detik

Analisis Model Kepemimpinan Prabowo-Jokowi

Posted: 11 Jun 2014 10:59 PM PDT


Oleh Aidul Fitriciada Azhari*
(Doktor Hukum Tata Negara)

Ada yg penilaian Prabowo itu konseptual, Jokowi itu operasional. Prabowo disamakan dg SBY yg juga konseptual, shg suka ragu2 dlm memutuskan.

Smtr Jkw yg operasional jd antitesis Sby, shg lebih tepat utk jadi Presiden agar pemerintahan lebih efektif-efisien. Benarkah?

Rekam jejak Bowo beda dg SBY. Jalur Bowo adl komando (tempur), SBY adl staf. Terakhir Bowo adl Pangkostrad. Karir TNI puncak SBY Kasospol.

Watak komando hrs cepat mengambil putusan, sdg watak staf hrs memberikan analisis yg komprehensif. Bowo adl decison maker, SBY adl analis.

Krn iru SBY relatif bersih, krn tdk pernah ngambil resiko. Smtr Bowo punya kesalahan krn berani ambil resiko yg berujung pd pemecatan.

Dg watak komandan spt itu, Bowo pasti cepat dan berani dlm memutuskan. Jd penilaian Bowo konseptual itu salah.

Kesan Bowo konseptual krn dia juga kutu buku sm dg SBY. Bowo lebih komplet: decision maker dan analis. Ini jd kelebihan kalau jd Presiden.

Bgm dg Jkw? Dia pebisnis, psti cepat dan berani ambil keputusan. Itu terlihat ktk jd Walkot Solo periode I dan awal-awal jd Gub DKI.

Tp orientasi pencitraan membuat Jkw berubah. Banyak hal penting n strategis terabaikan. Orientasinya pd popularitas, bkn tugas n kewajiban.

Akibatnya dy serap APBD DKI sangat rendah hny 6%, blm ada Sesda DKI definitif. Selama ini Jkw hny meneruskan program Gub sebelumnya.

Tdk spt Bowo dan SBY, Jkw juga kurang baca buku. Analisisnya jd dangkal dan mengandalkan pengalaman praktis yg jg terbatas.

Bila jd Presiden, Jkw bisa cepat memutuskan, apalagi dibantu oleh JK yg jg pebisnis. Tp dg wawasan terbatas, jkw bisa gagal dlm memerintah.

Bila jd Presiden, Jkw bisa belajar dr Soeharto yg juga komando dg wawasan terbatas. Pak Harto juga lebih operasional.

Pak Harto lebih banyak mendengar menteri2 n penasihatnya. Lalu ambil keputusan dg bhs sederhana dan mengandalkan kearifan Jawa.

Tetapi, tantangannya Jkw hrs mampu memahami konstelasi politik nasional agar tidak ditelikung oleh para politisi.

Jd, antara Bowo dan Jkw dasarnya punya kekuatan yg sama. Kelebihan Bowo di intelektualitas, sdg Jkw hrs lbh mengandalkan kearifan Jawa. Nuwun.


*dari kultwit @AidulFa
(12/6/2014)


Politik 'Mikul Dhuwur Mendem Jero' Ala Prabowo

Posted: 11 Jun 2014 04:30 PM PDT


Elektabilitas Calon Presiden Prabowo Subianto belakangan mengalami kenaikan secara konsisten. Namun di saat bersamaan, serangan kampanye hitam terhadap pribadi putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo itu juga kian gencar. Di saat bersamaan, Prabowo menghadirkan politik ala Jawa yang elegan.

Pemilu Presiden 2014 ini benar-benar menjadi masa-masa sulit bagi Prabowo Subianto di pentas politik nasional. Di saat elektabilitasnya merangkak secara konsiten yang terkonfirmasi oleh seluruh lembaga riset politik, ia justru mendapat serangan politik kian massif dan cenderung membabi buta.

Persoalan laten tudingan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap Prabowo menemukan titik kulminasi di Pilpres 2014 ini. Hal ini tidak dijumpai dalam Pilpres 2009 lalu, di saat dirinya mendampingi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Kini, surat dari Dewan Kehormatan Perwira (DKP) menjadi bahan serangan terhadap Prabowo.

Namun, cukup mengejutkan reaksi yang muncul dari Prabowo Subianto. Mendapat serangan beragam dari kubu Joko-Kalla, Prabowo tak melakukan serangan balik. Ia justru berujar "Saya dituduh macam-macam, saya serahkan kepada Allah SWT," kata Prabowo saat berkampanye di Medan, Sumatera Utara, Rabu (11/6/2014).

Pernyataan Prabowo itu tentu terkait dengan perkembangan politik mutakhir saat ini. Beredarnya surat DKP yang belakangan menyudutkan Prabowo ini menjadi polemik yag menimbulkan pro dan kontra.

Sikap Prabowo ini cenderung konsisten. Seperti saat debat perdana capres/cawapres awal pekan ini, saat ditanya oleh Cawapres Kalla tentang persoalan HAM, Prabowo dengan tandas mengatakan persoalan HAM yang dituduhkan pada dirinya pada masa lalu, sebagai prajurit dapat ditanyakan ke atasannya. "Kita bertanggungjawab pada atasan, kalau penilaian ditentukan atasan kita," jelas Prabowo, yang saat itu menjabat Pangkostrad TNI AD, dalam debat Capres-Cawapres, di Balai Kartini, Jakarta, Senin (9/6/2014).

JK yang tidak puas, meminta penjelasan detail lagi kepada Prabowo. Karena JK belum puas, Prabowo tidak memberi jawaban yang kongkrit. Tapi dia meminta untuk bertanya pada atasannya saat itu. "Kalau ingin tanya, tanyalah atasan saya waktu itu," tegas Prabowo.

Sikap Prabowo yang tenang dan tidak melakukan perlawanan ini tak ubahnya pelaksanaan filosofi Jawa yang populer dan dijalankan oleh masyarakat Jawa secara taat. Sikap "mikhul dhuwur mendem jero" dalam merespons serangkaian tudingan kepada dirinya cukup menonjol.

Filsafat Jawa itu secara konsisten dipegang Praboowo di tengah kerasnya pertarungan politik saat ini yang kerap tak lagi mengindahkan etika politik. Pilihan sikap ini tentu akan menuai simpati publik, khususnya masyarakat Jawa. [mdr]

*http://nasional.inilah.com/read/detail/2108826/politik-mikul-dhuwur-mendem-jero-ala-prabowo#.U5jf1rEZOsg

Ini Medan Bung! Prabowo Berorasi Berapi-api

Posted: 11 Jun 2014 04:20 PM PDT

Calon Presiden nomor urut satu, Prabowo Subianto berorasi di Medan, Sumut, Rabu (11/6). [Antara/Irsan Mulyadi]

MEDAN -- Ribuan orang berkumpul di Gedung Serbaguna Jalan Pancing, Medan, Rabu (11/5). Sudah beberapa jam mereka menantikan kehadiran capres koalisi Merah Putih Prabowo Subianto. Lewat tengah hari, sosok yang dinanti pun muncul.

Para pendukung membentuk pagar untuk mengawal kedatangan Prabowo, mulai dari lokasi parkiran hingga ke arah panggung. Di dalam gedung, para pendukung pasangan Prabowo-Hatta Rajasa masih tampak santai duduk di kursi menanti.

Namun saat mengetahui Prabowo memasuki gedung, para pendukung itu beringsut mendekati barisan. Suasana semakin riuh. "Garuda di dadaku, Prabowo presidenku."

Gedung itu sudah dihias dengan berbagai atribut dukungan. Terpampang di belakang panggung spanduk besar dengan foto Prabowo-Hatta dan gambar partai pengusung. Mulai dari Partai Gerindra, PAN, PPP, PKS, PBB, dan Golkar. Namun di Medan ini, gambar partai pengusung itu bertambah. Tampak di spanduk gambar Demokrat.

Gubernur Sumatra Utara (Sumut) Gatot Pujo Nugroho, yang juga ketua tim kampanye daerah Prabowo-Hatta, memberikan sambutan awal dengan semangat. Ia meyakinkan masyarakat yang hadir untuk memilih Prabowo.

Ia mengatakan, Sumatra Utara juga membutuhkan pemimpin bangsa Indonesia yang tegas. Gatot bertekad membantu pemenangan Prabowo-Hatta dengan target 65-70 persen di Sumatra Utara.

Selepas Gatot, giliran Prabowo yang diminta untuk berorasi. Pembawa acara mempersilakan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu untuk bangkit dari tempat duduknya melalui pantun.

"Hendak ikan, tangkaplah ikan. Letak satu di atas papan. Pak Prabowo mohon maju ke depan, untuk menyampaikan orasi yang sudah dipersiapkan," kata dia.

Suara dukungan kembali menggema. Prabowo terlebih dulu menyapa beberapa tokoh yang hadir. Termasuk mengenalkan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung, dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta yang turut datang ke lokasi kampanye. "Terima kasih sambutan saudara. Memang luar biasa rakyat Sumatra Utara," ujar mantan danjen Kopassus itu.

Prabowo mengawali orasinya dengan berkelakar. "Saya tadi ditarik-tarik oleh tangan-tangan yang sangat kuat, saudara-saudara. Ini Medan, Bung, katanya itu. Saya merasa terhormat ada yang kasih tangan, kalau kasih tangan peres-nya jangan terlalu keras," kata dia, yang disambut tawa para pendukungnya.

Dalam orasinya itu, Prabowo mengingatkan masyarakat akan kesempatan menggunakan hak pilih. Untuk 9 Juli mendatang, ia menyebut sudah ada pasangan nomor urut 1 Prabowo-Hatta dan pasangan lain Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla.

Penyebutan nama Jokowi ini sempat membuat para pendukung yang hadir berteriak "Huu! Huu!" Namun, Prabowo segera melarang. "Jangan, jangan, tidak boleh saudara-saudara, jangan seperti itu. Saudara-saudara, bangsa yang beradab, bangsa yang besar selalu menghargai semua pemimpin-pemimpinnya," kata dia.

Di hadapan para pendukungnya di Medan, Prabowo kembali menyatakan tekadnya untuk bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik dan berdiri di atas kaki sendiri.

Ia dan Hatta bersama koalisi Merah Putih pun berkeinginan untuk bisa mensejahterakan rakyat Indonesia dan menggunakan kekayaan negara sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Karena itu, ia pun mengingatkan, akan adanya kebocoran anggaran yang masih terjadi sekitar seribu triliun rupiah setiap tahunnya.

Prabowo juga tidak ingin bangsa Indonesia menjadi kacung bangsa lain. Ia mengatakan, ada kekuatan besar yang mengira para pemimpin di Indonesia bisa dibeli dan disogok.

"Kita harus jawab tanggal 9 nanti. Jawab rakyat Indonesia masih mempunyai putra-putri yang tidak bisa disogok. Yang tidak bohong kepada rakyat Indonesia, yang tidak mencla-mencle, yang kalau bilang A ya A, yang ucapan di mulut sama di hatinya. Yang tidak perlu pencitraan, tapi menyerahkannya pada rakyat Indonesia," kata dia.

Pendukung yang hadir tampak memerhatikan Prabowo berorasi dengan antusias. Mantan Panglima Kostrad itu pun sempat mengingatkan akan pentingnya saling menghormati dan menghargai.

Ia mengatakan, jangan sampai bangsa Indonesia dipecah belah dan saling membenci, serta menghina. "Kalau orang lain menghina kita, kita serahkan pada Allah," ujar dia.

Saat itu, Prabowo pun mengungkap sering dituduh macam-macam. Namuun ia menyerahkan semuanya pada Allah. Ia mengatakan, sudah bertahun-tahun menjadi prajurit dan mengorbankan jiwa raganya di tempat yang sulit demi membela negara. Pangkatnya terus naik hingga menjadi Letnan Jenderal.

"Ini pangkat bukan hadiah. Saya bukan jenderal di belakang meja, bukan jenderal di kota, bukan jenderal korupsi, bukan jenderal hindari tugas, bukan jenderal pengecut. Saya jenderal membela rakyat," kata dia, dengan suara yang mulai meninggi.

Prabowo menegaskan siap untuk menjadi presiden dan mengabdi. Namun, ia pun menyebut siap apabila rakyat tidak memberikan mandat. Karena bukan soal jabatan yang ingin dia pertahankan.

Ia mengatakan, ingin menjaga kehormatan bangsa Indonesia. Orasi Prabowo saat itu makin berapi-api. Kata demi kata terus meluncur. Tangannya naik dan suaranya menggelorakan pendukungnya di Gedung Serbaguna.

"Hai kalian-kalian yang Indonesia tetap miskin, kalian yang curi uang rakyat, saya tidak gentar sama sekali. Kalau kalian bilang Indonesia bisa dibeli, saya bilang tidak bisa dibeli. Kalau kalian mau curang, saudara-saudara, saya katakan silakan dan lihat, lihat apa yang akan dilakukan rakyat Indonesia," kata dia dengan tangan mengangkat ke atas.

Prabowo kembali meneruskan rentetan kalimat. "Hai kalian antek-antek bangsa asing, kalian yang hanya bisa fitnah, hanya bisa menghina orang tapi tidak membela rakyat, tidak pernah memikirkan rakyat Indonesia, tidak memikirkan rakyat yang miskin, hanya kalau pemilu pura-pura menjadi pembela rakyat," ujar dia.

Di sini Prabowo menegaskan perjuangannya bersama Hatta dan koalisi Merah Putih berada di jalur yang benar. Ia mengatakan, berjuang untuk keadilan demi bangsa Indonesia yang terhormat dan berdiri di atas kaki sendiri.

"Kita tidak gentar dengan akal-akalan yang kau buat, tidak gentar," kata dia. Prabowo bahkan mengulang kata 'tidak gentar' itu hingga sepuluh kali.

Setelah setengah jam lebih berorasi dengan semangat tinggi, Prabowo mulai meredakan tensi. Malah ia sempat berkelakar kembali. Ia menanyakan apakah harus meneruskan kembali orasinya. "Suara sudah serak. Minta kopi dulu, minta kopi," ujar dia. Prabowo pun rehat sejenak sebelum melanjutkan orasinya.

Saat hadir di Gedung Serbaguna, Medan, Prabowo selalu disambut dengan pantun. Ia tidak mau kalah dengan pembawa acara untuk membalasnya dengan pantun juga. "Jalan-jalan ke Kota Malang, mampir dulu ke Surabaya. Sebentar lagi saya akan pulang, jangan lupa dengan saya," ujar dia.

*http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-politic/14/06/11/n700wh-ini-medan-bung-prabowo-berorasi-berapiapi


"Bagaimana Dirimu Begitulah Pemimpinmu"

Posted: 11 Jun 2014 04:00 PM PDT


Tidak tahu lah aku, apa sebenarnya yang terjadi.
Sudah sedemikian jelasnya sandiwara yang dilakukannya....
Pencitraan busuk yang disebarkannya.....
Dusta di siang bolong yang disaksikan jutaan mata....
Tapi masih saja banyak yang mengaguminya.

Memang benar ungkapan itu "Bagaimana dirimu begitulah pemimpinmu".

Barangkali kita memang bangsa yang hoby berdusta, hoby dengan slogan pencitraan, hoby sandiwara. Hingga kita suka didustai, terlena dicitrai, dan senang disandiwarai.

Bagaimana lagi....kita tunggu hari H-nya. Mana yang mayoritas? Kalau mayoritas kita suka dengan kedustaan, ya.........jangan sedih bila yang naik jadi pimpinan juga pendusta.

Aku hanya berdo'a yang terbaik buat negeriku, semoga Allah memberikan keberkahan untuknya.

Semoga ini bukan lah abad di mana orang baik-baiknya dihabisi, dan para durjananya resmi merajalela.

Jangan diam, lakukan apa yang kau bisa!!!


*by Zulfi Akmal
(NB: Sekedar melepaskan isi hati terhadap apa yang disaksikan.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar