Kamis, 30 Januari 2014

PKS PIYUNGAN

PKS PIYUNGAN


[video] Talk Show "3 CAPRES PKS" di Indosiar tadi malam

Posted: 30 Jan 2014 03:08 PM PST


Tadi malam, Kamis (30/1/2014), stasiun tv Indosiar menayangkan acara Talk Show INTERUPSI yang menampilkan 3 Kandidat Capres dari PKS; Hidayat Nurwahid, Anis Matta dan Ahmad Heryawan.

Tampilnya tokoh-tokoh PKS ini mendapat apresiasi yang luar biasa, baik penonton di studio, dan juga terutama di social media.















Berikut tayangan videonya (maaf kalau kualitas kurang bagus):

PART-1



LINK: https://www.youtube.com/watch?v=L7hvMg2r-O0

PART-2



LINK: https://www.youtube.com/watch?v=-lYYRhZlH8o

PART-3



LINK: https://www.youtube.com/watch?v=Y_oVJe-4DAI



"Karena tilawah Al Qur'an itu lebih seru"

Posted: 30 Jan 2014 02:30 PM PST


Pernahkah kita merasa bosan membaca Al Qur'an? Pastinya tidak. Walaupun kita sudah pernah membaca puluhan, ratusan bahkan ribuan kali, tidak sedikit pun kita merasa bosan untuk terus membacanya. Kenapa? Itulah mukjizat Al Qur'an. Membacanya memberikan ketenangan dan kebahagiaan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Namun sayang, tidak semua yang bisa merasakan kenikmatan ini. Banyak orang mencari kenikmatan, ketenangan dan kebahagian dengan cara lain. Cara yang menurutnya bisa memberikan ketenangan namun akhirnya hanya menambah masalah baru dan menambah beban pikiran. Ketika dia mencoba untuk membaca Al Qur'an dengan segera menjadi bosan dan mengantuk.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Mungkin karena tidak ada rasa rindu di dalam dirinya kepada Al Qur'an. Ketika kita merindukan sesuatu, maka ketika waktunya bertemu kita akan menikmati setiap detik pertemuan itu. Ketika harus berpisah kita merasa enggan, dan ingin segera kembali bertemu. Apapun aktivitas kita, rasa rindu itu terus ada. Inilah gelombang generasi ke 3.

Generasi yang akan mengatakan: "Karena tilawah Al Qur'an itu lebih seru".



Tentang video diatas :

Video ini dibuat oleh Santri Tahfidz Ashabul Qur'an. Bagi ikhwah yang ingin ikut serta dalam pembangunan Resort Tahfidz Ashabul Qur'an, saat ini tersedia DVD Murottal 4 Mode yang bisa diputar persurat, perjuz, perhalaman dan perayat.

Dapat dipesan di : http://dvd.pusatalquran.com

100% hasil infaq dari pemesanan DVD ini akan digunakan untuk Pembangunan Resort Tahfidz. Pesantren Tahfidz dengan konsep resort tempat santri menghafal Al Qur'an dengan nyaman.

Alhamdulillah, sampai saat ini donasi yang terkumpul sudah mencapai : Rp. 144.943.500,-
Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan tahap I : Rp. 1.000.000.000,-

Untuk lebih lengkapnya tentang progress pembangunan dapat dilihat di : http://resort.pusatalquran.com


*by Rully Oktoberyanto
(Panitia Resort Tahfidz)
Call Center : 0812 71 222111 
  
____
BACA JUGA: Dicari 10000 Dermawan Pembangunan Resort Tahfidz | Hanya Rp. 100.000 


Fahri Hamzah dan Keriuhan Pemberantasan Korupsi: An American Hustle plot!

Posted: 30 Jan 2014 04:19 AM PST


Oleh Arif R. Haryono*

Saya bukan penggemar pemikiran Fahri Hamzah, politisi PKS yang terkenal vokal dalam menyuarakan pendapatnya. Tak pernah membeli bukunya, jua sebatas follow di twitter itu pun sering tak menyimak kultwit-nya yang kerap memenuhi linikala – terutama ketika dengan berapi-api menceritakan romantika "1 Atap 2 Cinta" Anis Matta yang konon memecahkan rekor kultwit politisi Indonesia.

Tetapi saya tertarik membahas pandangan Fahri Hamzah mengenai agenda pemberantasan korupsi di Indonesia yang kelewat gaduh di hadapan media. Atau meminjam kalimat beliau: telah terjadi festivalisasi pemberantasan korupsi.

Tegas tanpa tedeng-aling, kuat nan mengkritisi hingga Presiden pun melayangkan somasi. Itu sisi positif. Saya akui. Seumur-umur saya men"target"kan di-block akun SBY aja belum kesampaian, beliau sudah disomasi oleh Sang Bersangkutan Yangmulia. Oh, betapa dunia tak adil.

Pandangan sinis? Seorang lulusan ekonomi bicara penegakan hukum? Ayolah, Indonesia tak pernah kehabisan lulusan hukum berkualitas, lalu mengapa beliau bisa mendapat sorotan media tiap kali berpendapat? Peta pemikirannya terbentang mulai dari isu "Bubarkan KPK", "Periksa Ibas di Hambalang", "Pimpinan KPK bermain politik dalam kasus century", hingga persoalan "Festivalisasi Pemberantasan Korupsi" menjadi buah bibir pelbagai forum media elektronik dan daring. (maaf, forum warteg kelihatannya lebih semangat membicarakan vicky prasetyo, farhat abbas, hingga asmirandah yang berpindah agama).

***

Festivalisasi pemberantasan korupsi ini cukup nikmat dibahas, bukan karena masa pemerintahan koalisi SBY (yang juga turut disokong oleh PKS) sedang memasuki senja kekuasaannya. Bukan pula karena pak Presiden yang sibuk membagi waktu dan pikirannya sebagai pemimpin besar pemberantasan korupsi di nusantara yang luas atau di dalam tubuh partainya sendiri.

Tidak, bukan itu.

Kritik festivalisasi pemberantasan korupsi yang disuarakan Fahri Hamzah kepada KPK di pertengahan 2013 lalu mendapatkan relevansinya ketika saya menikmati film gubahan David O. Russell yang sedang naik daun, American Hustle.

Menurut Fahri Hamzah, aparat hukum – dalam hal ini KPK – telah terjebak dengan keriuhan kegiatan pemberantasan korupsi di depan media, ketimbang mencoba mencari akar persoalan dan mencabutnya habis-habis. Maka tak heran, berita prestasi penangkapan pejabat pemerintahan itu lebih disambut tinimbang laporan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang membaik.

Konon, medio 1970-an Amerika sedang mengalami beberapa krisis yang cukup memukul telak perekonomiannya. Takluk di perang vietnam hingga skandal watergate yang mampu menyentuh pucuk pimpinan sebuah bangsa adidaya mau tak mau membuat perekonomian Amerika saat itu gak-bagus-bagus-amat.

Keberhasilan penegak hukum dalam membongkar kasus korupsi di tingkat elit melalui skandal watergate memunculkan hipotesa bahwa *semua* politisi negeri bermain api dan memiliki keterkaitan dengan uang haram dari mafia dan cukong proyek. Modus operandinya sederhana, pejabat pemerintahan disuap demi memperoleh kemudahan atau "keleluasaan" berbisnis. Sumber dananya tentu saja haram. Persis seperti dugaan yang dikembangkan oleh KPK dan kawan-kawan aktivis pemberantasan korupsi di Indonesia.

***

Richard "Richie" DiMaso (kiri) dan Irving Rosenfeld (kanan) - American Hustle

Tersebutlah, seorang agen muda nan ambisius dari FBI, Richard "Richie" DiMaso (Bradley Cooper), yang tujuan hidupnya cukup sederhana: memimpin tim aksi pembongkaran jaringan korupsi proyek pemerintahan dan menyeretnya ke hadapan pengadilan. Tentu sebelum diseret, sang pesakitan akan terlebih dahulu dipampang di hadapan media beserta bukti-bukti yang memberatkan. Semacam "festivalisasi pemberantasan korupsi" dalam definisi Fahri Hamzah. Richie pun berangan-angan terkerek karirnya.

Untuk memuluskan rencana tersebut, Richie bekerjasama – atau lebih tepatnya, memaksa bekerja sama – dengan pasangan penipu ulung Irving Rosenfeld (Christian Bale) dan Sydney Posser (Amy Adams) untuk menjebak, Carmine Polito (Jeremy Renner). FBI pun mulai memantau aktivitas walikota simpatik nan populer dari New Jersey ini yang diduga memiliki hubungan dengan jaringan mafia demi memuluskan ambisinya memajukan perekonomian kota yang dipimpinnya.

Jangan salah, Carmine bukanlah politisi kotor, ia hanya terlalu lemah hati dan terjebak bujukan Irving untuk menggunakan "jalan belakang" yang cepat dan *sedikit* melanggar hukum. Dari mana sumber pendanaannya? Tenang, Richie dan Irving sudah mempersiapkan patron bagi sang walikota, seorang milyuner dari Arab Saudi – yang tentu saja juga seorang agen FBI yang menyamar.

Operasi tangkap-tangan pun dijalankan. Trio Richie-Irving-Sydney menjebak beberapa politisi kawakan, beberapa bahkan dapat diklasifikasikan veteran di tataran wakil rakyat. Sebuah set kamar di hotel mewah dipersiapkan, lengkap dengan video kamera tersembunyi, berusaha menangkap momen transaksi dan "tangkap-tangan" a la FBI, yaitu koper berisi uang harus diterima langsung oleh yang bersangkutan. Jika tidak, jangan harap kuat di muka juri dan hakim.

Persoalan muncul ketika Richie semakin tidak terkontrol dan ingin terus menggali jaringan koruptif ini, tak sekedar di level Carmine semata. Sisi lain, Irving ingin bermain aman dan tidak menyentuh pemain utama, Victor Tellegio (Robert De Niro) yang konon merupakan first-mate dari Meyer Lansky. Saya sarankan anda google nama terakhir untuk mendapatkan gambaran lengkap sepak-terjangnya.

Lagi-lagi, niat Richie dapat diperdebatkan: konsisten membongkar jaringan koruptif atau sekedar ingin menunjukkan prestasinya plus bumbu narsisme di depan media? Atau dalam bahasa Fahri Hamzah: sistem dan aksi pemberantasan korupsi dilakukan secara sunyi-senyap atau gegap-gempita di hadapan media?

"Kamu berhasil menangkap beberapa anggota kongres. Kamu terlihat hebat, Richard. Kisahmu akan berada di setiap halaman depan koran-koran. Kamu tahu apa yang tidak terlihat hebat? Cerita tentang inkompetensi yang nyata!" ujar Irving pada Richie.

***

Silahkan anda memilih mana yang terbaik bagi pemberantasan korupsi di Indonesia. Persoalannya, adakah proses dan aksi pemberantasan korupsi yang selama ini dilakukan oleh penegak hukum, baik itu KPK, jaksa, hakim, hingga polisi mampu mengerek Indeks Persepsi Korupsi (IPK) di Indonesia?

Adakah anda termasuk yang bertepuk-tangan setiap KPK – atau kepolisian – menggiring pejabat, politisi, pengusaha, kepala daerah, ke dalam mobil tahanan? Bukankah kita semestinya diajarkan gembira kala laporan hasil penelitian lembaga independen menyatakan indeks korupsi kita melonjak tinggi mengalahkan negara-negara skandinavia?

Bisa jadi, kita semua adalah Richie yang meski berambisi memberantas korupsi, tapi tak mau lepas dari sorotan media. Atau bisa jadi, strategi Irving-Sydney dalam membongkar jaringan koruptif di American Hustle dengan menyamar dan penjebakan dapat ditiru aparat hukum di sini.

Bukankah yang terpenting adalah kegagahan di depan sorotan lensa pewarta berita kala sang tersangka digiring ke mobil tahanan? Bukankah yang esensi adalah headline soal penangkapan seorang pejabat? Bukankah keberhasilan menangkap pelaku korupsi itu lebih seksi di mata media dan masyarakat ketimbang tentang pencegahan tindakan koruptif?

Kinerja dan laporan kemajuan IPK itu tidak penting, toh tak disorot ini…..


*sumber: Kompasiana

Saksikan Talk Show 3 Kandidat Capres PKS di Indosiar Nanti Malam

Posted: 29 Jan 2014 07:03 PM PST


SAKSIKAN Talk Show Interupsi bersama Kandidat Capres PKS: Hidayat Nurwahid, Anis Matta & Aher, malam ini (Kamis 30/1) pukul 22.00 WIB (dimajukan dari rencana sebelumnya jam 23.00) di Indosiar.


*Info dari Mardani Ali Sera, Humas DPP PKS

Mentan Minta Impor Beras Ilegal Vietnam Diusut Tuntas

Posted: 29 Jan 2014 06:42 PM PST

Produksi beras nasional surplus 5 juta ton. Daya serap Bulog juga bagus, sehingga tidak ada alasan impor. Nampak Mentan Suswono saat meninjau gudang Bulog di Klaten, Jawa Tengah, akhir tahun lalu.

JAKARTA – Menteri Pertanian Suswono meminta kasus peredaran beras impor asal Vietnam diusut tuntas. Pasalnya, beras tersebut jelas ilegal.

"Saya minta diusut tuntas, agar diketahui siapa di balik impor beras ilegal itu," kata Mentan Suswono, Rabu (29/1) di Jakarta.

Mentan menegaskan, Kementerian Pertanian tidak pernah mengeluarkan rekomendasi impor beras dari Vietnam. Karena itu pihaknya telah mengirimkan surat kepada Menteri Perdagangan guna meminta klarifikasi mengapa ada beras impor asal Vietnam yang masuk ke pasar.

Mentan menjelaskan, beras impor asal Vietnam yang saat ini beredar di pasaran adalah beras jenis medium. Kementan tidak pernah mengeluarkan rekomendasi untuk mengimpor beras jenis ini karena stok cukup bahkan surflus.

"Produksi beras kita surflus 5 juta ton tahun 2013. Dalam banyak kesempatan saya selalu bicara tahun ini tidak ada alasan untuk impor beras. Bulog juga punya stok hingga 2 juta ton akhir tahun lalu," kata Mentan.

Lebih lanjut Mentan mengemukakan, Mentan hanya mengeluarkan rekomendasi impor untuk beras jenis khusus yang peredarannya tertutup, tidak bebas. Beras jenis khusus ini adalah beras ketan, menir, beras untuk penderita diabetes, dan beras kebutuhan restoran tertentu.

"Beras jenis khusus ini jumlahnya impornya pun sangat terbatas, karena konsumennya juga terbatas," imbuh dia.

Namun setelah dilakukan pengecekan data ke Direktorat Jenderal Pemasaran Hasil Pertania (P2HP), ternyata instansi yang berhak mengeluarkan rekomendasi beras khusus ini pun tidak pernah memberikan rekomendasi impor beras khusus asal Vietnam pada tahun 2013.

Suswono menambahkan, impor beras medium hanya dilakukan oleh Bulog. Itu pun dilakukan setelah Bulog menerima penugasan dari Rapat Koordinasi Terbatas di Menko Perekonomian. Dan Bulog juga menyatakan tidak melakukan impor tahun 2013 lalu.

"Jadi ini jelas beras ilegal. Karena bukan diimpor oleh Bulog, dan tidak pernah ada rekomendasi dari Kementan," tandas Suswono. 

Sebagaiaman diketahui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merilis impor beras dengan pos tarif atau HS 1006.30.99.00 asal Vietnam. Impor dilakukan oleh 58 perusahaan dengan 83 kali pemasukan melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan Belawan. Total impor mencapai k 16.900 ton. (IST/tajuk)


Demografi Politik Pemilu 2014

Posted: 29 Jan 2014 06:28 PM PST


Oleh: Ribut Lupiyanto

Setiap menjelang pemilu, daya tawar rakyat kian menguat. Partai politik dan  calon legislator akan berpacu demi memikat dan mengikat dukungan rakyat. Optimalisasi strategi dan pendekatan menjadi kunci agar kampanye berbuah kursi di parlemen.

Suara sebagai ukuran kemenangan pemilu sifatnya kuantitatif. Suara profesor nilainya sama dengan petani. Melihat kenyataan ini, ditambah pemberlakuan sistem suara terbanyak, dapat diprediksi siapa yang mampu mendapat kursi adalah mereka yang memahami karakter rakyat. Caleg  mesti melek kondisi dan peta demografi politik.

Demografi merupakan bagian studi kependudukan yang mempelajari penduduk terutama mengenai jumlah, struktur, dan perkembangannya (IUSSP, 1982). Kenyataannya, faktor yang memengaruhi karakter dan perkembangan penduduk tak hanya faktor demografi. Yaukey (1990) mengatakan, variabel demografi akan sering berhubungan timbal balik dengan variabel nondemografi. Salah satu hubungan tersebut melahirkan demografi politik yang  mempelajari hubungan aspek penduduk dan politik.

Secara garis besar terdapat tiga variabel penting demografi politik. Pertama, jumlah penduduk. Setiap wilayah dengan jumlah penduduk besar tentu memiliki jumlah pemilih yang besar pula.

Kedua, struktur atau komposisi penduduk. Komposisi penduduk bisa diamati dari segi jender, golongan umur, ekonomi, dan pendidikan. Kementerian Dalam Negeri (2012) melaporkan,  49,13 persen penduduk Indonesia adalah perempuan. Artinya, perempuan adalah konsumen politik potensial. Dari segi golongan umur yang paling potensial adalah pemilih muda dan pemula. Penduduk berusia 45 tahun ke bawah mencapai 60 persen dari populasi. Penduduk dari segi ekonomi terpilah jadi  golongan atas dan menengah ke bawah.

Penduduk miskin, hingga Maret 2013, tercatat 28,07 juta jiwa atau 11,37 persen. Penduduk kelas menengah diperkirakan mencapai 55 persen (Bank Dunia, 2012). Selanjutnya dari aspek pendidikan, BPS (2012) melaporkan rata-rata pendidikan penduduk Indonesia adalah lulusan SMP atau sederajat.

Ketiga, distribusi penduduk. Distribusi wilayah dapat dipahami dalam desa-kota. Jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan mencapai 54 persen (LGFE-UI, 2012). Distribusi sosial dapat diamati melalui keberadaan komunitas, baik komunitas sosial, ekonomi, budaya, maupun ideologi dan agama.

Peta demografis di atas adalah obyek politik pada Pemilu 2014. Politik sejati akan senantiasa memaknai setiap kondisi sebagai peluang. Optimalisasi penangkapan peluang dari peta tersebut butuh strategi pemenangan. Caleg, parpol, dan capres mesti mempertimbangkan demografi politik sebagai basis pemenangan.

Dinamika pemenangan

Dari segi wilayah, pemenangan dapat dilakukan dengan memfokuskan diri menguasai wilayah padat penduduk. Kantong-kantong penduduk seperti wilayah urban dan pinggiran kota menjadi lahan rebutan yang tidak bisa terhindari. Pemilu 2009 sudah membuktikan, anggota legislatif yang terpilih sebagian besar berasal dari wilayah ini.

Dari segi jender, pemilih perempuan menarik dibidik. Pemberlakuan sistem afirmatif menjadikan parpol minimal memiliki 30 persen  caleg perempuan. Caleg ini penting didorong fokus menggarap segmen perempuan karena kedekatan emosionalnya.

Dari segi golongan usia perlu kejelian strategi dan pendekatan khusus kepada pemilih muda dan pemula. Gaya muda, bahasa gaul, kegiatan ringan, dan lainnya dapat jadi pertimbangan. Matta (2013) menyebut pemilih muda sebagai the new majority dan pemilih pemula sebagai the native democracy. Kedua kelompok ini menanti visi dan agenda baru dari setiap peserta pemilu.

Dari segi kondisi ekonomi dan edukasi, kampanye perlu meyakinkan mereka bagaimana nanti memperjuangkan kesejahteraannya. Isu pendidikan gratis, kesehatan gratis, lapangan kerja, kemudahan berusaha yang logis dan sederhana dicerna umumnya laku untuk segmen ini. Perlu pendekatan yang dapat dipahami golongan ini jika ingin diterima dan dipilih.

Dari segi distribusi, perlu pemetaan isu yang tepat serta pendekatan yang sesuai karakter obyek pemilih. Isu desa tentu beda dengan kota, begitu pula karakter penduduknya. Distribusi sosial dapat dioptimalkan melalui pendekatan komunitas. Komunitas lebih homogen dan hampir sama kebutuhannya sehingga cukup efektif jika bisa mendekatinya.

Jabaran di atas menunjukkan pasar politik potensial secara demografis. Parpol dan caleg perlu memahami bahwa rakyat bukanlah konsumen politik semata. Rakyat adalah tuannya parpol, di mana caleg yang terpilih akan menjadi wakilnya rakyat. Potensi demografi politik ini semoga benar-benar dimanfaatkan parpol dan caleg dengan semangat dan komitmen pendidikan politik, sekaligus menjunjung tinggi filosofi kedaulatan rakyat. []

*Ribut Lupiyanto, Deputi Direktur Center for Public Capacity Acceleration (C-PubliCA) Yogyakarta

-sumber: KOMPAS cetak edisi Kamis (30/1/2014)


Publik Mengapresiasi Kerja Relawan PKS

Posted: 29 Jan 2014 03:34 PM PST


Ketua DPP PKS Bidang Humas, Mardani Ali Sera mengatakan seluruh kepala daerah dari Partai Keadilan Sejahtera siap berkoordinasi dan berbagi pengalaman dalam menangani bencana di daerahnya masing-masing.

"Kepala Daerah PKS di seluruh Indonesia terpanggil untuk berkoordinasi dan berbagi pengalaman dalam menangani bencana." ujar Mardani kepada Pks Cibitung pada Rabu (29/1) sore.

Dalam acara Konsolidasi Kader Kepala Daerah se-Indonesia di Hotel Sahid hari ini, PKS mengapresiasi hasil kerja Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan yang berhasil menangani banjir relatif lebih baik dibanding daerah lain.

Mardani juga menyampaikan hasil survey terhadap PKS yang jauh lebih baik paska banjir. Hal ini disebabkan karena publik mengapresiasi hasil kerja kader, pejabat publik dan caleg PKS dalam menangani banjir.

"Hasil survey paska banjir alhamdulillah persepsi masyakarat tentang PKS jauh membaik," kata pria yang dicalonkan kembali oleh PKS untuk menjadi angota dewan dari daerah pemilihan Kabupaten Purwakarta, Karawang dan Bekasi.

"Semangat kader dan struktur serta pejabat publik dan caleg PKS menangani banjir  alhamdulillah diapresiasi publik," urainya menutup perbincangan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar